Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Makanan Sebagai Simbol Status dalam Kehidupan Modern
15 Desember 2024 1:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Allyfia Zhafira Salsabilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada era modern ini, makanan telah mengalami perkembangan yang signifikan dari fungsi dasarnya sebagai kebutuhan untuk bertahan hidup. Kini, makanan yang dipilih oleh seseorang sering kali diartikan atau mencerminkan status sosial, gaya hidup, bahkan nilai-nilai sosial dari seseorang. Menurut Satter (2007), makanan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia yang memenuhi kebutuhan fisik dan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Perkembangan makanan di era modern ini ditunjukkan melalui tren kuliner global yang menjadikan makanan sebagai salah satu alat untuk menampilkan identitas diri, bahkan sebagai simbol eksklusivitas seseorang.
ADVERTISEMENT
Makanan dan Identitas Sosial
Konteks makanan sebagai status sosial telah ada sejak zaman dahulu. Pada zaman dahulu, khususnya dalam budaya tradisional, hanya kelompok tertentu yang memiliki akses ke makanan mewah pada zamannya, seperti daging, rempah-rempah langka, atau anggur. Kelompok tertentu ini, seperti bangsawan atau keluarga pejabat yang mampu untuk mendapatkan akses ke makanan mewah tersebut. Hal ini masih relevan sampai zaman modern seperti sekarang, tetapi dalam bentuk yang berbeda.
Pada zaman modern, hal tersebut dapat relevan di perkotaan, khususnya pada restoran mewah dengan hidangan fine dining. Pilihan restoran mewah dengan hidangan fine dining sering digunakan untuk menunjukkan status sosial atau tingkat ekonomi seseorang. Hal ini dikarenakan biasanya restoran tersebut menyajikan berbagai menu-menu mewah, seperti daging wagyu yang menjadi simbol kemewahan karena tidak dapat diakses oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
Makanan Sebagai Representasi Gaya Hidup
Pilihan makanan juga sering digunakan untuk menunjukkan nilai yang dipercaya atau gaya hidup seseorang. Pada era modern ini, muncul tren tentang plant-based food atau gluten-free yang menunjukkan bahwa konsumen ingin menanamkan gaya hidup sehat dan peduli dengan perubahan lingkungan. Konsumen dengan gaya hidup ini beranggapan bahwa mereka dapat berkontribusi pada dunia yang lebih baik dengan gaya hidup ramah lingkungan.
Selain itu, terdapat tren fast-food atau instant meal yang dianggap lebih praktis dan cepat. Tren tersebut dianggap membantu kesibukan masyarakat modern dengan menghadirkan pilihan makanan yang praktis dan dapat dipesan secara cepat. Hal tersebut dapat mencerminkan gaya hidup yang praktis dan memiliki perbedaan dengan gaya hidup sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Eksklusivitas Makanan dalam Kehidupan Modern
Aspek menarik lainnya adalah adanya eksklusivitas yang dapat memengaruhi nilai dari makanan tersebut. Makanan atau minuman yang sulit diakses karena harganya mahal atau langka, sering dianggap lebih bernilai dan mencerminkan simbol status yang lebih tinggi bagi seseorang yang mengkonsumsinya.
Contohnya, kopi luwak yang dikenal sebagai salah satu kopi termahal di dunia. Dengan proses produksinya yang unik dan harganya yang tinggi, membuat kopi luwak menjadi simbol kemewahan. Hal ini membuat orang yang mengkonsumsi kopi luwak merasa mempunyai status sosial yang tinggi. Pada era modern ini, hal tersebut juga berlaku untuk beberapa makanan, seperti daging wagyu A5 yang sering dianggap sebagai simbol status.
Kesimpulan
Pada era modern, makanan telah memiliki fungsi lebih dari kebutuhan fisik. Makanan dianggap dapat menjadi alat komunikasi sosial, simbol status, dan representasi gaya hidup. Hal ini menunjukkan bahwa makanan dapat menjadi media untuk menunjukkan identitas seseorang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa esensi utama makanan tetap untuk memenuhi kebutuhan dasar dan sebagai sarana untuk menyatukan manusia dalam kebersamaan.
ADVERTISEMENT