Konten dari Pengguna

Bagaimana Kondisi Suatu Kota Memengaruhi Keberlangsungan Hidup Penduduknya

ALIN DWI RACHMA DAMAYANTI
Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya
4 Desember 2022 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ALIN DWI RACHMA DAMAYANTI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret kota metropolitan Surabaya. Foto: Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Potret kota metropolitan Surabaya. Foto: Dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Membangun masa depan yang cerah di wilayah perkotaan merupakan dambaan bagi kebanyakan orang. Segala sesuatu yang telah disituasikan secara modern di wilayah perkotaan, memang terlihat sangat memberikan kemudahan bagi para penduduknya untuk memiliki kehidupan yang layak. Terutama, jika kita bisa berada di kota metropolitan.
ADVERTISEMENT
Kota metropolitan dapat diartikan sebagai suatu kawasan perkotaan yang selalu up to date dalam mengikuti perkembangan zaman. Beberapa karakteristik terkenal yang dimiliki oleh kota metropolitan diantaranya yaitu, memiliki jumlah penduduk berkisar satu hingga lima juta jiwa, dan mayoritas penduduknya selalu bekerja di pusat bisnis perkantoran, pemerintahan, dan juga industri. Mengapa demikian? Karena, kawasan metropolitan selalu memiliki kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami perkembangan. Tidak heran, jika mereka selalu menjadi incaran lokasi bagi perusahaan bertaraf internasional untuk mendirikan cabang perusahaannya di sana.
Tatanan kehidupan di kota selalu menjadi penyebab utama dari maraknya urbanisasi. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang beranggapan bahwa, menjadi seorang pekerja kasar di wilayah perkotaan lebih worth it untuk dilakukan, dibandingkan dengan melakukan segala bentuk pekerjaan yang ada di desa.
ADVERTISEMENT
Tanpa adanya urbanisasi, kondisi kota metropolitan pun sebenarnya sudah memiliki kepadatan penduduk yang luar biasa. Sementara, jika ditambah dengan urbanisasi, maka dapat dipastikan bahwa perbandingan antara luas wilayah dengan jumlah penduduknya akan makin mengalami ketidakseimbangan. Bagaimanapun juga, situasi kota yang terlalu padat tidak akan nyaman untuk dihuni.
Para ilmuwan di Universitas Stanford pernah mengungkapkan bahwa, Indonesia menjadi negara yang memiliki penduduk dengan tingkat kemalasan tinggi untuk berjalan kaki. Bayangkan saja, betapa tingginya kinerja lalu-lintas kendaraan di kota metropolitan, ketika hampir dari seluruh penduduknya menggunakan kendaraan pribadi saat berpergian. Tentu hal ini dapat mengakibatkan pencemaran udara. Belum lagi, ditambah dengan polutan zat kimia yang dihasilkan melalui kegiatan industri di sana.
Namun, tahukah kalian, jika di Indonesia masih terdapat kota metropolitan dengan kualitas udaranya yang cukup baik. Kota ini terletak di pantai utara Pulau Jawa bagian timur, bersebrangan dengan Selat Madura dan Laut Jawa. Di mana lagi kalau bukan di Kota Surabaya.
Kondisi langit di Kota Surabaya. Foto: Dokumen pribadi
Sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, Kota Surabaya memiliki segudang keistimewaan yang dapat memikat hati banyak orang. Potensi yang dihadirkan oleh kota ini pun tidak main-main. Hampir tidak ada sarana dan prasarana yang terlewat untuk dipenuhi. Baik itu dalam aspek pendidikan, perekonomian, transportasi, hingga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari buku Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebanyak 40,666 juta jiwa penduduk yang ada di Jawa Timur. Dan dari puluhan juta jiwa tersebut, Kota Surabaya lah yang menempati posisi pertama dengan jumlah penduduk terbanyak, sebesar 2,88 juta jiwa. Namun, di tengah kepadatan penduduk ini, Pemerintah Kota Surabaya masih memperhatikan kualitas udara di kotanya.
Kota Surabaya berhasil meraih penghargaan ASEAN Environtmentally Sustainable City (ESC) kategori Udara Terbersih Kota Besar pada tahun 2021. Melalui penghargaan ini, Kota Surabaya diakui sebagai kota yang memiliki kualitas udara terbersih se-Asia Tenggara. Upaya mempertahankan kualitas udara yang bersih ini pun masih dilakukan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan melalui adanya hasil pemantauan Indeks Kualitas Udara (IKU) di Kota Surabaya, pada rentan waktu Januari hingga Mei 2022 oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, Indeks Kualitas Udara (IKU) di Kota Surabaya berada di angka 87,0874 atau dalam klasifikasi baik (70 ≤ x < 90).
ADVERTISEMENT
Apabila suatu kota telah memperhatikan kualitas udaranya, maka secara tidak langsung kota tersebut juga telah menaruh perhatian pada keberlangsungan hidup penduduknya. Udara memiliki arti yang sangat penting bagi manusia. Karena di dalam udara, terkandung gas-gas yang diperlukan oleh tubuh manusia, yaitu 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap cairan, karbon dioksida, dan gas-gas lainnya.
Terdapat begitu banyak penyakit yang bisa timbul akibat dari pencemaran udara. Salah satunya yaitu, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA sangat rentan terjadi pada anak-anak dan juga balita. Hal ini dikarenakan, sistem pertahanan tubuh mereka masih sangat rendah. Seperti yang kita ketahui, ISPA yang berkelanjutan akan berakhir dengan pneumonia. Sangat memprihatinkan apabila kita tega melihat anak kecil yang tidak berdosa harus menanggung beban hidup yang kita perbuat terhadap lingkungan. Begitu menderitanya mereka yang harus hidup berdampingan dengan ganasnya penyakit ini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNICEF pada tahun 2018, dunia harus merelakan 800.000 anak meninggal karena pneumonia dengan perkiraan waktu pertiga puluh sembilan detik. Pada saat itu, Indonesia harus kehilangan lebih dari 199.000 anak, dengan perkiraan waktu dua anak per jam. Tidak heran, jika pneumonia menjadi penyebab kematian tunggal terbesar pada anak di seluruh dunia.
Kota Surabaya yang telah melakukan banyak upaya dalam mempertahankan kualitas udaranya saja, masih memiliki kasus pneumonia di kotanya. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengungkapkan bahwa, pada bulan Januari hingga September 2022, terdapat 9.312 kasus pneumonia pada anak usia 0-5 tahun dan 5.940 kasus pada anak di usia 5 tahun ke atas. Lalu bagaimana dengan nasib dari kota yang kurang atau bahkan belum sama sekali memperhatikan kualitas udaranya? Tentu hal tersebut akan sangat mengancam keberlangsungan hidup penduduknya.
ADVERTISEMENT
Daftar Referensi
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2022. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
Pemkot Surabaya. (2022a). DLH: Kualitas Udara Surabaya Hingga Pertengahan Tahun 2022 Dalam Klasifikasi Baik. 2022. https://www.surabaya.go.id/id/berita/67610/dlh-kualitas-udara-surabaya-hingga-pertengahan-tahun-2022-dalam-klasifikasi-baik
Pemkot Surabaya. (2022b). Pemkot Surabaya Gencar Deteksi Kasus Pneumonia Pada Balita. 2022. https://www.surabaya.go.id/id/berita/70178/pemkot-surabaya-gencar-deteksi-kasus-pneumonia-pada-balita
UNICEF Indonesia. (2019). Lembaga kesehatan dan anak memeringatkan satu anak meninggal akibat pneumonia setiap 39 detik. UNICEF Indonesia.