Rencana Kecil Menghadapi Dunia

Almas Rifqi
Domisili di Jogja. Baru menekuni bidang kepenulisan belum lama ini.
Konten dari Pengguna
29 April 2018 20:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Almas Rifqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah salah ketika ada yang bilang poros pendidikan modern saat ini ada di Finlandia? Tidak. Apakah salah ketika ada juga yang bilang porosnya berada di Amerika Serikat, Jepang, bahkan Indonesia? Tidak ada yang salah. Semua negara pada dasarnya menjadi poros pendidikan bangsanya.
ADVERTISEMENT
Melihat dari setiap aspek yang sedang berusaha negara perbaiki, pendidikan adalah salah satunya. Bahkan menjadi lembar kerja penting bagi pemerintah. Setiap negara memiliki pasti memiliki skema dan kebutuhan akan pendidikan yang berbeda-beda. Negara maju dan negara berkembang memiliki gap atau jarak yang sangat lumayan. Ya, jarak tersebut bisa dibuat pendek dengan ketekunan bangsanya dalam berbenah dan memperbaiki system pendidikan agar mampu mengejar dan bersaing di tingkat teratas system pendidikan terbaik di dunia.
Negara maju, mereka tidak melulu berusaha untuk memperbaiki pendidikan negara mereka. Faktanya mereka menjadi negara maju karena pendidikan yang mereka terapkan di negara mereka itu pas dan sesuai takaran─mampu memaksimalkan potensi bangsa─hingga menghasilkan insan-insan yang mampu menggerakan perekonomian, menegakkan hukum, dan menata negara agar menjadi lebih baik. Mereka tidak menaruh perhatian lebih dalam perbaikan, mereka akan lebih focus dalam pengembangan akan riset-riset mutakhir atas pendidikan. Tidak heran jika pendidikan di sebuah negara maju akan sangat terlihat efisien dan tepat sasaran. Lalu negara lain memandang bahwa metode pendidikan dari hasil pengembangan dan riset tersebut pasti bisa diterapkan di negara lain tersebut. Padahal, itu tidak tentu.
ADVERTISEMENT
Negara berkembang, masih dalam tahap membangun dan memperbaiki. Sebuah negara berkembang, awalnya pasti membuat atau mengadaptasi system pendidikan negara lain yang dianggap cocok untuk potensi bangsanya. Ibarat mencoba parfum di etalase toko parfum, system pendidikan diubah, diperbaiki, dan gonta-ganti demi menemukan jenis sistem pendidikan yang pas. Hal ini wajar karena formula dalam menuju sebuah keberhasilan adalah trial and error. Jika masih terjadi ketidakcocokan, maka baiknya dilakukan evaluasi agar nanti diubah, diperbaiki, sehingga cocok dengan masyarakat.
Dalam prosesnya, negara berkembang, termasuk Indonesia, masih terus menerus menguji system pendidikannya. Maka menjadi sebuah mimpi ketika sebuah negara berkembang ingin mendapat lulusan yang baik seperti Finlandia. Karena pada dasarnya, dalam mengadaptasi sebuah system pendidikan, sebuah negara dengan taraf pendidikan yang relative lebih rendah juga harus mamahami masyarakatnya, orang-orang yang akan menjadi pelaksana sebuah system pendidikan yang mereka terapkan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, system pendidikan dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, bahkan bangku kuliah, di rantai dengan sebuah kurikulum atau silabus. Sudah ada banyak kurikulum yang dibuat tahun 2004 ada KBK, 2006 dengan KTSP, Kurikulum 2013, dan Kurikulum 2015. Semua deretan kurikulum dalam 20 tahun terakhir ini semua melalui proses ubah dan kembang yang diusahakan cocok untuk masyarakat Indonesia secara luas. Hanya memang ada lubang yang belum bisa ditambal di system ini. Kondisi geografis negara ini membuat tidak meratanya penerapan system tiap kurikulum yang sudah disebut sebelumnya.
Tidak berusaha menyudutkan, memang banyak guru atau jebolan universitas pendidikan yang menyiutkan hatinya ketika diminta memberi pendidikan di daerah terpencil. Apalagi di luar pulau nan jauh di mata. Tidak semua ‘guru’ ini sadar akan pentingnya pendidikan untuk negaranya. Sebuah kesadaran yang kalau bisa dibilang sangatlah mempengaruhi strata pendidikan bahkan perkembangan pendidikan ke depannya.
ADVERTISEMENT
Jika pendidikan sudah timpang di daerah-daerah, maka untuk memajukan pendidikan secara keseluruhan sangatlah sulit. Hampir mustahil jika boleh dilebih-lebihkan.
Apalagi sekarang semua berbasis digital, setiap daerah yang ketinggalan dalam hal pendidikan berpotensi mengalami kesulitan dalam mengejar daerah-daerah yang mepet dengan ibukota atau kota-kota besar.
Solusi Kecil dalam Menghadapi Derasnya Dunia Digital
Disamping berbagai cara dilakukan pemerintah dalam merencanakan perubahan dunia lewat kurikulumnya, banyak organisasi dan komunitas yang ternyata sadar dan peduli akan pendidikan. Hal ini membantu pemerintah dalam mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mereka yang kurang mampu, yang daerahnya sulit dijangkau, dan semua factor-faktor yang membuat daerah tersebut kesulitan dalam menerima system pendidikan yang baru, perlahan-lahan bangkit. Lewat sekolah alam, sekolah sore, bangunan sekolah baru hibah dari seorang donatur. Apapun bentuknya, asal bisa digunakan untuk membantu adik-adik mengenal gadget, laptop, juga pendidikan-pendidikan popular seperti Bahasa Inggris untuk persiapan menghadapi globalisasi, hitung-menghitung─Matematika─, juga soal interaksi sosial yang dibangun lewat game interaktif.
ADVERTISEMENT
Banyak program-program non-pemerintah yang focus dalam memberi pendidikan ke daerah atau titik yang dirasa membutuhkan. Dari sini lah mimpi besar Indonesia dalam menghadapi dunia ke depannya akan lebih jelas. Tinggal bagaimana program-program ini terpelihara dan mendapatkan tempat di mata pemerintah. Disebarluaskan dan dijadikan tren baik dalam perlombaan mencerdaskan kehidupan bangsa.