Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
#Kabur AjaDulu: Bentuk Protes atau Pelarian Generasi Muda?
17 Maret 2025 13:06 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Almantio Simaniuruk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Almantio Simanihuruk

Seruan "#KaburAjaDulu" yang viral di media sosial mencerminkan kekecewaan dan rasa tidak berdaya generasi muda terhadap situasi dalam negeri. Mereka merasa sistem ekonomi tidak berpihak, karier tidak pasti, sulit mendapatkan pekerjaan, dan transparansi penggunaan pajak dipertanyakan. Akibatnya, mereka memilih mencari peluang di luar negeri yang menawarkan kepastian lebih baik.
ADVERTISEMENT
Menurut psikolog Tiara Puspita, fenomena ini menunjukkan bahwa generasi muda merasa tidak memiliki kuasa untuk mengubah situasi struktural yang sulit diubah, sehingga memilih "kabur" sebagai bentuk protes. Namun, ia mengingatkan pentingnya mempertimbangkan kemampuan hidup mandiri sebelum memutuskan bekerja atau belajar di luar negeri, karena kehidupan di luar negeri menuntut kemandirian tinggi dan bisa menimbulkan stres serta kesepian.
Bagi yang tidak memiliki kesempatan untuk "kabur" ke luar negeri, Tiara menyarankan untuk mensyukuri apa yang dimiliki sambil mencari peluang secara kreatif di dalam negeri.
Secara keseluruhan, seruan "#KaburAjaDulu" mencerminkan ketidakpuasan generasi muda terhadap kondisi dalam negeri dan keinginan mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik, baik di luar negeri maupun dengan beradaptasi dan berinovasi di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan Kabur Aja Dulu: Bentuk Protes atau Pelarian Generasi Muda? adalah bahwa fenomena "kabur" yang dilakukan generasi muda bisa bersifat ganda—baik sebagai bentuk protes maupun pelarian.
Sebagai protes, tindakan ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap sistem yang dianggap tidak adil, beban sosial yang menekan, atau ekspektasi yang sulit dipenuhi. Generasi muda memilih "kabur" sebagai bentuk perlawanan terhadap norma yang membatasi kebebasan mereka.
Di sisi lain, kabur juga bisa menjadi bentuk pelarian dari tekanan hidup, ketidakpastian masa depan, atau rasa frustasi yang sulit dihadapi. Alih-alih menghadapi tantangan, mereka memilih menjauh untuk mencari ketenangan sementara.
Pada akhirnya, apakah tindakan ini merupakan bentuk protes atau pelarian tergantung pada motivasi dan hasil yang diharapkan. Jika "kabur" diiringi dengan refleksi dan strategi baru dalam menghadapi masalah, itu bisa menjadi langkah menuju perubahan. Namun, jika hanya sebagai cara menghindar tanpa penyelesaian, maka lebih condong ke pelarian.
ADVERTISEMENT
Penulis merupakan Mahasiswa Semester 6 Universitas Katolik Santo Thomas Medan, Fakultas Ekonomi Prodi: Manajemen S1