Gadget Freak, Pengaruh Pola Asuh Pengabaian dari Orang Tua

Malika Hifzi Agnia
Mahasiswi Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
31 Mei 2023 11:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malika Hifzi Agnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: anak kecanduan gadget. Sumber: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: anak kecanduan gadget. Sumber: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada perkembangan zaman ini, penggunaan gadget tidak mengenal usia, bisa dari orang tua hingga anak-anak. Mereka mudah beradaptasi dengan cepat dalam menggunakan gadget dan memanfaatkan penggunaan gadget untuk memudahkan aktivitasnya sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Gadget menyajikan berbagai fitur dan layanan untuk membantu individu dalam kesehariannya, seperti telepon, pesan singkat, panggilan video, dan sebagainya. (Yumarni, 2022).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pengguna gadget pada anak-anak yang berusia 0-6 tahun di Indonesia sudah mencapai 33,4% dan anak-anak usia 5-6 tahun mencapai 39,97% (Rizaty, 2023).
Gadget tentunya akan memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif pada penggunanya. Khususnya pada anak-anak, gadget dapat menjadi pengaruh positif, jika anak menggunakannya untuk mencari pengetahuan tentang pembelajaran di sekolah.
Namun, penggunaan gadget yang berlebihan pada anak akan menyebabkan adiksi atau kecanduan pada gadget. Kecanduan ini akan menyebabkan gangguan tidur, lupa waktu, pemalas, dan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Seseorang yang mengalami kecanduan terhadap gadget dapat dikatakan sebagai gadget freak.
ADVERTISEMENT

Apa Itu Gadget Freak?

Ilustrasi: anak kecanduan gadget. Sumber: Shutterstock.com
Gadget Freak merupakan suatu istilah untuk individu yang mengalami kecanduan terhadap gadget. Kecanduan yang dialami secara terus-menerus akan menyebabkan individu tergila-gila dengan perkembangan teknologi, khususnya pada gadget (Rahmadona, 2017).
Semua orang bisa mengalami gadget freak, bahkan anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa keemasan di mana anak belajar beradaptasi dan mencari berbagai pengetahuan yang belum mereka ketahui.
Jika pada masa tersebut anak sudah merasa kecanduan dengan gadget, maka perkembangan psikologis maupun fisiknya akan terhambat.
Maka dari itu, peran keluarga, terutama orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak untuk dapat membimbing agar tidak terpengaruh dengan perkembangan teknologi (Putra et al., 2018).

Anak Mengalami Gadget Freak, karena Apa?

Ilustrasi: anak kecanduan gadget. Sumber: Shutterstock.com
Kecanduan gadget atau gadget freak yang terjadi pada anak terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pola asuh dari orang tua. Orang tua merupakan orang yang terdekat dengan anak dan orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga (Rahayu et al., 2021).
ADVERTISEMENT
Orang tua bertugas dalam mendampingi dan melakukan pengawasan pada anak, terutama dalam penggunaan gadget. Anak-anak bisa mengalami kecanduan gadget karena kurangnya perhatian, pengawasan, dan pendampingan dari orang tua maupun pengasuhnya.
Secara tidak sadar, kesibukan yang dialami orang tua dan membiarkan anaknya untuk bermain gadget, maka anak akan banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dibandingkan dengan orang tuanya. Hal ini menandakan bahwa pola asuh dan peran orang tua merupakan hal terpenting dalam perkembangan anak.
Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh dan juga mendidik anaknya. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anak akan berdampak pada hubungan kedekatan di antara keduanya.
Ilustrasi anak bermain gadget. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Salah satu tokoh psikologi, yaitu John Bowlby mengatakan attachment (kelekatan) merupakan adanya suatu hubungan antara figur sosial dengan fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik dari hubungan yang unik (Efendy, 2012). Kelekatan ini akan bertahan lama di kehidupan manusia yang diawali dengan hubungan kelekatan antara ibu dan anak.
ADVERTISEMENT
Teori attachment dari John Bowlby ini kemudian dikembangkan oleh Mary Ainsworth untuk mengukur style (gaya) kelekatan antara bayi dan ibu maupun pengasuhnya. Setiap individu memiliki pola kelekatan yang berbeda, Mary Ainsworth mengidentifikasi adanya empat attachment style, yaitu secure, anxious, avoidant, dan fearful avoidant.
Secure atau pola kelekatan aman memberikan pengaruh yang positif terhadap kompetensi sosial dan hubungan yang saling mempercayai. Anxious atau pola kelekatan cemas memberikan pengaruh yang rendah dalam hubungan interpersonal, mereka kurang percaya diri, merasa tidak berharga, dan enggan untuk mendekati orang lain.
Avoidant atau pola kelekatan menghindar memberikan pengaruh yang sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain, mereka tidak menganggap dan tidak percaya dengan kesediaan orang lain.
Ilustrasi anak memakai gadget untuk bermain game. Foto: Shutter Stock
Terakhir yaitu fearful avoidant atau pola kelekatan menghindar yang takut, pola ini merupakan campuran dari anxious dan avoidant. Mereka memiliki masalah terhadap kepercayaan dan menjaga jaraknya dengan orang lain (Efendy, 2012).
ADVERTISEMENT
Fenomena gadget freak yang terjadi pada anak bisa terjadi karena adanya attachment style yang kurang tepat antara ibu dan anak. Jika anak selalu dibiarkan dan tidak mendapatkan perhatian yang cukup, kemungkinan yang terjadi adalah mereka mencari orang terdekat mereka dengan menggunakan gadget.
Gadget dapat memberikan hiburan yang bisa menggantikan perhatian dari orang tua. Hubungan yang terputus antara ibu dan anak bisa terjadi karena adanya pola kelekatan menghindar (avoidant). Jika anak tidak menerima perhatian dan pendampingan dari orang tua, maka ia akan berusaha untuk menghindari kehadiran orang tua mereka dengan sibuk menggunakan gadget.
Anak yang berkembang dengan pola kelekatan menghindar ini akan kesulitan dalam hubungan sosial maupun romantis. Mereka tidak mau untuk berbagi pikiran dan perasaannya kepada orang lain.
ADVERTISEMENT

Apakah Gadget Freak Mengganggu Perkembangan Anak?

Ilustrasi: anak bermain di lingkungannya. Sumber: Shutterstock.com
Orang tua perlu menyadari bahwa gadget bukan suatu alat yang dapat menggantikan peran orang tua dalam mengasuh anaknya untuk membuat mereka berhenti menangis. Justru gadget menjadi alat yang dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan anak.
Orang tua perlu merasa khawatir dan terus memperhatikan anaknya agar tumbuh dengan baik tanpa adanya gangguan apapun (Rahayu et al., 2021).
Anak-anak yang menghabiskan waktunya dengan menggunakan gadget tanpa berinteraksi dengan orang lain akan mengakibatkan kurangnya kemampuan dalam bicara dan terganggunya perkembangan bahasa pada anak.
Selain itu, anak mengabaikan dan mengesampingkan kebutuhan mereka seperti makan, mandi, dan sebagainya hanya untuk bermain gadget. Mereka juga menjadi lebih sering cemas dan mudah marah jika tidak menggunakan gadget.
Ilustrasi anak bermain gadget. Foto: Melly Meiliani/kumparan
Kesadaran orang tua sangat penting untuk mencegah berbagai dampak negatif dari gadget. Walaupun gadget memiliki banyak manfaat, namun anak-anak yang berusia dini tidak terlalu membutuhkannya.
ADVERTISEMENT
Mereka lebih disarankan untuk belajar dari lingkungannya dibandingkan di depan layar gadget, sehingga perkembangan mereka tidak terganggu dengan adanya fenomena gadget freak.
Untuk menghindari dampak negatif dari gadget, orang tua atau pengasuhnya dapat melakukan kontrol dengan memberikan batasan waktu dalam menggunakan gadget, yaitu tidak boleh lebih dari satu jam.
Orang tua diusahakan untuk mendampingi anak dalam menggunakan gadget untuk menghindari konten-konten negatif dari gadget. Selain itu, orang tua juga diharapkan untuk lebih sering berinteraksi dengan anaknya agar tumbuh rasa saling percaya dan mengembangkan mental diri anak sebagai seseorang yang berharga.