Konten dari Pengguna

Silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan

Alika Putri Utami
Penulis lepas.
25 Juni 2022 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alika Putri Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Source: Canva
ADVERTISEMENT
Kita semua tahu jika begitu banyak keragaman seni budaya yang ada di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah kesenian bela diri. Kesenian bela diri sendiri juga banyak jenisnya di Indonesia, contoh yang tidak asing dan sering kita dengar adalah pencak silat atau silat. Pencak silat atau silat adalah seni bela diri yang umumnya digunakan untuk pertahanan dan melindungi diri dari serangan musuh. Setiap daerah di Indonesia pasti mempunyai aliran silat yang khas.
ADVERTISEMENT
Dari banyaknya aliran silat, salah satunya adalah silat Betawi. Dalam kebudayaan Betawi sendiri sebenarnya masih banyak lagi jenis-jenis aliran silat. Kebanyakan orang mungkin hanya tahu silat Beksi dalam silat Betawi. Padahal masih banyak lagi yang belum diketahui. seperti silat “Cingkrik”, silat “Sabeni”, silat “Silau Macan”, silat “Tiga Berantai”, silat “Paseban”, silat “Cimacan”, dan masih banyak lagi jenis aliran silat Betawi lainnya.
Dari sekian banyak silat Betawi yang belum orang-orang tahu, salah satunya adalah aliran silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan. Orang awam banyak yang belum mendengar nama aliran silat yang diperkirakan muncul pada awal 1900-an ini. Aliran silat Misar Siban merupakan aliran silat orang-orang Betawi pinggiran. Aliran silat ini hadir ketika orang-orang Betawi, khususnya daerah Pengasinan Depok, melawan kekejaman dan ketidakadilan kolonial Belanda. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, aliran silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan ini menyebar di wilayah Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
Nama silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan, berasal dari nama tokoh atau orang tua pada zaman dulu, tepatnya ketika masa penjajahan. Yaitu Baba Misar dan Baba Siban, selaku pendiri dari aliran silat ini. Keduanya merupakan kawan, Baba sendiri dalam bahasa Betawi memiliki arti bapak, tetapi tidak jarang juga digunakan untuk pengganti sebutan kakek. Saat itu, di daerah Pengasinan Depok, banyak warganya yang menentang penjajah Belanda, sehingga lahirlah aliran silat ini. Awalnya, nama aliran silat ini adalah Jurus Jalan Enam. Namun ada masa ketika Baba Misar dan Baba Siban sebagai pendiri, bertemu dengan salah satu tokoh agama di daerah Bogor. Nama Jurus Jalan Enam, kemudian diubah berkat nasihat tokoh agama tersebut, agar tidak terdengar terlalu kasar, sehingga lahirlah nama Misar Siban Jalan Enam Pengasinan.
ADVERTISEMENT
Dalam aliran silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan, banyak sekali jurus yang dipakai. Misal jurus 'Jalan Enam', jurus 'Pecah Langkah', jurus 'Kebo Gedang', jurus 'Gendang', jurus 'Kotek', dan masih banyak yang lainnya. Dulu semua jurus itu memang diperuntukkan ketika kita akan melawan musuh seperti para penjajah. Tapi sekarang, dengan belajar silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan dan mempelajari banyak jurusnya, bisa kita gunakan itu untuk meneruskan budaya yang ada sejak dulu.
Di daerah Jabodetabek memang banyak tersebar sanggar dan paguyuban yang di dalamnya melatih Misar Siban Jalan Enam Pengasinan. Dan tidak bisa dibilang sedikit orang yang berminat dan berlatih di sana. Tapi itu tidak sebanding dengan kenyataan bahwa masih banyak orang yang awam akan aliran silat ini. Kita masih butuh banyak penerus untuk melestarikannya sebagai salah satu kesenian bela diri Betawi.
ADVERTISEMENT
Banyak sanggar atau paguyuban yang mau menerima dengan ikhlas orang-orang yang mau tekun berlatih silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan. Kita mungkin memang sudah tidak menggunakannya untuk perang atau melawan penjajah, tapi dengan berlatih Silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan, kita dapat menggunakannya sebagai ajang silaturahmi dan melestarikan kebudayaan Betawi.
Sekarang ini selain kesenian bela diri dari Indonesia, banyak juga kesenian bela diri yang berasal dari negara lain, dan antusiasnya kadang lebih tinggi dari mempelajari kesenian bela diri hasil kebudayaan sendiri. Padahal kenyataannya, kita sebagai penerus bangsa butuh dan harus melestarikannya. Jika kita mau dan ikhlas belajar, mungkin kita akan sangat kagum dengan makna dan filosofi kesenian budaya sendiri. Bukan hanya silat Misar Siban Jalan Enam Pengasinan ataupun silat Betawi, tapi juga kesenian bela diri daerah lain yang kita pelajari dan lestarikan. Agar anak-anak dan cucu kita nanti tahu betapa hebatnya kesenian bela diri bangsanya.
ADVERTISEMENT
Source: Pelatih Paguyuban “Oentoeng CS”, Gilang Galih Gumilang.