Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Peradaban Modern: Ketimpangan dan Harapan yang Beriringan
10 April 2025 11:58 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari aliyyahdinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Peradaban modern tidak hadir sebagai sesuatu yang utuh dan seragam. Ia berkembang sebagai gambaran kompleks tentang kemajuan dan ketimpangan yang berjalan berdampingan. Di satu sisi, kita menyaksikan pencapaian luar biasa dalam teknologi, komunikasi, dan mobilitas global yang membuat dunia terasa semakin dekat. Kehidupan menjadi lebih praktis, akses informasi terbuka luas, dan berbagai inovasi di bidang kesehatan, pendidikan, serta transportasi mendorong peningkatan taraf hidup banyak orang.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik kemajuan tersebut, muncul pula tantangan besar berupa kesenjangan sosial dan ekonomi. Perbedaan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin semakin terlihat nyata, baik di tingkat global maupun dalam lingkup nasional. Di banyak negara, distribusi kekayaan yang timpang menjadi masalah serius. Sekelompok kecil elit ekonomi menguasai sebagian besar sumber daya, sementara sebagian besar masyarakat masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar.
Persoalan ini bukan sekadar angka atau data statistik, tetapi berkaitan langsung dengan nilai-nilai kemanusiaan. Di tengah masyarakat yang semakin terdigitalisasi, akses terhadap teknologi dan pengetahuan menjadi kunci untuk bisa ikut serta dalam arus perubahan. Mereka yang tidak memiliki akses ini secara tidak langsung terpinggirkan. Penelitian Ardian (2023) menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi turut menyebabkan penurunan empati sosial dalam kehidupan masyarakat modern.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, di tengah tantangan tersebut tetap ada ruang untuk optimisme. Gagasan mengenai pembangunan berkelanjutan, ekonomi ramah lingkungan, dan tata kelola yang partisipatif mulai mengemuka dalam wacana global. Hal ini menunjukkan bahwa peradaban modern memiliki kemampuan untuk berefleksi dan mengoreksi arah perkembangannya demi masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Dalam perspektif Islam, seperti yang dijelaskan oleh Walian, Rusli, & Mardiah (2022), terdapat nilai-nilai luhur yang bisa menjadi dasar etika global, seperti keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab sosial. Rusydi (2019) juga menekankan bahwa nilai-nilai inti dalam Islam tetap relevan untuk menghadapi tantangan globalisasi, dengan mengedepankan keseimbangan antara kemajuan material dan kepentingan spiritual.
Lebih jauh, kesadaran global saat ini menunjukkan bahwa penyelesaian masalah peradaban tidak bisa hanya mengandalkan teknologi atau pertumbuhan ekonomi semata. Diperlukan juga landasan moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang kuat agar kemajuan yang dicapai tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga etis. Dengan cara pandang ini, kita dapat membayangkan masa depan peradaban sebagai sebuah harmoni antara inovasi dan empati, antara logika dan spiritualitas.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, peradaban modern sebaiknya dipahami sebagai ruang dinamis yang terus bergerak antara tantangan dan harapan. Ketimpangan memang nyata, namun bukan berarti tidak ada jalan keluar. Dengan refleksi kolektif, pembaruan nilai, serta pendekatan lintas disiplin, kita bisa melangkah menuju masa depan yang lebih adil. Bukan untuk menciptakan kesempurnaan, tapi untuk membangun peradaban yang menyuarakan keadilan dan harapan bersama.