Konten dari Pengguna

TikTok Shop Jadi Sarang Perilaku Konsumtif Mahasiswa

Alifia Azzahra Anantatiar
Mahasiswi Binus University jurusan Marketing Communication.
21 Januari 2023 10:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alifia Azzahra Anantatiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Siapa sih yang ga kenal aplikasi TikTok, ya aplikasi ini mulai digandrungi anak remaja sekutar tahun 2019 kemunculannya dengan fitur pembuat konten menjadi hal yang menarik, terlebih manusia mempunyai beberapa kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi dalam menjalankan kehidupannya. Perkembangan teknologi mendorong adanya perubahan perilaku berbelanja masyarakat. Mengapa demikian? Hal itu karena masyarakat khususnya mahasiswa dapat mengakses jejaring sosial melalui internet dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Internet juga dijadikan sebagai ajang untuk transaksi jual dan beli. Contohnya adalah aplikasi TikTok yang semula hanya dijadikan sebagai media sosial untuk posting foto saat ini ada fitur untuk jual beli barang. Perilaku konsumtif cenderung akan muncul di usia remaja menuju dewasa yang dipicu oleh gaya hidup yang dapat mempengaruhi keinginan membeli barang tertentu agar terkesan gaul. Selain itu, banyak mahasiswa yang membeli barang karena ikut terbawa arus FOMO (Fear of Missing Out).
Aplikasi TikTok kini sedang naik daun di kalangan media sosial. Tidak hanya posting video saja, TikTok juga dapat digunakan untuk berjualan. Kedua fungsi tersebut dapat memudahkan dalam hal promosi produk di TikTok. Promosi itu sering disebut “Racun TikTok” yang menyuguhkan konten-konten dari influencer yang ada di TikTok dalam mempromosikan produk tertentu.
ADVERTISEMENT
Sumber Foto: Shutterstock
Promosi tersebut dilakukan secara tipis-tipis dan cenderung tidak memperlihatkan promosi secara gamblang. Namun, konten dari influencer tersebut mampu mempengaruhi viewers nya untuk melakukan pembelian produk yang ada di dalam konten.
Konten tersebut dibuat semenarik mungkin dengan konsep “A day in my life” atau menceritakan kehidupan sehari-hari seorang influencer. Kemudahan berbelanja tersebut didukung oleh fitur “Keranjang Kuning” yang biasanya disematkan di video tersebut sehingga memudahkan penonton untuk melihat produk dan membelinya.
Sumber Foto: Shutterstock
Selain itu, kemampuan komunikasi persuasif juga diperlukan saat membuat konten promosi oleh influencer. Konten-konten tersebut memberikan dampak terhadap perilaku konsumtif mahasiswa yang semakin tinggi. Mahasiswa cenderung akan melakukan pembelian jika tertarik dengan konten dari produk tersebut dan merasa bahwa ia membutuhkannya. Selain itu, “Racun TikTok” juga memberikan dampak terhadap gaya hidup mahasiswa yang berubah.
ADVERTISEMENT
Jika di liat dari segi positifnya, “Racun Tiktok” ini dapat memudahkan pengguna dalam melakukan promosi dan membantu konsumen dalam melihat review. Namun, sisi negatifnya adalah hal tersebut dapat membuat pengguna sulit dalam mengendalikan diri saat melihat konten-konten “Racun TikTok”.