Pengaruh Sebuah Film dan Serial Terhadap Stereotip Masyarakat

Aljaufa Eka Saputri
Saya Aljaufa Eka Saputri asal Demak, Jawa Tengah. Saya merupakan mahasiswi program pendidikan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Semarang.
Konten dari Pengguna
8 Desember 2021 15:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aljaufa Eka Saputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membuat film. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membuat film. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri perfilman tengah ramai oleh hadirnya film yang memiliki episode dengan durasi yang lebih singkat dari film namun memberikan sensasi baru bagi penonton. Film atau serial tersebut berasal dari negeri ginseng Korea Selatan yaitu Squid Game yang disutradarai oleh Hwang Dong-hyuk.
ADVERTISEMENT
Serial drama ini memiliki popularitas yang sangat tinggi usai dirilis pada tanggal 17 September 2021 di platform media digital Netflix, terhitung sejak dirilisnya film serial tersebut hingga saat ini masih menjadi film rekomendasi karena ceritanya yang menarik dan plot yang mengejutkan.
Serial yang mengangkat cerita tentang bagaimana sekelompok orang yang terjerat utang rela mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang fantastis. Untuk mendapatkan uang tersebut harus melewati sejumlah permainan yang mengerikan dan berbahaya dan pada akhirnya apabila dapat memenangi hingga akhir keseluruhan permainan, maka hadiah akan diberikan kepada pemenang.
Cerita tersebut memberikan daya tarik kepada masyarakat, alhasil film Squid Game dapat memuncaki sebagai film serial yang banyak ditonton oleh masyarakat. Lalu, mengapa masyarakat menyukai film serial tersebut?
Ilustrasi membuat film. Foto: Pixabay
Masyarakat menyukai sebuah film tidak hanya dari judul saja. Masyarakat melihat dari sudut pandang alur cerita sebagai penilaian sebuah film apakah layak untuk ditonton atau tidak. Masyarakat sebagai penikmat film cenderung lebih suka alur cerita yang tidak berbelit-belit dan ringan.
ADVERTISEMENT
Namun, kembali lagi pada minat masing-masing masyarakat, karena tiap orang memiliki minat terhadap film yang berbeda-beda. Seperti contoh film Squid Game yang memiliki popularitas tinggi karena memiliki jalan cerita yang menarik dan memiliki pesan moral yang sangat berhubungan dengan kehidupan nyata, sehingga sutradara pun dalam menggarap film tersebut tidak tanggung-tanggung.
Sutradara dalam menggarap sebuah film tentunya ingin menghasilkan tiap tayangannya dengan hasil yang baik dan memuaskan. Hal tersebut didukung dengan adanya properti yang mendukung jalannya cerita, tak segan-segan biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit karena membutuhkan banyak properti sehingga dapat menghabiskan banyak biaya.
Dalam mensukseskan sebuah film, sutradara juga memilih aktor yang memiliki akting mumpuni untuk mendukung produksi film yang akan ditayangkan. Sebuah peran yang dimainkan oleh aktor dengan baik, tentunya akan menjadi kesan tersendiri bagi penonton saat menikmati film.
ADVERTISEMENT
Pembuatan film tentunya tidak terlepas dari peran penulis naskah yang memberikan alur dan genre yang menarik minat penonton dan penikmat film agar sebuah film menjadi sukses. Penulis naskah film mengambil jalannya cerita baik dari kisah nyata maupun kisah fiksi yang sebelumnya sudah diketahui oleh masyarakat, yang kemudian diadaptasi dan diangkat ke layar lebar untuk dijadikan film.
Film yang memiliki genre dan alur cerita yang beragam memiliki pengaruh bagi penonton, baik dari pesan yang disampaikan maupun dialog-dialog yang memberikan steorotype baru bagi penonton.
Ilustrasi film dokumenter. Foto: Pixabay
Stereotype sendiri merupakan penilaian atau anggapan terhadap sesuatu karena kecenderungan untuk menggeneralisasi. Istilah stereotype ini ada ketika sekelompok masyarakat yang memiliki persepsi terhadap sesuatu, kemudian menyamaratakan sesuatu tersebut yang dapat menimbulkan sebuah prasangka. Dalam dunia perfilman di Indonesia maupun luar negeri, banyak mengangkat cerita dan genre yang dapat menimbulkan stereotype masyarakat. Stereotype tersebut diturunkan dari mulut ke mulut yang kemudian memunculkan sebuah prasangka terhadap sesuatu usai menonton film.
ADVERTISEMENT
Seperti dalam film serial yang berjudul Squid Game, di dalam serial drama diceritakan tentang bagaimana upaya sekelompok orang memainkan permainan dengan segala cara dan mengorbankan segalanya untuk meraih kemenangan dan mendapatkan uang.
Hal tersebut memiliki keterkaitan langsung di kehidupan nyata, banyak orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak segan-segan, ada orang yang tega membunuh orang lain untuk mendapatkan keinginannya. Keterkaitan tersebut memunculkan stereotype para penonton usai menonton film Squid Game yang juga memiliki hubungan dalam kehidupan nyata.
Adapun contoh lain dalam film IT (2017) yang disutradarai oleh Andy Muschietti. Film bergenre horor, petualang, dan drama tersebut menceritakan sebuah kota yang diteror oleh badut bernama Pennywise yang mengubah tampilannya dan bangun setiap 27 tahun sekali untuk memakan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Pada film tersebut yang menjadi sorotan adalah Pennywise atau badut yang menjadi monster pemakan anak-anak. Badut yang kita ketahui adalah sosok yang lucu dan menyenangkan, namun sutradara dalam membuat film IT ini menampilkan sosok badut yang menyeramkan dan menakutkan. Hal ini menimbulkan stereotype baru di tengah-tengah masyarakat yang telah menonton film tersebut yang menganggap bahwa badut menjadi sosok yang menyeramkan, karena masih memiliki bayang-bayang sosok badut bernama Pennywise di film IT.
Dengan timbulnya stereotype masyarakat setelah menonton sebuah film dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu menjadi salah satu faktor kesuksesan sebuah film, karena film tersebut akan selalu diingat dan diceritakan dari mulut ke mulut, yang secara tidak langsung menjadi media promosi secara gratis.
ADVERTISEMENT
Kemudian dampak negatif yang ditimbulkan adalah, karena adanya prasangka yang timbul setelah menonton film maka secara tidak langsung pemikiran masyarakat akan terfokus pada hal tersebut, dan akan menimbulkan prasangka negatif karena menggeneralisasi adegan dalam sebuah film di kehidupan nyata.