Konten dari Pengguna

Perang India-Pakistan 2025: Dampaknya terhadap Perusahaan di Indonesia

Alifah Aqil Khoirunissa
Mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya
10 Mei 2025 11:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alifah Aqil Khoirunissa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dibuat dengan bantuan AI oleh ChatGPT (OpenAI), tanpa referensi visual dari pihak ketiga.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dibuat dengan bantuan AI oleh ChatGPT (OpenAI), tanpa referensi visual dari pihak ketiga.
ADVERTISEMENT
Konflik bersenjata yang meletus antara India dan Pakistan pada tahun 2025 tidak hanya mengguncang kawasan Asia Selatan, tetapi juga memberikan efek rambatan terhadap dunia usaha di berbagai belahan dunia—termasuk Indonesia. Meski tidak terlibat langsung, Indonesia sebagai pusat manufaktur dan pasar penting di Asia Tenggara turut merasakan dampak ketegangan tersebut, terutama melalui perusahaan-perusahaan internasional yang beroperasi di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak paling nyata adalah gangguan pada rantai pasok global. Banyak perusahaan multinasional di Indonesia, terutama di sektor farmasi, tekstil, otomotif, dan elektronik, mengandalkan pasokan bahan baku dari India, seperti bahan aktif obat-obatan (API), kapas, suku cadang kendaraan, dan komponen teknologi.
Perang yang memicu gangguan pelabuhan, embargo, dan pembatasan ekspor ini menyebabkan keterlambatan produksi dan meningkatnya biaya logistik. Beberapa pabrik di Jawa Barat bahkan dilaporkan harus menunda pengiriman karena bahan baku dari India tidak kunjung tiba.
Selain itu, situasi geopolitik yang tidak stabil mendorong investor internasional untuk bersikap lebih hati-hati terhadap penempatan modal di kawasan Asia. Banyak perusahaan dan pemodal asing mulai menarik atau menahan investasi, sambil memantau apakah konflik akan meluas atau berdampak sistemik terhadap kawasan ASEAN.
ADVERTISEMENT
Hal ini turut menurunkan arus Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia, khususnya dari perusahaan teknologi dan startup asal India yang sebelumnya aktif berekspansi ke pasar Indonesia.
Perang ini juga mendorong perusahaan multinasional untuk mengkaji ulang strategi rantai pasok mereka. Dalam beberapa kasus, perusahaan berusaha mendiversifikasi sumber bahan baku dari negara-negara alternatif seperti Vietnam, Bangladesh, dan bahkan dari dalam negeri.
Ini menciptakan peluang jangka menengah bagi pelaku industri lokal Indonesia untuk mengambil alih posisi pemasok strategis, meski dalam jangka pendek justru menambah beban logistik dan biaya penyesuaian.
Sisi lain dari dampak konflik adalah tantangan operasional yang dihadapi perusahaan India dan Pakistan yang memiliki cabang atau kantor perwakilan di Indonesia. Beberapa ekspatriat mengalami kendala administratif akibat ketegangan antarnegara, termasuk pengetatan visa dan pembatasan perjalanan. Belum lagi munculnya potensi ketegangan sosial di antara komunitas diaspora kedua negara yang menetap di Indonesia, yang bisa berdampak pada dinamika kerja di lingkungan multikultural perusahaan.
ADVERTISEMENT
Di tengah perkembangan teknologi, perang ini juga merambat ke dunia siber. Meningkatnya ancaman serangan digital antarnegara membuat perusahaan teknologi dan keuangan di Indonesia meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap potensi peretasan, pencurian data, atau gangguan sistem yang bersumber dari konflik geopolitik. Penguatan sistem keamanan siber kini menjadi prioritas utama, terutama bagi perusahaan yang memiliki afiliasi atau konektivitas dengan sistem operasional India atau Pakistan.
Secara keseluruhan, perang India-Pakistan 2025 menjadi pengingat bahwa konflik regional bisa memiliki implikasi global, terutama di era keterhubungan ekonomi saat ini. Bagi perusahaan internasional yang beroperasi di Indonesia, strategi mitigasi risiko geopolitik, diversifikasi rantai suplai, serta penguatan sistem digital menjadi langkah penting untuk menjaga kelangsungan bisnis di tengah ketidakpastian global.
ADVERTISEMENT