Konten dari Pengguna

Mengenal Bulimia, Tragedi Tersembunyi dibalik Tubuh yang “Ideal”

Alima Larassati Anindhya Putri
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
4 Desember 2023 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alima Larassati Anindhya Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: canva-bulimia
zoom-in-whitePerbesar
Source: canva-bulimia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seringkali, kita merasa terkagum-kagum pada bentuk badan orang lain terutama apabila mereka memiliki tubuh yang sesuai dengan body goals impian kita. Namun, tahukah kalian bahwa di luar sana terdapat banyak cara negatif yang ditempuh seseorang dalam meraih body goals nya? Sebagai contoh, Lady Gaga sang penyanyi legendaris yang turut membagikan pengalamannya berjuang dengan eating disorder. “I used to throw up all the time in high school. So I’m not that confident.” Ujarnya pada suatu event di tahun 2012. Ia berkata bahwa ia “Ingin menjadi sekurus para ballerina.” Bahkan, ada suatu titik di mana bulimia mulai mengganggu karier bernyanyinya. Lalu, apakah eating disorder bulimia ini sendiri?
ADVERTISEMENT
Bulimia nervosa adalah salah satu eating disorder yang termasuk dalam mental illness serius nan melibatkan binge eating (makan secara berlebihan dalam kurun waktu singkat) di mana pengidapnya mengalami kesulitan dalam mengontrol pola makan mereka. Perilaku binge eating ini diikuti dengan usaha “kompensasi” untuk tetap menjaga bentuk badan maupun body image pengidapnya. “Kompensasi” ini mengarah pada perilaku negatif seperti memuntahkan kembali makanan, menkonsumsi obat pencahar secara berlebihan, maupun melakukan olahraga yang esktrim. Bulimia sendiri merupakan maladaptive eating behaviour yang membuat pengidapnya cenderung memiliki ketakutan secara berlebihan terhadap kenaikan berat badan dan kegagalan mereka dalam meraih ‘body goals’.
Eating disorder bulimia nervosa ini umumnya berkembang pada masa remaja atau dewasa muda dan dapat memengaruhi kedua jenis kelamin. Namun, bulimia nervosa umumnya terjadi pada perempuan di usia muda. Sejumlah studi mendapati individu dengan bulimia nervosa umumnya berada dalam atau di atas rentang berat badan normal. Berikut merupakan beberapa faktor predisposisi dan pemeliharaan yaitu genetik, lingkungan, psikososial, neurobiologis, dan juga temperamental.
ADVERTISEMENT
Faktor-faktor ini juga dapat mencakup:
• Impulsivitas
• Transisi masa perkembangan seperti pubertas
• Internalisasi/ekspektasi mengenai tubuh ideal yang kurus
• Tuntutan sosial
• Kekhawatiran tentang berat badan
• Kekhawatiran tentang bentuk tubuh
• Riwayat trauma masa kecil (trauma seksual, trauma fisik, ataupun trauma emosional)
Bulimia sendiri seringkali dijadikan coping mechanism dalam mengatasi kecemasan berlebih perihal body image yang ingin dimiliki oleh seseorang. Bagi orang dengan eating disorder, mengendalikan makanan serta tubuh mereka merupakan suatu cara untuk melepas emotional distress dan untuk mencapai suatu tingkat kontrol tertentu terhadap kehidupan mereka. Dalam sudut pandang cognitive neuroscience, umumnya orang dengan bulimia nervosa menunjukkan penurunan aktivasi pada bilateral ventral putamen, amygdala, insula, dan lateral orbitofrontal cortex yang berkaitan dengan hasil tak terduga terkait dengan penerimaan sukrosa dan kesalahan prediksi. Oleh sebab itu, sinyal saraf yang terlibat dalam “reward system” dapat mengalami perubahan baik pada remaja maupun orang dewasa.
Source: canva-bulimia
Selain memiliki dampak luar biasa besar pada aspek psikologis, bulimia juga turut menyumbang risiko pengembangan komplikasi medis yang memengaruhi seluruh sistem tubuh secara berkesinambungan, terutama pada sistem ginjal dan elektrolit. Pemberhentian perilaku eating disorder bulimia nervosa ini mungkin saja dapat mengembalikan kondisi tubuh tetapi tidak secara keseluruhan seperti semula. Berikut merupakan beberapa dampak komplikasi medis dari “kompensasi negatif” penderita bulimia nervosa yang dapat kita simak.
ADVERTISEMENT
Kulit
Rusell sign, dinamai setelah Dr. Gerald Russel yang pertama kali mendefinisikan penyakit bulimia nervosa pada tahun 1979, merujuk pada adanya ‘kapalan’ di sekitar bagian tangan yang dominan. Hal ini dapat terjadi apabila penderita bulimia nervosa melakukan “self inducing” untuk memuntahkan makanannya secara paksa dengan cara menyodok tenggorokannya dengan jari.
Gigi dan mulut
Muntah dapat menyebabkan adanya karies dan erosi gigi diakibatkan oleh kontak gigi dengan kandungan cairan muntah yang asam (pH 3,8). Selain itu, dapat pula terjadi trauma pada mukosa oral, terutama pada faring dan soft palate, ini diduga terjadi baik akibat pasien memasukkan objek asing ke dalam mulut untuk memicu muntah atau efek kaustik muntah pada lapisan mukosa.
ADVERTISEMENT
Komplikasi jantung
Komplikasi jantung yang diakibatkan oleh “self inducing vomit” dan penyalahgunaan diuretik atau laksatif. Gangguan elektrolit juga dapat menimbulkan hipokalemia dan juga asam-basa. Demikian pula pada penyalahgunaan pil diet yang dapat meningkatkan potensi terjadinya aritmia pada jantung.
Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya bulimia nervosa merupakan eating disorder yang memiliki banyak dampak kurang baik pada aspek fisiologis maupun psikologis seseorang. Lalu, bagaimanakah penanganan yang tepat untuk eating disorder ini?
Penanganan secara psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu jenis pengobatan yang dapat membantu individu yang mengalami kondisi kesehatan mental dan kesulitan secara emosional. Psikoterapi tidak hanya membantu meredakan gejala tetapi juga jenis-jenis tertentu pada psikoterapi dapat dapat membantu proses pengidentifikasian penyebab akar psikologis seseorang sehingga mereka dapat berfungsi dengan lebih baik. Berikut merupakan beberapa jenis psikoterapi yang dapat dijalani oleh pengidap bulimia:
ADVERTISEMENT
• Terapi perilaku kognitif
• Psikoterapi interpersonal
• Perawatan berbasis keluarga
Penanganan menggunakan obat-obatan
Untuk mengurangi gejala, pengkombinasian antara terapi dan juga obat-obatan antidepressant seperti fluoxetine dinilai cukup efektif.
Beberapa upaya pencegahan sudah sebaiknya kita lakukan mulai dari saat ini. Mencintai diri sendiri, menjalani gaya hidup yang sehat, dan menghindari cara-cara negatif dalam mencapai badan impian kita dapat menjadi cara terbaik untuk menghindari adanya eating disorder seperti bulimia. So, let’s make yourself a nice place to be!
Daftar pustaka
Steinglass, J. E., Berner, L. A., & Attia, E. (2019). Cognitive neuroscience of eating disorders. Psychiatric Clinics, 42(1), 75-91. https://www.psych.theclinics.com/article/S0193-953X(18)31155-9/abstract
Nitsch, A., Dlugosz, H., Gibson, D., & Mehler, P. S. (2021). Medical complications of bulimia nervosa. Cleveland Clinic journal of medicine, 88(6), 333-34. https://www.ccjm.org/node/10911?utm_source=TrendMD&utm_medium=cpc&utm_campaign=Cleveland_Clinic_Journal_of_Medicine_TrendMD_1
ADVERTISEMENT
Walsh, B. T., Wilson, G. T., Loeb, K. L., Devlin, M. J., Pike, K. M., Roose, S. P., ... & Waternaux, C. (1997). Medication and psychotherapy in the treatment of bulimia nervosa. American Journal of Psychiatry, 154(4), 523-531. https://www.researchgate.net/profile/Kathleen-Pike-3/publication/14126554_Medication_and_psychotherapy_in_the_treatment_of_bulimia_nervosa/links/5f19dbeb299bf1720d5fb870/Medication-and-psychotherapy-in-the-treatment-of-bulimia-nervosa.pdf