Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Perlukah Adanya Seni dan Sastra dalam Dunia Pendidikan?
10 Desember 2024 17:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Aliyah Farah Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan kerap kali dipandang sebagai bekal utama bagi murid untuk menghadapi dunia kerja di masa depan. Perspektif ini menyebabkan keberhasilan pendidikan sering diukur dari kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan teknis yang relevan dengan dunia kerja. Hal ini tidak sepenuhnya salah, namun perspektif ini seringkali muncul bersamaan dengan pandangan sebelah mata terhadap pentingnya ilmu seni dan sastra. Di Indonesia sendiri, para orang tua cenderung mengharapkan anaknya untuk mempelajari ilmu-ilmu pasti, seperti ilmu sains, teknologi, ekonomi, dan teknik. Banyak dari mereka yang melarang anaknya untuk mendalami ilmu seni maupun sastra karena dianggap kurang bermanfaat. Tetapi, apakah benar kedua ilmu tersebut tidak memiliki manfaat signifikan?
ADVERTISEMENT
Manfaat Seni dan Sastra
Ketika membahas ilmu seni dan sastra, estetika sering kali dianggap sebagai satu-satunya manfaat yang mungkin untuk didapatkan. Namun, penting bagi kita untuk memahami bahwa keduanya memiliki manfaat yang jauh lebih mendalam. Seni dan sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan atau estetika semata, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana refleksi sosial dan emosional yang kuat.
Melalui cerita dan visualisasi yang unik, seni dan sastra mampu mengajarkan empati yang memungkinkan audiens memahami perspektif yang beragam tentang kehidupan manusia. Sebagai contoh, puisi “Aku” karya Chairil Anwar menggambarkan perjuangan seseorang untuk meraih kebebasan individu meski dihadapkan pada berbagai tantangan. Ungkapan seperti “Aku ini binatang jalang” mencerminkan semangat pemberontakan terhadap norma yang membatasi, sekaligus menyentuh sisi emosional pembaca untuk merenungkan makna kebebasan. Contoh lainnya juga dapat kita lihat pada lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh. Lukisan ini menggambarkan proses ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada masa penjajahan Belanda. Melalui detail dan komposisi visual yang emosional, audiens diajak untuk merasakan amarah dan kesedihan yang dialami bangsa Indonesia pada masa penjajahan.
ADVERTISEMENT
Melalui karya seperti puisi “Aku” dan lukisan Raden Saleh, kita diajak untuk memahami nilai keberanian, pengorbanan, dan perjuangan, sekaligus belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Kemampuan untuk merasakan empati ini sangat penting dalam membentuk individu yang peka terhadap isu sosial dan mampu bertindak dengan belas kasih dalam kehidupan sehari-hari.
Seni dan sastra juga menjadi medium yang efektif dalam menumbuhkan kreativitas dan pemikiran kritis. Melalui analisis mendalam terhadap karya-karya seni dan literatur, seseorang dapat belajar untuk menilai ide-ide kompleks dan menghubungkan berbagai konsep pemikiran. Proses ini melatih pikiran untuk berpikir secara terbuka, inovatif, dan tidak terjebak dalam pola pikir konvensional. Pemikiran kritis yang terbentuk juga membantu individu untuk menganalisis, mempertanyakan, dan membentuk opini terhadap setiap informasi yang diterima. Hal ini membantu individu untuk terhindar dari pengaruh hoaks yang berpotensi merugikan diri sendiri maupun orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Seni dan Sastra di Dunia Pendidikan
Berdasarkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari seni dan sastra, kita tidak boleh mengabaikan peran penting keduanya dalam dunia pendidikan. Seni dan sastra tidak hanya berfungsi sebagai sarana ekspresi kreatif, tetapi juga menjadi medium yang efektif untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, memperluas imajinasi, dan membangun empati. Dengan melibatkan seni dan sastra dalam proses pembelajaran, siswa dapat belajar mengembangkan keterampilan motorik, kecerdasan emosional, serta kemampuan problem-solving yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui seni dan sastra, siswa memiliki ruang untuk berekspresi tanpa batasan, yang mampu membentuk individu yang percaya diri, fleksibel, dan inovatif.
Oleh karena itu, seni dan sastra harus diintegrasikan secara lebih mendalam dalam kurikulum pendidikan. Langkah ini penting untuk menciptakan generasi masa depan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga kreatif, empatik, dan berwawasan luas. Seni dan sastra adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi, tangguh, dan peka terhadap tantangan zaman.
ADVERTISEMENT
Referensi
Nussbaum, M. C. (2009). Education for profit, education for freedom. Liberal Education, 95(3), 6–13.
Prasetyo, W. H. (2022). Pemanfaatan literasi visual dalam pembelajaran berbasis STEM di era digital. Jurnal Simpati: Jurnal Ilmiah Pedidikan, Pengajaran, dan Pembelajaran, 9(2), 42-56. https://jurnal.alimspublishing.co.id/index.php/simpati/article/view/842/650
Telaumbanua, K., & Bu’ulolo, B. (2024). Manfaat seni rupa dalam merangsang kreativitas anak usia dini. KHIRANI: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 123-135. https://e-journal.nalanda.ac.id/index.php/KHIRANI/article/download/920/835/3417
Wikipedia contributors. (n.d.). Penangkapan Pangeran Diponegoro. In Wikipedia. Retrieved December 10, 2024, from https://id.wikipedia.org/wiki/Penangkapan_Pangeran_Diponegoro