Konten dari Pengguna

Evolusi Peradaban Timur Tengah: Dari Mesopotamia ke Dunia Modern

aliyah rafika
Mahasiswa Pascasarjana SKSG UI Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam
9 Juni 2025 11:15 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Evolusi Peradaban Timur Tengah: Dari Mesopotamia ke Dunia Modern
Timur Tengah menjadi wilayah strategis diantara benua Afrika, Asia, dan Eropa. Muncul menjadi pusat peradaban manusia paling bersejarah dimulai dari Mesopotamia hingga dunia modern.
aliyah rafika
Tulisan dari aliyah rafika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: ChatGPT
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: ChatGPT
ADVERTISEMENT
Timur Tengah—wilayah dengan letak strategisnya di antara benua Asia, Afrika dan Eropa muncul menjadi pusat peradaban paling bersejarah dan berpengaruh didunia sejak ribuan tahun lalu. Dimulai dari Mesopotamia yang dikenal sebagai tempat kelahiran peradaban, hingga dunia global yang penuh dengan kemajuan teknologi dan sosial. Perjalanan sejarah Timur Tengah telah menorehkan perjalanan panjang yang melibatkan berbagai penemuan besar, kebangkitan kerajaan-kerajaan besar, kekaisaran hingga dunia modern. Dengan latar belakang sejarah yang kaya, kehidupan Timur Tengah tidak hanya sebuah dongeng tentang kemajuan dan kejatuhan sebuah peradaban—namun juga tentang kekuatan manusia dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam esai ini akan memberi gambaran bagaimana peradaban di Timur Tengah terus bertransformasi dari zaman kuno hingga membentuk dunia yang kita kenal sekarang.
ADVERTISEMENT
1. MESOPOTAMIA DAN MESIR KUNO: SEBUAH AWAL
Mesopotamia merupakan kota pada zaman kuno (sebelum masehi) yang dikenal maju dan canggih—terletak di antara dua sungai besar yaitu Sungai Tigris dan Eufrat. Kota ini menjadi pusat peradaban dan akulturasi terbesar yang pernah ada karena terjadi migrasi besar di Mesopotamia dari berbagai arah seperti Arab dan Mesir. Kebudayaannya banyak melahirkan perkampungan yang kemudian membentuk kota-kota kecil seperti Erecha, Eridu, Lagash, Ur, Nippur dan lain-lain. Mesopotamia bukanlah peradaban tunggal—wilayah yang dialiri dua sungai tersebut menjadi daerah munculnya peradaban-peradaban besar dan maju seperti Sumeria, Babylonia, Akkadia, Assyiria, Persia, dan Islam (Aksa et al., 2022).
Sekitar tahun 3500 SM melalui masyarakat Sumeria, wilayah ini telah menghasilkan peradaban yang maju, dengan perkembangan kota-kota, sistem organisasi politik, etika religius dan pemerintahan negara-kota (city-state). Salah satu inovasi terbesar yang muncul dari Mesopotamia adalah penemuan tulisan. Orang-orang Sumeria memperkenalkan sistem tulisan paku (cuneiform) yang digunakan untuk mencatat transaksi perdagangan, hukum, dan kejadian-kejadian penting lainnya. Kontribusi lainnya adalah memperkenalkan teknik peperangan, dalam bidang matematika—mereka membuat sistem bilangan yang didasarkan pada 60 unit geometri yang diwujudkan dalam bentuk bangunan (Manan, 2020).
ADVERTISEMENT
Kekuasaan bangsa Sumeria yang paling menonjol adalah masa pemerintahan Hammurabi dengan menjadikan Babylon sebagai ibukota. Dia adalah penguasa terkenal dengan sistem pemerintahan yang terorganisir dan yang membuat hukum atau aturan konkret sebagai kode hukum tertua tertulis (Kode Hammurabi). Pembangunan kota-kota besar seperti Ur dan Babilon menandai kemajuan dalam hal infrastruktur. Kota-kota ini dilengkapi dengan tembok besar, kanal irigasi, serta bangunan monumental seperti Ziggurat (tempat pemujaan) yang menjadi simbol spiritual dan kekuasaan. Mesopotamia juga dikenal sebagai tempat kelahiran agama politeisme yang memperkenalkan banyak dewa-dewi, dan ini menjadi dasar bagi banyak kepercayaan di kawasan tersebut.
Sementara itu, peradaban Mesir kuno yang menempati lembah Nil sekitar tahun 5000-525 SM ditandai dengan banyak ditemukannya peralatan-peralatan pada kuburan-kuburan bangsa Mesir. Kemajuan bangsa ini lebih ditopang oleh hasil bumi yang subur—sejak pra-dinasti sudah terjalin kerja sama dalam pembuatan kanal dan irigasi. Gambaran ini menunjukkan adanya unit-unit politik meskipun masih kecil. Pada periode kerajaan lama—zaman logam, perdagangan sudah mengalami kemajuan. Industri manufaktur dari kaca, permata yang indah banyak dihasilkan oleh para pengrajin. Indikasi kemajuan dari periode ini adalah peninggalan piramida dari enam dinasti lama yang ada, dinasti keempat adalah yang paling kuat dengan piramida paling besar untuk Firaun Khufu atau dikenal dengan Cheops. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan geometri telah dikenal baik oleh bangsa Mesir.
ADVERTISEMENT
Perdagangan mengalami kemajuan pesat sepanjang sungai Nil, ekspedisi melalui laut merah dengan perahu telah dilakukan. Hasil perdagangan Mesir banyak ditemukan di Yunani, bahkan agama dan bentuk seni pun mulai diadopsi oleh Yunani. Impor Mesir berupa kulit onta, senjata-senjata dari logam, rempah-rempah, emas, kayu hingga permadani. Sedangkan ekspornya berupa gandum, linan, dan barang-barang kerajinan sebagai hasil olahan. Bangsa Mesir kuno mempercayai banyak Tuhan, di antaranya Ra—dewa matahari, Osiris—dewa air, Isis—Ibu agung. Di antara dewa tersebut Ra-lah yang paling penting. Bangsa Mesir juga sudah mengenal nyanyian-nyanyian untuk memuja para dewa sepeti Hymn to the sun.
Salah satu kontribusi penting bangsa Mesir dalam peradaban adalah kemajuan dalam bidang seni tulisan, khususnya pengenalan terhadap alfabet. Literatur tertua tercantum pada teks-teks piramida—teks yang berkenaan dengan agama dapat dijumpai pada dinding makam raja ke-5 dan ke-6 yang berisi tentang mantra-mantra magis, mitos dan nyanyian religius. Pada abad pertengahan terdapat legenda tentang Yusuf dan saudaranya hingga syair-syair yang diekspresikan secara filosofis. Sistem penanggalan juga sudah dikenal dengan baik, penetapan jumlah hari sebanyak tiga puluh dalam satu bulan dan jumlah bulan sebanyak dua belas dalam satu tahun di tambah lima hari. Dalam ilmu pengetahuan, Mesir pertama kali dalam matematika terapan dibuktikan dengan karya arsitek luar biasa yang menghasilkan bangunan berbentuk piramida (Manan, 2020).
ADVERTISEMENT
Secara umum kedua peradaban ini adalah kawasan subur yang mendukung terbentuknya masyarakat yang berbudaya dan berperadaban. Struktur sosial keduanya konkret, spesifik dan praktis. Meskipun ada beberapa perbedaan yang berarti seperti—dalam aspek ilmu pengetahuan yang lebih unggul masyarakat Mesopotamia sedangkan Mesir lebih menonjolkan aspek religius.
2. ARAB PRA-ISLAM
Bangsa Arab memiliki akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras bangsa Kaukasoid—sub ras Medditeranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan Irania. Periode ini sering dikenal masa Jahiliyyah (kebodohan)—tidak murni karena tidak berperadaban, namun lebih ke unsur teologis yang mana ketiadaan pengetahuan mereka akan agama, tata cara kemasyarakatan, politik dan keesaan Allah. Asumsi tersebut di perkuat oleh Ignaz Goldziher, seorang orientalis asal Hongaria bahwa masyarakat kala itu tidak hanya jahiliyyah namun juga barbarisme dan cenderung primitif (Kurnia, 2019).
ADVERTISEMENT
Di antara preseden buruk yang melekat pada Arab Pra-Islam adalah kondisi kedudukan wanita yang dipandang sebelah mata—bahkan setengah manusia. Wanita dianggap tidak lebih berharga dari barang dagangan di pasar—beberapa bahkan ada yang lebih vulgar yang menganggap mereka binatang dan hewan ternak yang tidak memiliki hak. Selain itu, mereka terkenal dengan tradisi penguburan anak hidup-hidup (khusus perempuan) yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan dan aib bagi keluarga. Mereka juga dikenal hidup dalam kabilah-kabilah atau klan-klan. Kecintaan mereka terhadap garis keturunan mengalahkan yang lainnya. Ibnu Khaldun menyebutnya dengan istilah al’-‘Ashabiyah. Fanatisme kabilah ini sering kali menimbulkan percekcokan dengan kabilah lain yang berujung pada peperangan meskipun itu adalah hal sepele—seperti kalah dalam pacuan kuda, persengketaan hewan ternak, mata air atau padang rumput.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, bangsa Arab periode ini memiliki kemajuan dalam bidang perekonomian khususnya pertanian dan perdagangan. Mereka telah mengenal dan menggunakan peralatan pertanian semi modern seperti alat bajak, cangkul, garu, dan tongkat kayu untuk menanam, penggunaan hewan ternak dan membangun sistem irigasi yang baik. Dalam perdagangan, kemajuan mereka dapat dilihat dari kegiatan ekspor impor bahkan sejak 200 tahun sebelum lahirnya Islam. Adapun barang yang diperdagangkan berupa dupa, kayu gaharu, minyak wangi, kismis dan mengimpor bahan bangunan, logam mulia, sutra, gading, rempah-rempah dari Afrika, Persia, Asia Selatan dan China. Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa Arab telah lama dikenal dengan karya sastranya, mereka dianugerahi kemampuan menghafal khususnya hafalan syair-syair. Dari segi teologis, bangsa Arab juga telah mengenal berbagai macam agama seperti paganisme, Kristen, Yahudi, Majusi dan Tauhid (Kurnia, 2019).
ADVERTISEMENT
3. ERA KEEMASAN
Setelah berabad-abad, Timur Tengah mengalami perubahan besar dengan munculnya agama Islam pada abad ke-7. Nabi Muhammad SAW membawa wahyu yang mengubah wajah peradaban kawasan ini, yang pada gilirannya mempengaruhi dunia. Kondisi bangsa Arab di mana Rasulullah SAW diutus sangat memprihatinkan. Walaupun orang Mekkah telah terbentuk banyak kabilah, namun struktur dan sistem sosial yang terjadi saat itu sangat buruk hingga kehidupan masyarakat berjalan tanpa norma dan etika yang baik.
Pada periode Khulafa’ Rasyidin ditandai dengan banyaknya perluasan wilayah Islam dari Persia hingga Andalusia—hingga abad 15 dengan runtuhnya Konstantinopel oleh imperium Turki Utsmani pada tahun 1453. Waktu ini menjadi zaman keemasan Islam di mana umat muslim mulai menerjemahkan teks-teks ilmu pengetahuan Yunani ke bahasa Arab. Mesir yang saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan Yunani pada masa Alexander Agung—jatuh di bawah pemerintah Muslim. Oleh karena itu, warisan pengetahuan Yunani yang masih tersisa diteruskan dalam kegiatan intelektual. Salah satu dukungan yang diberikan adalah diresmikannya Baitul Hikmah oleh Khalifah Harun ar-Rasyid di Baghdad. Lembaga ini memiliki peran penting—berkontribusi dalam penerjemahan karya di berbagai bidang dari bahasa Yunani Kuno, Suriah, Persia ke dalam bahasa Arab (Rusydie, 2023).
ADVERTISEMENT
Pusat peradaban Islam seperti Baghdad, Cordoba dan Kairo menjadi pusat ilmu pengetahuan yang berkontribusi besar pada peradaban saat ini. Peradaban Islam memfasilitasi perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang misalnya—perpustakaan Kairo yang memiliki koleksi buku dari 200.000-1.000.000 eksemplar di bawah dinasti Fathimiyah, ada pula Jami’ Zaitunah (Tunis) yang menjadi pusat pembelajaran Sunni di Afrika Utara. Berkembangnya pusat keilmuan di kalangan umat muslim pada abad pertengahan menghasilkan intelektual yang mencetuskan banyak sarjana Islam seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Haitsam—dikenal dalam bidang astronomi, geografi dan matematika, Al-Farabi dengan bidang filsafatnya, hingga Ibnu Khaldun dengan karya fenomenalnya Muqaddimah.
4. KOLONIALISME: ERA MODERN AWAL
Kejayaan Islam selama berabad-abad tidak berlangsung lama, wilayah ini mulai menghadapi kemunduran yang di sebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Pada abad ke-19, dunia Arab menjadi panggung ekspansi dan persaingan kekuatan Eropa—dimulai dari invasi Napoleon ke Mesir pada akhir abad ke-17 hingga kejatuhan kekaisaran Ottoman ke dalam wilayah Inggris Raya dan Perancis. Kedua negara ini menguasai wilayah Timur Tengah selama bertahun-tahun—namun ketika akhirnya meninggalkan wilayah tersebut, mereka menetapkan batas-batas negara dudukan sewenang-wenang tanpa memperhatikan perbedaan etnis, suku dan agama. Setelah perang dunia I—rencana menyatukan seluruh kerajaan Arab digagalkan oleh Deklarasi Balfour dan Perjanjian Sykes Picot. Perjanjian tersebut berperan menjadi warisan kolonial yang terlihat pada konflik Israel-Palestina, Suriah dan Lebanon (Seo et al., 2020).
ADVERTISEMENT
Deklarasi ini memicu konflik berkepanjangan yang hingga kini belum terselesaikan. Tidak hanya itu, perselisihan di Timur Tengah juga semakin parah ketika era perang dingin. Amerika Serikat dan Uni Soviet memainkan peran dalam menjadikan wilayah tersebut area pertempuran mereka guna memperluas pengaruh mereka. Akibatnya, konflik semakin kompleks dan sulit untuk diatasi. Faktor lain yang terpenting adalah kekayaan sumber daya alam “minyak” yang melimpah—sehingga banyak negara besar ingin menguasai sumber daya tersebut. Perbedaan agama dan sekte (termasuk Islam Sunni, Islam Syiah, Kristen) menambah faktor yang memperburuk konflik yang berkelanjutan (Pinter Politik, 2024).
5. ERA MODERN: PERUBAHAN SOSIAL, POLITIK dan EKONOMI
Memasuki abad ke-20, Timur Tengah mengalami perubahan besar dalam hal sosial, politik, ekonomi, hingga lingkungan. Berdirinya negara-negara baru seperti Turki, Irak, dan Arab Saudi menjadi bagian dari proses dekolonisasi setelah Perang Dunia I dan II. Namun, proses ini tidak mudah, karena berbagai konflik internal dan antar negara sering kali terjadi. Di sisi ekonomi, Timur Tengah mulai mengandalkan kekayaan alam, terutama minyak, yang menjadi komoditas global yang sangat bernilai. Negara-negara seperti Arab Saudi, Irak, Iran, dan Kuwait menjadi pusat ekonomi dunia berkat cadangan minyak mereka. Pendapatan dari minyak memungkinkan negara-negara ini untuk membangun infrastruktur modern dan meningkatkan kualitas hidup warganya.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun Timur Tengah mengalami kemajuan ekonomi yang pesat, ketegangan politik, perang, dan konflik sosial sering mengganggu perkembangan kawasan ini. Perang Dunia Arab-Israel, perang Iran-Irak, dan konflik lainnya memperburuk situasi politik dan sosial di banyak negara. Terlebih lagi, ketegangan antara berbagai kelompok etnis dan agama, seperti antara Sunni dan Syiah, terus berlanjut hingga saat ini.
TIMUR TENGAH: TANTANGAN DAN PELUANG
Di era globalisasi, Timur Tengah kini berada di persimpangan jalan. Meskipun beberapa negara, seperti Uni Emirat Arab dan Qatar, telah berhasil mengembangkan ekonomi modern dan menjadi pusat keuangan global, kawasan ini masih bergulat dengan tantangan besar. Dibidang ekonomi—penurunan jangka panjang cadangan minyak regional dan harga energi global akan meningkatkan tekanan keuangan di seluruh kawasan. Dibidang teknologi—kemajuan digitalisasi dan kecerdasan buatan akan menciptakan tekanan kompetitif bagi bisnis dan pekerja. Di bidang lingkungan—perubahan iklim akan berdampak besar, terutama berkaitan dengan kelangkaan air regional. Dibidang sosial—gelombang demografi akan meningkatkan populasi dan pasokan tenaga kerja yang mereplikasi kondisi yang meramalkan kerusuhan pencipta gelombang Arab Spring tahun 2011. Ditambah ketidakstabilan politik, ketegangan agama dan etnis, serta masalah hak asasi manusia masih menjadi isu yang mempengaruhi banyak negara di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Tantangan-tantangan tersebut merupakan tren jangka panjang dan dapat diantisipasi tetapi tidak dapat dihindari dengan mudah. Negara-negara harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Hasilnya bisa menjadi positif atau negatif tergantung bagaimana negara menanggapinya. Bagi yang mampu merespons dengan sukses, tantangan ini kan menjadi peluang pembangunan ekonomi, pertumbuhan kelembagaan dan maju. Investasi dalam teknologi, pendidikan, dan diversifikasi ekonomi menjadi langkah penting untuk memastikan masa depan yang lebih stabil dan makmur. Beberapa negara, seperti Arab Saudi dengan visi 2030, berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dan berinvestasi dalam sektor-sektor lain seperti pariwisata, teknologi, dan energi terbarukan (S. Kabbani, 2022).
KESIMPULAN
Evolusi peradaban Timur Tengah dari Mesopotamia hingga dunia modern menunjukkan perjalanan panjang yang dipenuhi dengan pencapaian dan tantangan. Dari peradaban pertama yang membangun fondasi bagi banyak kemajuan manusia, hingga masa keemasan Islam yang menyebarkan ilmu pengetahuan dan seni, hingga tantangan modern yang dihadapi dalam menghadapi politik global dan ekonomi dunia, Timur Tengah tetap menjadi kawasan yang memainkan peran penting dalam sejarah dan masa depan umat manusia. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perbaikan dalam hal sosial dan ekonomi, Timur Tengah berpotensi untuk terus bertransformasi dan berkontribusi pada peradaban dunia di masa depan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Aksa, F., Adi, F., & Setiawati, D. (2022). Peradaban Mesopotamia Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Di Kawasan Timur Tengah. Dewaruci: Jurnal Sejarah Dan Pengajarannya, 1(2), 1–13.
Kurnia, Y. Y. (2019). Pengaruh Penyebaran Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara: Studi Geobudaya dan Geopolitik. Al-Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam, 16(1), 44–62. http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI
Manan, N. A. (2020). MESOPOTAMIA DAN MESIR KUNO: Awal Peradaban Dunia. Jurnal Adabiya, 22(1), 1. https://doi.org/10.22373/adabiya.v22i1.7452
Pinter Politik. (2024). Timur Tengah Perang Abadi, Salah Siapa? Pinter Politik. https://www.pinterpolitik.com/in-depth/timur-tengah-perang-abadi-salah-siapa/
Rusydie, H. D. (2023). Naik dan Turunnya Peradaban Islam: Sebuah Ikhtisar. Tadabbur: Jurnal Integrasi Keilmuan, 2(2), 93–113. https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tadabbur/article/view/36255
S. Kabbani, N. (2022, July). The Middle East Faces Major Development Challenges: Most Countries Are Not Prepared To Meet Them. Midle East Council On Global Affairs. https://mecouncil.org/publication/the-middle-east-faces-major-development-challenges-most-countries-are-not-prepared-to-meet-them-2/
ADVERTISEMENT
Seo, J., Stubner, W., O’Donohue, P., & Seungheon, Y. (2020). Colonialism in The Middle East (Conflict, Cooperation and Exploitation in The Arab World). Storymaps.Arcgis. https://storymaps.arcgis.com/stories/9b7c919990984f92b51f0fac68737ac6