Konten dari Pengguna

Inovasi Radioterapi untuk Penanganan Kanker: Tantangan dan Harapan di Indonesia

Afdhal Muttaqin
Dosen Fisika Medis, Departemen Fisika - Universitas Andalas -
27 September 2024 15:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afdhal Muttaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wanita Yang Menerima Perawatan Terapi Radiasi untuk Kanker Payudara (Sumber: IStock)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Yang Menerima Perawatan Terapi Radiasi untuk Kanker Payudara (Sumber: IStock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Radioterapi merupakan salah satu metode pengobatan yang menggunakan radiasi untuk membunuh sel-sel kanker. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi dan pemahaman yang lebih baik tentang fisika medis telah membuka peluang baru dalam bidang ini. Artikel ini akan membahas peluang fisika radioterapi di masa depan dalam menunjang ilmu kesehatan, dengan fokus pada perkembangan teknologi, peran fisikawan medis, dan tantangan yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Data Globocan pada tahun 2022 jumlah pasien terdiagnosa kanker di Indonesia mencapai 396.914 jiwa dengan jumlah kematian mencapai 234.511. Berdasarkan data ini lebih dari 50% penderita kanker di Indonesia berujung dengan kehilangan nyawa, sehingga pemerintahan Indonesia selalu berupaya keras dalam menanggulangi penyakit kanker yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi serta menimbulkan beban pembiayaan tertinggi kedua setelah penyakit jantung.
Di Indonesia sendiri baru 17 provinsi yang menyediakan layanan radioterapi. Tentunya hal ini akan terus ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia. Sebagai upaya dalam keseriusan menangani penyakit kanker, Menteri Kesehatan RI dan DIRJEN IAEA (International Atomic Energy Agency/IAEA) menandatangani Letter of Intent (Lol) dalam merencanakan transformasi kesehatan Indonesia dalam pengembangan dan implementasi peta jalan Indonesia 2023-2027 hal ini mencakup beberapa fasilitas kesehatan dan salah satunya yaitu radio terapi.
ADVERTISEMENT

Perkembangan Teknologi Radioterapi

Ilustrasi radioterapi. Foto: Shutterstock
Dalam dekade terakhir, teknologi radioterapi telah mengalami kemajuan signifikan. Perangkat seperti Akselerator Linear (LINAC) dan terapi proton semakin umum digunakan. LINAC, misalnya, memungkinkan penyampaian dosis radiasi yang lebih tepat dan efektif kepada tumor sambil meminimalkan kerusakan pada jaringan sehat di sekitarnya. Terapi proton, yang lebih baru, menawarkan keuntungan tambahan dengan memfokuskan energi radiasi secara lebih akurat pada sel kanker, sehingga mengurangi efek samping.
Teknik seperti Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT) dan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) telah diperkenalkan untuk meningkatkan efektivitas pengobatan. IMRT memungkinkan penyesuaian dosis radiasi yang lebih baik sesuai dengan bentuk tumor, sementara VMAT memberikan kecepatan dan efisiensi dalam pengobatan. Dengan teknik-teknik ini, hasil pengobatan dapat ditingkatkan secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Tentunya di dalam perkembangan ini dibutuhkan peran dari Fisikawan Medik. Fisikawan medik memainkan peran kunci dalam keselamatan dan efektivitas radioterapi. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua peralatan berfungsi dengan baik dan dosis radiasi yang diberikan tepat sesuai dengan rencana pengobatan. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan sangat penting untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menghadapi perkembangan teknologi baru.
Salah satu tugas utama fisikawan medik adalah melakukan quality assurance (QA) dan quality control (QC) pada peralatan radioterapi. Ini meliputi pemeriksaan berkala terhadap perangkat untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dengan aman dan efektif. Dengan meningkatnya kompleksitas teknologi, peran ini menjadi semakin penting untuk mencegah kesalahan medis

Tantangan dalam Radioterapi

Ilustrasi radioterapi. Foto: Shutterstock
Meskipun permintaan akan fisikawan medik terus meningkat, jumlah tenaga kerja di Indonesia masih jauh dari cukup. Saat ini, Indonesia membutuhkan sekitar 1.500 fisikawan medik untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan yang optimal, namun hanya memiliki sekitar 438 orang. Hal ini menciptakan tantangan besar dalam menyediakan layanan radioterapi yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
Pengawasan terhadap fasilitas radioterapi juga menjadi tantangan tersendiri. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua praktik radioterapi memenuhi standar keselamatan yang ketat. Namun, sering kali terdapat kendala dalam implementasi kebijakan tersebut di lapangan.
Dengan kemajuan teknologi informasi, integrasi sistem digital dalam radioterapi menjadi peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi pengobatan. Sistem manajemen data pasien yang canggih dapat membantu fisikawan medik dalam merencanakan perawatan yang lebih baik dan memantau hasil pengobatan secara real-time.
Peluang radioterapi di masa depan sangat luas, terutama dengan kemajuan teknologi dan peningkatan pemahaman tentang fisika medis. Meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, seperti kekurangan sumber daya manusia dan regulasi yang ketat, potensi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan melalui radioterapi tetap besar. Dengan pendidikan yang tepat, pelatihan berkelanjutan, dan inovasi teknologi, fisikawan medik akan terus memainkan peran penting dalam menunjang ilmu kesehatan di masa depan.
ADVERTISEMENT