Konten dari Pengguna

Sisi Gelap Tindakan Memuji

Alif Hidayat Syahputra
Nama saya adalah Alif Hidayat Syahputra. Saya dilahirkan pada 12 April 2002 di Banyumas. Saya adalah mahasiswa UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri.
20 Desember 2021 18:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alif Hidayat Syahputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kata-kata Pujian. Gambar: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kata-kata Pujian. Gambar: Pixabay
ADVERTISEMENT
Tindakan memuji kehebatan dan kebaikan seseorang memang umumnya dianggap oleh kebanyakan orang sebagai suatu tindakan yang positif, membangun, dan membahagiakan. Bahkan kebanyakan orang rela untuk melakukan kegiatan yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan hanya untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain, hal itu karena mereka sadar mereka akan mendapat kebahagian dan kebanggaan dengan pujian tersebut.
ADVERTISEMENT
Pujian memang terkadang atau bahkan sering menjadi motivasi utama seseorang untuk melakukan suatu tindakan, misalnya kita rajin belajar hanya untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Di balik tujuan mendapat nilai yang tinggi, terdapat motivasi tersembunyi yaitu ingin mendapat pujian dari capaian nilai tinggi tersebut. Motivasi tersembunyi seperti itu memang terkadang tidak disadari dan hal itu cukup membahayakan jika terus dipelihara. Ketika pujian menjadi motivasi utama kita untuk bertindak dan pada akhirnya ternyata tidak ada seseorang yang memuji tindakan kita, kita dipastikan akan menjadi malas dan bahkan tidak ingin melakukan kegiatan itu lagi.

Kenapa Manusia Haus Pujian?

Satu-satunya makhluk hidup di bumi yang haus akan pujian mungkin hanyalah manusia, kenapa hal itu bisa terjadi? Menurut buku “The Courage to be Disliked” yang ditulis oleh Fumitake Koga dan Ichiro Kishimi, manusia melakukan suatu tindakan karena ingin mendapat pujian merupakan hasil dari pendidikan Reward and Punishment. Sistem pendidikan ini mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu hanya karena kita ingin mendapatkan apresiasi atau karena kita ingin menghindari hukuman. Seseorang yang dari kecil mendapatkan sistem pendidikan semacam ini biasanya akan menjadi orang yang selalu ingin dipuji. Seseorang itu mencari kebahagiaan dari pujian. Ketika dia mendapat pujian mereka akan bahagia dan berbangga diri dan pada akhirnya, dia akan timbul rasa sombong. Ketika seseorang itu tidak mendapatkan pujian, seseorang itu akan merasa tidak dihargai dan bahkan mereka merasa terhina.
ADVERTISEMENT

Kenapa Manusia Memuji?

Pernah atau tidak sih kalian memikirkan apa tujuan seseorang memuji kita? Menurut buku yang sama seperti sub-bab sebelumnya, tujuan utama seseorang memuji orang lain biasanya adalah untuk memanipulasi atau memengaruhi orang lain. Bukan seperti yang selama ini kita kira bahwa tujuan memuji orang lain adalah untuk memberi penghargaan, menyemangati, atau memotivasi. Bahkan sering orang yang memuji tersebut tidak menyadari tujuan itu dan biasanya orang yang dipuji juga tidak menyadari sedang dimanipulasi.
Seseorang memuji juga bisa menandakan bahwa orang yang memuji itu merasa diri mereka lebih tinggi dari orang yang dipuji. Ini memang terlihat sulit dimengerti. Sebagai contoh saat kita sudah dibantu oleh adik kita atau orang yang kita nilai lebih rendah, kita cenderung merespons dengan memuji mereka dan mengatakan “Adikku yang pintar” atau “Anak yang berbakti” daripada mengucapkan ucapan terima kasih kepada mereka. Berbeda dengan saat kita dibantu oleh guru kita atau atasan kita, kita hampir sangat jarang merespons bantuan tersebut dengan pujian, kita pasti akan sangat menghargai bantuan tersebut dan berkata “Terima kasih banyak atas bantuannya” atau kalimat sejenisnya.
ADVERTISEMENT

Ganti Pujian dengan Sikap Menghormati

Mengganti respons dari memuji menjadi penghormatan dan penghargaan adalah tindakan yang tepat dan merupakan tindakan yang positif. Ketika seseorang dipuji, ada dua kemungkinan respons yang akan keluar. Pertama, dia akan menjadi orang yang sombong dan berbangga diri dengan pujian tersebut atau respons yang kedua dia akan tidak nyaman dengan pujian tersebut dan dia merasa direndahkan. Berbeda dengan ketika kita memberikan kalimat penghargaan seperti “Terima kasih atas bantuannya” atau yang sejenisnya bisa dipastikan orang yang telah membantu kita akan merasakan perasaan bahwa dia berguna dan dia dibutuhkan, hasilnya orang tersebut akan timbul perasaan bahagia.
Menghormati dan menghargai seperti itu sangat perlu dan penting dilakukan karena hal itu merupakan bentuk dukungan dan respons yang tulus terhadap tindakan bantuan orang lain terhadap kita, orang lain tersebut akan memandang diri kita sebagai orang yang tulus dan bukan orang yang penuh dengan manipulasi belaka.
ADVERTISEMENT
Sesuatu pun tidak muncul dari ruang hampa, begitupun dengan artikel ini. Sebagian besar pemikiran di dalam artikel ini adalah hanya setetes pemikiran dari teori psikologi individual milik Alfred Adler dan setetes pembahasan di buku "The Courage to be Disliked" yang ditulis oleh Fumitake Koga dan Ichiro Kishimi.