Sastra Anak: Jembatan Kecerdasan Intelektual dan Kebijaksanaan

Almas Rifqi
Domisili di Jogja. Baru menekuni bidang kepenulisan belum lama ini.
Konten dari Pengguna
23 April 2018 0:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Almas Rifqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang anak tekun membaca buku (Foto: Dwi Ma'ruf Alvansuri)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak tekun membaca buku (Foto: Dwi Ma'ruf Alvansuri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah dongeng diturunkan terus-menerus bukan dengan tujuan samar. Tapi, jelas untuk mengajarkan suatu nilai luhur kepada anak-anak.
ADVERTISEMENT
Dongeng merupakan sastra lisan yang tidak terhitung jumlahnya. Anggaplah 700 tahun lalu, ketika Majapahit masih berjaya, dongeng atas kesaktian orang-orangnya diceritakan untuk memberi kebanggaan kepada anak-anak jika kesatria kerajaan mereka sangatlah sakti.
Zaman semakin modern. Sebuah dongeng juga semakin beragam. Di setiap daerah di Indonesia, dongeng-dongeng yang diceritakan kepada anak-anak sangatlah banyak. Di daratan Sumatera, cerita Malin Kundang begitu hebatnya terdengar sampai sekarang. Fabel juga ambil andil dalam dunia dongeng ini. Cerita kancil mencuri ketimun, kancil dan buaya, semua hewan yang tiba-tiba memiliki cerita dengan nilai-nilai yang dapat dipelajari dengan baik oleh anak-anak. Apakah itu fiktif atau nyata bukanlah menjadi sebuah masalah ketika disejajarkan dengan kepentingan kesusastraan. Yang pasti, nilai-nilai luhur di dalamnya mampu merasuk ke dalam jiwa dan pikiran si anak.
ADVERTISEMENT
Dongeng adalah sarana literasi pertama seorang anak. Berawal dari cerita lisan, rasa penasarannya akan dunia perdongengan dan segala nilai-nilai intrinsik yang terkandung akan menjadi modal utama seorang anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya.
Jika perkembangan motorik anak dipacu dengan berbagai jenis permainan dan latihan fisik dari orang tua. Untuk kecerdasan intelektual diasah mulai dari pendengaran. Melatih fokusnya mendengarkan dongeng, berusaha mencerna tokoh dan lambat laun unsur-unsur yang ada dalam dongeng tersebut.
Sebuah sastra yang murni, sastra lisan. Ketika dibukukan, anak-anak akan sangat tertarik karena jelas untuk sebagian sastra anak─target anak dibawah 6 tahun─akan banyak memuat visual yang menarik mereka untuk membaca cerita dongeng tersebut.
Salah satu produk susu di Indonesia pernah meluncurkan berbagai cerita dongeng berupa buku cerita visual yang sungguh berhasil membuat anak-anak gemar membaca. Juga majalah Bobo yang sampai sekarang masih berjuang demi meningkatkan literasi anak-anak Indonesia. Nahasnya, perjuangannya tidak berbanding lurus dengan hasilnya. Banyak orang tua yang melupakan pentingnya sastra di usia dini. Tentang pengertian nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Minim Kesadaran Sastra
Ilustrasi buku (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buku (Foto: Pixabay)
Sastra anak yang sebenarnya memiliki fungsi sebagai pintu pertama pendidikan usia dini ini sungguh minim diajarkan di sekolah-sekolah menengah. Bukan karena sastra anak ditujukan untuk anak-anak usia dini. Jika difusikan antara teori pembelajaran dengan bacaan sastra-sastra lama dan juga sastra anak, niscaya pintu pertama pendidikan usia dini lewat sastra anak itu akan terbuka lebih lebar. Kesadaran siswa-siswa akan sastra anak yang sudah jarang ditemui wujudnya ini bisa berimbas ke kondisi di mana mereka juga tidak akan sadar saat sudah dewasa nanti. Kandungan nilai luhur sebenarnya sangat bisa diasosiasikan ke dalam materi bacaan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Sastra anak untuk siswa sekolah menengah itu dibutuhkan untuk pengenalan lanjutan setelah sastra lisan atau dongeng yang mereka dapati waktu kecil. Sehingga estafet untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini tidak berhenti begitu saja.
ADVERTISEMENT
Jika masih bertanya mengapa di sekolah menengah? Periode tersebut adalah masa emas di mana seluruh siswa masih terintegerasi dengan baik di sekolah masing-masing. Belum memilih jalan jurusan pendidikan─perkuliahan─yang beragam kelak. Sehingga penanaman sastra di kelas, terutama sastra anak dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, tetap bisa utuh merasuk ke dalam kesadaran intelektual setiap siswa.
Membangun Kebijaksanaan dari Sastra
Sudah disebutkan berkali-kali di atas bahwasannya sastra itu memiliki nilai intrinsik yang dibutuhkan anak-anak. Jika diajarkan sejak dini di sekolah menengah siswa mampu berpikir dewasa lebih awal. Walau secara psikis masih belum, namun fondasi atas kebijksanaan individu sudah tertanam di masing-masing siswa.
Banyak kisah yang mengajarkan kebajikan di dongeng untuk anak-anak. Jika sewaktu kecil kita menikmati ceritanya dibanding memahami apa maksud yang terkandung di dalamnya, pada masa ini lah siswa menengah yang kembali diperkenalkan dengan sastra anak─mudahnya─melalui cerita dongeng akan mengambil sedikit-banyak makna kehidupan sebagai fondasi kedewasaan mereka.
ADVERTISEMENT
Banyak anak-anak zaman sekarang yang tingkah polahnya sudah tidak lazim dibanding 10 tahun kebelakang. Tidak ada yang salah dalam perubahan kondisi dan pergaulan anak-anak selama ini, namun perkembangan sastra─literasi sejak dini─lah yang sungguh memprihatinkan. Hal ini berbanding lurus dengan rawannya kemerosotan moral pemuda-pemudi kita.
Ragam cerita si Kancil biasanya mampu memberikan rasa ngeri ke seorang anak yang mendengarkannya. Tidak ingin menjadi buruk, seburuk Kancil. Tapi tetap harus cerdik. Ingin meniru siput dan kura-kura yang tidak pernah meremehkan suatu hal dan terus berjuang dengan segenap kekuatan. Pesan-pesan moral semacam itu yang sebenarnya dibutuhkan. Ditanamkan pelan-pelan dan dipupuk dengan baik oleh orang tua, nisacaya pribadi yang bijaksana akan terlahir.
Nyatanya, sastra adalah media yang terus berkembang, namun implementasinya yang rendah di masyarakat karena dianggap kurang penting adalah salah satu kemunduran yang terlihat jelas. Literasi dibatasi hanya sebatas reportase, jurnalisme, dan tulisan-tulisan ilmiah. Kalau mau menengok fiksi, tunggulah kesadaran kalau bacaan bukan hanya buku pelajaran.
ADVERTISEMENT
Yang butuh bangsanya cerdas, mengenalkan segala macam bentuk sastra sejak dini. Agar matangnya buah yang ditanam dan dirawat dengan baik manis dan sesuai harapan. Salam literasi.