Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pacific Elevation, Silaturahmi ala Indonesia ke Pasifik Selatan
19 Maret 2020 14:55 WIB
Tulisan dari Allessandro Bernama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendengar frase Pacific elevation, seketika yang terbayang adalah kenaikan permukaan laut (sea level rise) akibat perubahan iklim di negara-negara kepulauan kecil berkembang (small island developing states/SIDS) di kawasan Pasifik Selatan.
ADVERTISEMENT
Memang, negara-negara SIDS di Pasifik Selatan sedang “ketar-ketir” dengan isu ini.
Di berbagai forum regional dan internasional, mereka gencar menyuarakan perubahan iklim sebagai existential threat (ancaman langsung dan nyata). Eksistensi negara dan bangsa yang menjadi taruhannya.
Namun, apa sih sebenarnya “Pacific elevation”?
Era Baru Kemitraan Indonesia-Pasifik
Menteri Retno Marsudi dalam pidato pembukaan kegiatan Pacific Exposition di Auckland, Selandia Baru pada 11 Juli 2019, untuk pertama kalinya memperkenalkan konsep “Pacific elevation”, yaitu:
“We are creating a momentum to engage each other and strengthen our fraternity with fellow Pacific countries and territories… This is a new era of Pacific Partnership. A ‘Pacific elevation’.”
Dari sini konsep “Pacific elevation” secara sederhana dapat dimaknai sebagai upaya Indonesia secara berkelanjutan untuk meningkatkan dan semakin mengkokohkan persahabatan dan kemitraan dengan berbagai mitranya di kawasan Pasifik.
ADVERTISEMENT
Penajaman fokus pada kawasan Pasifik juga berangkat dari kesadaran bahwa Indonesia merupakan bagian tidak terpisahkan dari komunitas Pasifik, baik dari aspek kesamaaan identitas maupun geografis.
Bangsa Indonesia terdiri dari rumpun Melanesia, yang jumlahnya tidak sedikit: 11 ribu.
Mayoritas tersebar di 5 provinsi Kawasan Timur Indonesia, yaitu Maluku, Maluku Utara, NTT, Papua dan Papua Barat.
Oleh sebab itu, peningkatan “engagement” Pemri ke Pasifik Selatan, khususnya melalui 5 provinsi Kawasan Timur Indonesia, penting dan dapat berdampak langsung bagi upaya menciptakan kemakmuran serta mengatasi berbagai tantangan bersama di kawasan ini.
Pidato Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendapatkan sambutan positif dan dukungan bulat dari para Pemimpin Negara, Menteri Luar Negeri dan Menteri sektoral serta delegasi tingkat tinggi pemerintah, parlemen maupun pemimpin perusahaan dari negara Pasifik, pada saat pembukaan Pacific Exposition.
ADVERTISEMENT
Termasuk di antara para undangan khusus, Perdana Menteri Cook Islands Henry Puna, Perdana Menteri Papua Nugini James Marape, Deputi Perdana Menteri/Menlu Selandia Baru Winston Peters dan Menlu Australia Marise Payne.
Mengakhiri pidatonya, Menlu Retno Marsudi, mengajak para undangan khusus untuk bersama-sama menabuh alat musik (gendang dan tifa) khas Maluku dan Papua.
Gestur ini merupakan simbol penting penguatan persahabatan dan kemitraan Indonesia dan Pasifik, yang menjadi inspirasi dari kegiatan Pacific Exposition.
Pacific Exposition, Kemitraan Konkrit dan Saling Menguntungkan
Pacific Exposition adalah sebuah perhelatan skala besar yang untuk pertama kalinya digelar untuk membahas peluang kerja sama bisnis dan investasi, pariwisata serta seni budaya antara negara dan teritori di Pasifik termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Acara ini merupakan tindak lanjut dari Indonesia-South Pacific Forum pada Maret 2019 di Jakarta, yang melahirkan komitmen untuk menciptakan “a new era of Pacific engagement”.
Penguatan kerja sama ekonomi menjadi salah satu pilar utama kemitraan tersebut.
Apalagi, tiga negara Pasifik saat ini telah memiliki status mitra strategis/strategis komprehensif dengan Indonesia, yaitu Australia, Papua Nugini, dan Selandia Baru.
Selama empat hari, kegiatan diisi berbagai forum diskusi bertemakan pariwisata, bisnis dan investasi, serta forum budaya Pasifik.
Mengambil tema “Creating Pacific Momentum”, Pacific Exposition berlangsung sepanjang 4 hari penuh di jantung kota Auckland yang ramah, hidup dan sejuk.
Auckland juga merupakan lokasi simbolik perekat Indonesia dan Pasifik karena komunitas Pasifika terbesar di dunia bermukim di kota ini.
ADVERTISEMENT
Pacific Exposition juga untuk pertama kalinya mempertemukan berbagai narasumber dan peserta dari 19 negara dan teritori Pasifik. Termasuk di antaranya 20 BUMN dan 21 pengusaha Indonesia, 35 perusahaan Selandia Baru, 4 perusahaan Australia, serta wakil perusahaan dari Fiji, Samoa, Solomon Islands, Timor-Leste dan Tonga.
Banyak Diskusi, Besar Transaksi, Tidak Pernah Sepi!
Target utama Pacific Exposition adalah kerja sama langsung khususnya di bidang trade, tourism and investment serta kebudayaan yang seluas-luasnya.
Tidak terkecuali, peningkatan konektivitas arus barang dan orang serta terbentuknya pasar yang terintegrasi antara Indonesia-Pasifik, termasuk industri pariwisata yang masih sangat potensial.
Baik forum pariwisata maupun forum bisnis dan investasi juga membahas upaya menciptakan “branding” Pasifik.
Dibahas pula langkah-langkah bersama untuk menghadapi realita dan tantangan kerja sama yang perlu diatasi di lapangan, seperti logistik dan kualitas SDM.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga berbagi pengalaman ASEAN di antaranya dalam menciptakan paket produk destinasi dan promosi bersama, serta pengembangan standar SDM di tingkat ASEAN.
Berbarengan dengan forum bisnis dan investasi yang dimotori KADIN, juga berlangsung kegiatan business matchmaking yang dipimpin Kementerian Perdagangan.
Antusiasme pengunjung yang tinggi ditunjukkan dengan kehadiran tidak kurang dari 1.100 pengusaha dari Indonesia dan Pasifik dari berbagai sektor kerja sama.
Indonesia juga membuka sejumlah booth Pemerintah Provinsi Kawasan Indonesia Timur dan booth BUMN mulai dari industri strategis, industri kreatif hingga specialty coffee.
Tujuannya, menonjolkan potensi Kawasan Indonesia Timur untuk menjadi “hub” kerja sama dengan Pasifik, termasuk menuju pasar ASEAN dan lebih luas lagi hingga ke Asia Timur.
ADVERTISEMENT
Di forum budaya Pasifik, Indonesia bertukar pandangan dan mengidentifikasi langkah-langkah bersama untuk merekatkan persahabatan berbasis pendekatan kebudayaan dengan Pasifik.
Ada satu hal menarik dari diskusi. Ternyata, terdapat kedekatan rumpun Bahasa Indonesia/Melayu dengan Bahasa kebanyakan negara Pasifik.
Hal ini perlu dikapitalisasi lebih lanjut, untuk semakin merekatkan Indonesia dengan Pasifik yang sejatinya memiliki banyak kesamaan.
Di akhir forum budaya, peserta yang mayoritas mewakili akademisi, budayawan dan pakar bahkan berhasil merumuskan suatu Joint Communique, yang antara lain menegaskan Indonesia sebagai bagian tidak terpisahkan dari rumpun Pasifik.
Forum juga sepakati berbagai area kerja sama budaya konkrit, guna semakin mempererat persahabatan, saling pemahaman dan saling menghormati khususnya di kalangan generasi muda, sebagai agen persahabatan masa depan di Pasifik.
Tidak kalah seru, sepanjang kegiatan dan penyelenggaraan pameran, juga berlangsung pertunjukan seni dan budaya dari berbagai negara Pasifik.
ADVERTISEMENT
Sungguh sebuah kesempatan langka untuk dapat menyaksikan ragam budaya Pasifik selama tiga hari berturut-turut.
Sebagai icing of the cake, kejutan spesial konser Sound of the Pacific selama dua hari berturut-turut, dipersembahkan untuk sekaligus menutup rangkaian kegiatan Pacific Exposition.
Kolaborasi musisi dan seniman tanah air termasuk Glen Fredly, Ivan Nestorman dan Papua Original bersama artis ternama Pasifik di antaranya Swiss (Tonga), Sam Chookoon (Samoa), Ellaphon (Selandia Baru), Mi-kaisha Masella (Australia) dan Erakah (Fiji), memukau ratusan pengunjung dari berbagai kalangan dan usia.
Tak ketinggalan, Menlu Retno Marsudi pun turut bernyanyi dan menari bersama ratusan pengunjung yang hadir.
Hingga penutupan acara, tercatat total transaksi bisnis yang berhasil dibukukan sekitar NZD 104 juta (USD 70 juta), antara lain di sektor pariwisata, produk perikanan, produk pertanian (kopi), copra meal, cengkeh, pala, rumput laut, produk rotan dan kerajinan tangan.
ADVERTISEMENT
Hal ini merupakan capaian penting bagi diplomasi ekonomi Indonesia sekaligus bukti bahwa Pasifik adalah keluarga bagi Indonesia yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan.
Tidak tanggung-tanggung, Indonesia juga membuka hubungan diplomatik dengan 2 negara penting di Pasifik Selatan, Kepulauan Cook dan Niue.
Langkah ini tentunya akan semakin memperkokoh kemitraan Indonesia dan kawasan Pasifik Selatan.
Menjaga Tali Silaturahmi
Penyelenggaraan Pacific Exposition tidak hanya sebatas “one-off event" semata.
Lebih dari itu, inisiatif ini diharapkan menjadi platform berkelanjutan, untuk bersilaturahmi, menjembatani dialog dan mengidentifikasi kerja sama konkrit dan saling menguntungkan ke depan.
Indonesia sejatinya sudah punya modalitas kuat sebagai satu keluarga besar dan sahabat yang terpercaya di Pasifik Selatan.
Di tengah situasi dunia yang semakin tidak menentu, Indonesia ingin lebih berperan sebagai mitra yang dapat diandalkan, bagi perdamaian dan kemakmuran bersama wilayah Pasifik Selatan.
ADVERTISEMENT
Ini adalah makna sesungguhnya “Pacific elevation”.