Konten dari Pengguna

Ini Cerita Bagaimana Awal Perjalananku ke Rusia Terjadi

Aliyya Bunga Kiranasti
There you found me! I pursued my study in Russia. Currently working as a reporter at kumparan. I have twisted mind, but I adore deep talks and vulnerability.
10 September 2021 13:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aliyya Bunga Kiranasti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ini Cerita Bagaimana Awal Perjalananku ke Rusia Terjadi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Prolog
“Sebentar lagi aku pergi.” Aku menghela napas, ini bagian terberat dari semuanya. Perpisahan.
ADVERTISEMENT
“Sebentar lagi?” wajahnya bingung, tersirat bahwa dia belum siap akan kalimat yang akan aku lontarkan selanjutnya.
“Iya, enggak lama lagi.”
“Mau pergi ke mana?” dia bertanya, mengira bahwa aku bercanda.
“Aku akan pergi ke tempat yang cukup jauh, yang mampu membuatku mau tak mau meninggalkan semua apa yang aku sudah punya di sini.”
Dia bergeming, raut wajahnya berubah menjadi kekhawatiran. “... Kamu mau ke mana?” tanyanya lagi, mulai serius. Suasana Dago sore itu mulai berubah. Langitnya mulai mendung dan wajahnya pun begitu.
“Aku akan pergi ke belahan dunia lain dan memulai kehidupan baru dengan diriku yang baru di sana. Aku diberikan kesempatan untuk dilahirkan kembali, di tempat di mana tidak ada seorang pun yang tahu tentang siapa aku, atau apa yang aku alami di masa laluku. Kamu kira kamu yang akan meninggalkanku kan? Ternyata takdir berkata lain. Kamu boleh pergi sekarang, pilih dia... Aku pilih diriku dengan jalanku sendiri.”
ADVERTISEMENT
Aku tersenyum, tapi hatiku hampa. Bagaimana bisa aku masih semuda ini tapi aku merasa pikiranku sudah lebih tua dari seharusnya? Seperti aku sudah hidup lebih lama di kehidupan sebelum ini. Tapi kali ini aku tersenyum lagi, lebih tegar. Aku tatap lekat-lekat matanya yang mulai berair. Mataku juga. Tapi aku enggak mau terlihat lemah, jadi aku lepas genggaman tangannya... dan aku melangkah pergi. Langkah kakiku gontai. Tapi aku harus pergi. Karena tidak ada hal baik yang menungguku jika aku tetap tinggal.
Dan di hari itu, 21 September 2015, aku enam belas tahun dan aku meninggalkan Bandung. Kota yang untukku sangat melibatkan perasaan, namun semua yang aku sudah bangun dan bagian dari diriku yang lama, harus aku tinggalkan.
ADVERTISEMENT
Sekarang
Enam tahun berlalu. Suara parau Noel Gallagher menemaniku mengingat kembali hari itu, aku masih ingat semuanya. Perasaan itu dan memori-memorinya yang aku hanya bisa simpan karena hanya itu yang tidak berubah. Lagu Half The World Away ini juga mengingatkanku tentang masa-masa ketika aku lulus SMA dan di mana teman-temanku sibuk mempersiapkan diri untuk SBMPTN sementara aku, aku hanya mendengarkan keluh-kesah mereka sambil memberikan semangat karena aku tahu, aku enggak berada di jalan yang sama dengan mereka karena aku akan pergi jauh. Dua bulan lagi kira-kira. Ke Rusia. Mereka sibuk dengan pikiran mereka dan aku sibuk menguatkan diri karena aku tahu, aku sendirian yang memilih jalan ini. Sebagai seorang anak perempuan bungsu dari didikan tentara dan keluarga yang tidak utuh, aku sudah terbiasa mengambil jalan yang tidak banyak orang pilih dan pola pikirku sering disalahpahami/tidak dimengerti oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
RUSIA?
Ada apa di sana? Ketika orang-orang memilih Amerika Serikat, Australia, atau negara mainstream apa lah itu, aku memilih Rusia. Sudah kubilang, pola pikirku itu susah dipahami. Aku selalu mensugestikan diriku agar bisa meraih sesuatu yang aku mau.
Jadi, aku mensugestikan diriku bahwa aku bisa kuliah ke luar negeri, hanya karena aku tahu aku kurikulum pendidikan di Indonesia enggak akan masuk ke logikaku. Aku mensugestikan diriku untuk bisa pergi ke negara yang tidak berbahasa Inggris, hanya karena aku sudah tahu bahasa itu dari kecil. Aku mensugestikan diriku untuk bisa kuliah dengan beasiswa hanya karena aku capek jadi beban keluarga. Aku mensugestikan diriku untuk bisa diberi kesempatan untuk "dihidupkan" kembali dan pergi sejauh mungkin hanya karena enggak ada yang bisa membahagiakanku lagi di Bandung.
ADVERTISEMENT
Dan Tuhan memberikan jalan mulus untukku lewat sebuah rombongan education conselor yang datang ke sekolahku beberapa bulan sebelum aku berangkat, menjabarkan bagaimana Rusia membutuhkan "pasokan" mahasiswa asing untuk sekolah di sana dalam program bahasa Rusia dan ternyata atas kehendak Tuhan, aku pun ditawarkan beasiswa untuk program sarjanaku oleh Pemerintah Rusia karena aku dianggap memiliki potensi.
Jadi, seperti yang sudah kalian baca sebelumnya, aku berangkat. Aku adalah satu-satunya perempuan yang berangkat mewakili pulau Jawa di angkatanku dan aku bertemu dengan orang-orang baru yang membuatku bersyukur karena aku memutuskan untuk pergi.
Soekarno Hatta Aiport, kita ditemani oleh seorang pendamping dari education conselor kami ketika berangkat. Kiri-kanan: pendamping, aku, Erlan, Dani, dan Turah.
Memang nekat, aku pun enggak tahu apa yang akan terjadi sama diriku di negara itu. Aku sendirian dan aku enggak punya siapa-siapa di benua terbesar di dunia itu, hanya Tuhan yang tahu apa saja yang mungkin terjadi. Pengetahuan bahasaku ketika berangkat sekadar tiga kata umum dan bermodalkan kemampuan membaca huruf abjad cyrilic saja. Tapi aku memilih untuk nekat pergi karena keputusan itu yang membuatku takut, sangat takut. Dan jalan yang diberikan adalah hasil dari sugesti, usaha, dan doaku sendiri... jadi aku memilih untuk menjadi aktris di dalam skenario pertunjukan reality show nekat ini dengan Tuhan sebagai sutradaranya.
ADVERTISEMENT
So far, manifesting does the job for me. Because you are what you think. You are what you believe. And you are what you love.
Di akhir tulisanku yang secara pribadi sangat emosional untukku, aku ingin memberikan pesan bahwa aku membuktikannya sendiri. Aku bisa. Kamu pun begitu.
To be continued,
-A