Romantika Kehidupan Warga Baben

alifahh silvya
Mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
3 Desember 2022 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari alifahh silvya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kondisi lingkungan sekitar Desa Baben, Minggu (06/10/2022) Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi lingkungan sekitar Desa Baben, Minggu (06/10/2022) Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Memiliki tempat tinggal yang layak dan dikelilingi dengan lingkungan sehat merupakan keinginan semua orang. Ketika hidup di tempat yang bersih dengan udara segar pasti akan menimbulkan sebuah dampak positif kedalam tubuh kita. Namun, bagaimana jika harus tinggal di lingkungan yang memiliki sengatan bau kotoran binatang dan polusi udara dari produksi pabrik?
ADVERTISEMENT
Hal ini dirasakan oleh salah satu warga Baben (sekitar kandang babi), sebut saja Bu Ummi. Beliau adalah seorang penjual ayam geprek dan pengusaha laundry baju di sekitar kandang babi dan pabrik tahu. Beliau sekeluarga merupakan pendatang yang telah menekuni bisnis ayam geprek dan usaha laundry baju di wilayah tersebut.
Bu Ummi merupakan salah satu warga yang merasa terganggu dengan adanya kandang babi di lingkungan rumahnya. Bu Ummi merasa jika bau menyengat yang ditimbulkan karena kandang babi tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan anaknya, walaupun tidak dirasakan secara langsung namun ditakutkan pada masa mendatang menyebabkan hal yang tidak diinginkan.
”Kalau musim panas gini langsung menguap mbak kotorannya, jadi kan lebih cepat ngabar dan bikin bau ke mana-mana,” jelas Bu Ummi mengenai bau kotoran babi di sekitar rumahnya. “Sebenarnya sama pak RT itu sudah dilarang kalau bikin kandang di tengah permukiman, soalnya udah dikasih tempat di pinggir sungai mbak, tapi gatau yang ini kok tiba-tiba bikin kandang di sini dan gaada yang negur sama sekali,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Bu Ummi dan keluarganya tidak dapat berbuat apa-apa dengan adanya kandang babi di sekitar rumahnya.
Perihal limbah dari produksi pabrik tahu, Bu Ummi mengatakan bahwa tidak begitu resah dengan limbah dari pabrik tahu tersebut karena pembuangan limbah pabrik tahu sudah dibuatkan saluran sehingga tidak menimbulkan bau yang busuk.
Namun saat musim hujan seperti ini, pabrik tahu menggunakan kain sebagai bahan bakar mereka yang menyebabkan langes. Langes merupakan abu yang beterbangan disebabkan bekas bakaran kain tersebut. Langes ini apabila menempel di baju dan dibersihkan dengan cara mengusapnya akan menimbulkan kotoran yang membekas.
Dibalik keresahaan Bu Ummi tersebut, terdapat juga keuntungan yang dirasakan ketika tinggal di tengah permukiman pabrik tahu. “Kan kalau tahu itu setiap hari dibutuhkan ya mbak, jadi saya kalau beli langsung dari pembuat bukan dari bakul gitu mbak dan bisa dapat harga yang lebih murah. Biasanya orang luar beli tahu 2000 dapet 4 kalo kita warga sekitar beli tahu 2000 bisa dapet 5 atau lebih,” ujar Bu Ummi.
ADVERTISEMENT
Walaupun Bu Ummi dan warga sekitar tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapi situasi ini, mereka tetap berharap agar kedepannya ketua RT setempat bisa lebih tegas terhadap warga yang masih ngeyel membuka kandang babi di tengah permukiman dan dapat menindaklanjutinya dengan cepat agar tidak meresahkan warga yang lain.