Konten dari Pengguna

Musik Dangdut Bukan Musik Kuno

Alma Khalisa Humaira
Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Sastra Indonesia
19 Juni 2023 18:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alma Khalisa Humaira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wanita bernyanyi. Sumber : Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita bernyanyi. Sumber : Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dangdut merupakan salah satu genre musik populer Indonesia. Genre musik ini pertama kali muncul di Jakarta pada tahun 1960-an kemudian semakin populer pada tahun 1970-an, bahkan sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Dalam lagu-lagu beraliran dangdut identik dengan cengkok atau karakteristik suara sehingga tiap penyanyi dangdut biasanya mempunyai cengkok yang berbeda-beda. Lagu dangdut biasanya berisi tentang percintaan dengan lirik yang mudah dipahami dan diterima oleh pendengarnya.
Musik dangdut sangat dekat dengan budaya yang ada di Indonesia dan India seperti tari-tarian. Oleh karena itu, ketika menyanyikan lagu dangdut kerap kali diikuti dengan goyangan.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak genre musik lain di Indonesia seperti pop, reggae, hip-hop, jazz, blues, rock, electronic dance music (EDM), dan ballad yang menjadi pesaing musik dangdut.
Selain itu, munculnya lagu-lagu barat dan demam K-Pop juga menjadi pesaing dangdut dalam mempertahankan eksistensinya. Beberapa orang beranggapan bahwa musik dangdut merupakan genre yang kuno dan hanya cocok untuk orang tua.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa sebab, karena kebanyakan orang khususnya generasi muda lebih senang mendengarkan musik pop. Selain itu, beberapa orang juga berpikir kalau dangdut merupakan musik kampungan yang kuno atau ketinggalan zaman.
Nyatanya, dangdut merupakan musik yang mempunyai tempat tersendiri di hati penggemarnya. Misalnya lagu-lagu dari Didi Kempot yang berhasil menarik perhatian orang-orang baik penikmat dangdut maupun yang tidak lewat lagunya yang mengusung campur-sari. Baluran dangdut-koplo dengan aksen Jawa hingga sampai ke telinga anak muda ibu kota.
Lagu-lagu itu kemudian sering diputar di televisi, di media sosial, bahkan di tempat-tempat umum. Lagu dangdut pun semakin meroket dan disukai segala kalangan baik tua ataupun muda, anak-anak hingga orang dewasa.
Bahkan, lagu pop Indonesia dan beberapa lagu K-Pop diaransemen ulang oleh sejumlah konten kreator sehingga menghasilkan lagu pop dengan instrumen koplo. Misalnya saja lagu Mahalini berjudul “Sial” yang memiliki versi koplo dan dijadikan challenge di media sosial.
ADVERTISEMENT
Adapun instrumen dan irama lagu dangdut memiliki karakteristik yang unik dari tabuhan gendangnya membuat siapa saja yang mendengarnya ingin bergoyang sekalipun lagu dangdut itu bertemakan patah hati.
Selain itu, muncul juga penyanyi-penyanyi bergenre dangdut-pop yang tak kalah mencuri perhatian dengan karya-karyanya yang mampu memikat anak-anak muda. Sebut saja Denny Caknan salah satunya yang bakal duet dengan sang raja dangdut Rhoma Irama dalam satu panggung meski keduanya sebagai gambaran dua generasi yang sangat jauh.
Hal ini menjadi bukti bahwa dangdut bukanlah musik kuno yang hanya bisa didengarkan orang tua saja, namun musik ini bisa dinikmati seluruh kalangan untuk hiburan dan bisa tetap eksis dari masa ke masa serta mampu bersaing dengan genre musik lainnya.
ADVERTISEMENT
Kita harus bangga dengan kearifan lokal bangsa Indonesia dan tetap menjaga kelestarian musik dangdut agar tetap bertahan sepanjang masa.