Konten dari Pengguna

Kabinet Pengendali Corona

Alja Yusnadi
Kolumnis, tinggal di Aceh
26 Desember 2020 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alja Yusnadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Enam Menteri hasil reshuffle kabinet: Risma, Sandi, Yaqut, Budi, Wahyu, Luthfi (Fhoto: int)
zoom-in-whitePerbesar
Enam Menteri hasil reshuffle kabinet: Risma, Sandi, Yaqut, Budi, Wahyu, Luthfi (Fhoto: int)
ADVERTISEMENT
Oleh: Alja Yusnadi
Presiden Joko Widodo melakukan perombakan kabinet. Enam Menteri diganti. Beberapa di antaranya berkaitan dengan penanganan dan pengendalian dampak Corona.
ADVERTISEMENT
Dugaan saya, digantinya Dokter-Militer Terawan Agus Putranto dari Menteri Kesehatan ada kaitannya dengan lambatnya penanganan Corona, apalagi beberapa kali Terawan membuat gaduh karena pernyataannya di media.
Sejak saat itu, isu ganti Terawan mulai disuarakan, paling tidak oleh netizen. Kali ini Terawan tidak berdaya, nyaris tak ada terobosan, beda saat masih sebagai Dokter-Militer.
Penunjukan Budi—pengganti Terawan--tidak kalah kontroversinya. Kali ini, Presiden tidak memberikan jabatan Menteri Kesehatan kepada yang berlatar belakang pendidikan kesehatan, entah itu Dokter, Perawat, Bidan atau sejenisnya.
Justru, Presiden menunjuk alumni Fisika Nuklir menjadi Menteri yang mengurusi kesehatan rakyat Indonesia.
Walaupun alumni Fisika Nuklir, karier Budi lebih banyak dihabiskan dalam dunia perbankan dan manajemen perusahaan.
Dalam dunia perbankan, Budi pernah mengurus Bank Danamon, pernah menjadi Dirut Mandiri. Di perusahaan BUMN non-perbankan, Budi pernah menjadi Dirut Inalum, Penasihat Khusus Menteri BUMN, dan Wakil Menteri BUMN.
ADVERTISEMENT
Melihat riwayat pekerjaan Budi, nampaknya Presiden mengharapkan Menteri Kesehatan mampu memastikan ketersediaan Vaksin Corona yang sekarang sedang diperebutkan oleh banyak negara.
Minimnya produsen, membuat vaksin langka. Bagi Indonesia, ketersediaan vaksin dalam jumlah besar menjadi masalah. Menurut Bio Forma, Indonesia membutuhkan setidaknya 340 juta vaksin, yang sudah sampai ke Indonesia baru sekitar 1,2 juta.
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin berfoto dengan menteri yang baru dilantik. Foto: Agus Suparto/Setpres/Antara Foto
Bisa jadi, inilah yang menjadi tugas berat Menteri Kesehatan yang baru. Membangun diplomasi-kesehatan dengan produsen vaksin.
Untuk mem-back-up di bidang ilmu kesehatan, Presiden telah menunjuk ahli Molekuler Diabetes Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Dante Saksono Harbuwono menjadi Wakil Menteri Kesehatan.
Berikutnya, yang diganti oleh Presiden adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pergantian ini membuat netizen riuh. Soalnya, yang menempati posisi tersebut merupakan lawan Jokowi di saat Pilpres lalu.
ADVERTISEMENT
Dialah Sandiaga Salahuddin Uno. Petinggi Partai Gerindra, mantan Wagub DKI Jakarta, mantan calon wakil presiden.
Salah satu sektor yang paling parah daya rusaknya akibat Corona adalah Pariwisata. Bayangkan saja berapa lama bisnis perhotelan tutup. Tidak ada aktivitas di tempat wisata.
Presiden memberikan tanggung jawab itu kepada orang yang tepat. Sandi adalah pengusaha, memiliki banyak perusahaan. Dengan pengalamannya itu, besar harapan Sandi dapat mengeluarkan kebijakan agar sektor pariwisata segera berdenyut kembali.
Walaupun digunjing oleh para pendukung, kesediaan Sandi masuk kabinet patut diacungi jempol. Walaupun, prosesnya tidak instan. Saya duga, orang yang paling berpengaruh meyakinkan Sandi dan juga Presiden adalah Erick Tohir, Menteri BUMN itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah kawan baik Sandi dan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf.
ADVERTISEMENT
Inilah saatnya bagi Sandi untuk menguji coba konsep dan gagasannya, baik sebagai pengusaha maupun yang sudah pernah dirumuskan sebagai calon wakil presiden: Oke Oce Pariwisata.
Selanjutnya, Menteri Perdagangan. Seperti sektor Pariwisata, Perdagangan menjadi kunci yang lain keberhasilan Indonesia setelah pandemi. Kementerian ini berperan mengatur kuota ekspor dan impor.
Harapannya, neraca perdagangan Indonesia harus terus membaik, memperbanyak ekspor daripada impor. Pun menjaga tidak ada skandal dalam pengaturan kuota itu, seperti yang sudah-sudah.
Presiden mempercayakan jabatan ini kepada M. Luthfi yang juga kawan baik Erick. Tiga orang ini: Erick-Sandi-Luthfi adalah kawan lama yang sama-sama jadi Menteri di kabinet Indonesia Maju.
Kemudian Menteri Sosial. Kali ini Tri Rismaharini yang ditunjuk Presiden, setelah Juliari—Menteri sebelumnya—berurusan dengan KPK.
ADVERTISEMENT
Salah satu kehebatan Risma adalah akselerasi, dia memiliki kecepatan dan keuletan dalam mengurus Kota Surabaya. Walau mengurus Kemensos tidak sama dengan mengurus Kota, kita harapkan, Risma dengan modal leadhership-nya itu dapat melahirkan terobosan kebijakan.
Kementerian ini juga berkaitan erat dengan penanganan Corona. Kebanyakan masyarakat rentan adalah yang selama ini dibina oleh Kemensos.
Selanjutnya yang diganti Presiden adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. Presiden memberikan kepercayaan itu kepada Wahyu Sakti Trenggono. Sebelumnya, Wahyu merupakan Wakil Menteri Pertahanan, sebelumnya lagi Bendahara TKN.
Wahyu Tidak memiliki keahlian khusus yang berkaitan dengan Kelautan dan perikanan. Alumni Teknik Industri ITB itu besar sebagai pengusaha. Yang terakhir dia dikenal sebagai pengusaha tower telekomunikasi. Wahyu menggantikan Edy Prabowo yang juga berurusan dengan KPK.
ADVERTISEMENT
Terakhir, Presiden mengembalikan jabatan Menteri Agama kepada kader Nahdlatul Ulama (NU) setelah setahun dijabat Purnawirawan TNI. Dialah Yaqut Cholil Qoumas, anggota DPR RI dari Fraksi PKB, Ketua GP Ansor.
Gus Yaqut memang orang NU, tapi dari kalangan muda. Dia anak KH. Cholil Bisri, tokoh NU dan juga pendiri PKB.
Tokoh muda NU ini mengawali karier politiknya dari bawah, hampir 15 tahun menjadi Ketua DPC PKB Bandung. Dia masuk ke panggung politik nasional sebagai Ketua Umum PP GP Ansor—sayapnya NU.
Sebagaimana pendahulunya, tugas berat Yaqut adalah menjaga keharmonisan antar umat beragama, termasuk juga dalam Islam sendiri.
Bagaimana menjaga nasionalisme dan keislaman bisa berjalan bergandengan, tidak saling meniadakan satu dengan lainnya. Termasuk juga menjaga ritme dengan petamburan.
ADVERTISEMENT
Kalau ibarat skuat klub sepak bola, bersama Menteri yang sudah ada, trio Budi-Sandi-Luthfi menjadi penyerang, Wahyu sebagai pemain jangkar, Risma sebagai pemain bertahan, Yaqut menjaga gawang agar tidak kebobolan. Agaknya, tidak berlebihanlah kita sebut kabinet ini sebagai Kabinet Pengendali Corona.
***Penulis adalah Kolumnis, tinggal di Banda Aceh.