Konten dari Pengguna

Waspada Sebelum Menyesal: Minuman Berwarna dan Ancaman Diabetes di Masa Kini

Alimah Mufidah
Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
18 Oktober 2024 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alimah Mufidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dibuat oleh Canva
zoom-in-whitePerbesar
Dibuat oleh Canva
ADVERTISEMENT
Sejak bertahun-tahun lalu, rasa manis amat disukai banyak orang begitu pula dengan generasi saat ini. Terutama rasa manis pada minuman berwarna yang mudah ditemukan. Banyak pilihan minuman berwarna menarik dan menggoda yang ditata rapi pada jajaran minuman di berbagai tempat, seperti warung, minimarket, dan sebagainya. Daya tarik dari variasi rasa dan warna yang disuguhkan lebih mencuri pandang berbagai kalangan daripada air mineral.
ADVERTISEMENT
Tapi tahukah kalian? variasi warna dan rasa nikmat minuman berwarna mengandung zat-zat tersembunyi yang membawa pada dampak negatif bagi tubuh. Meskipun terlihat menyegarkan dan sering kali dipromosikan sebagai pilihan yang menyenangkan, minuman ini sering kali mengandung gula tambahan dalam jumlah yang sangat tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa peristiwa seringnya mengonsumsi minuman berperisa dapat mencapai dua kali lipat risiko terkena diabetes tipe 2, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda yang cenderung memilih minuman manis sebagai bagian dari pola konsumsi sehari-hari mereka.
Sebuah penelitian yang menggunakan data Riskesdas tahun 2013 mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan dan minuman manis dengan prevalensi diabetes melitus di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang jarang mengonsumsi makanan dan minuman manis memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami diabetes dibandingkan dengan mereka yang sering mengonsumsinya (Tarmizi dan Siregar, 2024).
ADVERTISEMENT
Di tahun 2021, Indonesia menempati urutan kelima di dunia dengan 19,5 juta penderita diabetes melitus (DM). Di samping itu, sekitar 14,3 juta orang dewasa berusia 20–79 tahun belum terdiagnosis (IDF, 2021). Asupan makanan dan minuman tinggi glukosa menjadi faktor utama peningkatan berat badan dan obesitas, yang berisiko meningkatkan diabetes tipe 2 (Diabetes Melitus). Tinjauan sistematis dan meta-analisis menunjukkan bahwa konsumsi minuman berpemanis (SSB) terkait dengan risiko diabetes tipe 2. Minuman ini berdampak negatif pada pengaturan rasa lapar, menyebabkan rasa lapar meningkat dan asupan kalori bertambah. Oleh karena itu, hubungan antara minuman berpemanis dan diabetes tipe 2 lebih disebabkan oleh konsumsi kalori berlebihan daripada indeks glikemik (Tarmizi dan Siregar, 2024).
Diabetes Melitus (DM) adalah kondisi yang disebabkan oleh gangguan pada metabolisme, yang ditandai oleh tingginya kadar gula dalam darah atau hiperglikemia. Ketika gula dikonsumsi dalam jumlah yang besar dan rutin, tubuh mulai mengalami kesulitan dalam memproduksi insulin yang cukup untuk mengatur kadar gula darah. Akibatnya, risiko terjadinya resistensi insulin meningkat, yang dapat mengarah pada diabetes. Ini adalah masalah serius yang harus dihadapi generasi muda, yang sering kali tidak menyadari dampak jangka panjang dari kebiasaan konsumsi ini. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat untuk menangani masalah diabetes secara lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sangat penting untuk memeriksa label nutrisi sebelum memilih minuman berwarna. Menggantinya dengan pilihan yang lebih sehat, seperti air mineral, teh herbal tanpa gula, atau jus alami yang tidak mengandung tambahan gula, bisa menjadi langkah proaktif untuk menjaga kesehatan.
Mengedukasi masyarakat mengenai dampak negatif dari minuman manis dan mendorong mereka untuk beralih ke alternatif yang lebih baik, seperti air putih, infused water, atau teh tanpa gula, dapat membantu mencegah masalah kesehatan di masa depan.
Langkah-langkah tersebut tidak hanya akan membantu individu menjaga kesehatan mereka, tetapi juga berkontribusi pada penurunan angka kasus diabetes secara keseluruhan. Kesadaran akan dampak jangka panjang dari kebiasaan konsumsi minuman manis dapat membantu seseorang menghindari penyesalan di masa depan, menjadikan pola makan yang lebih sehat sebagai prioritas untuk mengurangi risiko diabetes dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian, kita semua bisa berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi diri sendiri dan generasi yang akan datang.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Fatmona, F.A., Permana, D.R., dan Sakurawati, A. (2023). Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Perawatan Siko. MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, 3(12), 4166-4178. https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/MAHESA/article/download/12581/Download%20Artikel.
IDF. (2021). International Diabetes Federation Diabetes Atlas 10th Edition. In Diabetes Research and Clinical Practice (10th ed., Vol. 102, Issue 2). IDF. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.10.013.
Tarmizi, M., dan Siregar, F.A. (2024). Hubungan faktor metabolik dan konsumsi makanan minuman manis dengan kadar gula darah pada usia 30-60 tahun di Puskesmas Simalingkar. TROPHICO: Tropical Public Health Journal, 04 (01), 27-34. https://talenta.usu.ac.id/trophico/article/download/14534/7467/60330.