Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Persiapan Ciamik Tim Dokter Kepresidenan Indonesia di PBB
30 Mei 2023 7:03 WIB
Tulisan dari Aloysius Selwas Taborat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu kali dalam setahun, Kepala Negara/Pemerintahan berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, akan bersidang di Markas Besar Perserikatan Bangsa Bangsa/PBB (United Nations Headquarters) di New York, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Setiap awal bulan September Majelis Umum PBB akan menyelenggarakan High-Level Week (HLW) atau pekan pertemuan tingkat tinggi. Hal ini menandai dimulainya sesi persidangan Majelis Umum PBB.
HLW dihadiri oleh Kepala Negara/Pemerintahan yang akan menyampaikan pandangan negara masing-masing atas topik yang dibahas pada General Debate (Debat Umum). Topik HLW tahun 2022 yang lalu adalah “A watershed moment: transformative solutions to interlocking challenges”.
Praktik HLW cukup khidmat namun juga ketat, karena bisa dibayangkan hampir seluruh Kepala Negara/Pemerintahan berkumpul di Kota New York. Tiada pertemuan di luar forum PBB yang dapat menandingi HLW dalam hal jumlah pejabat tinggi yang hadir.
Dari sisi keamanan, wilayah Midtown East Manhattan hampir seluruhnya dijaga ketat oleh aparat keamanan Kota New York, yakni New York Police Department (NYPD) hingga Secret Service (Pasukan Pengaman Presiden/Paspampres Amerika Serikat).
Presiden Joko Widodo pertama kali mengikuti Debat Umum di HLW pada tahun 2020 melalui pesan video karena restriksi Covid-19 yang masih berlaku saat itu. Beliau kembali mengikuti sesi HLW pada tahun berikutnya. Selebihnya, Indonesia diwakili pada tingkat Wakil Presiden atau Menteri Luar Negeri.
Pelaksanaan HLW adalah pengalaman yang mengesankan bagi setiap diplomat yang pernah bertugas di Perutusan Tetap Republik Indonesia/PTRI untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (Permanent Mission of the Republic of Indonesia to the United Nations) di New York, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Persiapan menyambut pejabat tinggi dan Delegasi Indonesia umumnya dilakukan jauh sebelum kedatangan delegasi Indonesia pada awal September. Kepanitiaan nasional dibentuk dengan melibatkan unsur nasional dan perwakilan Indonesia di Amerika Serikat, khususnya PTRI New York.
Saya termasuk beruntung karena dalam penugasan saya di PTRI New York (2018 – 2021), pernah terlibat sebagai Panitia Bidang Protokol. Tugasnya-pun bukan kaleng-kaleng, karena harus memastikan dan mendukung kelancaran pergerakan pejabat tinggi negara.
Salah satu pengalaman yang berkesan adalah ketika menjadi petugas protokol untuk Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla. Tentu saya bukan satu-satunya petugas protokol bagi beliau, karena ada juga Paspampres, Protokol Istana, Secret Service, Kepolisian Lokal, hingga sejumlah panitia lainnya yang mendampingi beliau di HLW. Termasuk yang menurut saya cukup penting, Tim Dokter Kepresidenan.
ADVERTISEMENT
Nah, saya pernah mendapatkan tanggung jawab khusus mendampingi Tim Dokter Kepresidenan untuk mensurvey fasilitas kesehatan Markas Besar PBB, bertemu dengan Tim Dokter dan Tim Medis PBB, mengecek rute pergerakan hingga jalur evakuasi Wapres di dalam Markas PBB, serta mengecek berbagai opsi rumah sakit sekitar Markas Besar PBB jika nantinya dibutuhkan.
Berbekal pengalaman mendampingi Tim Dokter Kepresidenan, saya menjadi paham pentingnya menjaga kebugaran dan kesehatan pemimpin nasional Indonesia. Selain karena Wapres atau Presiden adalah wajah negara, kenyamanan dan keselamatan mereka sangatlah penting bagi pemenuhan misi nasional yang tengah mereka emban di luar negeri.
Perlu diketahui, kehadiran pejabat tinggi Indonesia di HLW pada umumnya bukan hanya untuk Debat Umum di Majelis Umum PBB. Melainkan berbagai kegiatan lainnya, baik di Markas PBB maupun lokasi lainnya di Kota New York. Penting karenanya memastikan kemudahan akses ke rumah sakit atau klinik pelayanan kesehatan yang layak bagi Wapres bila suatu waktu dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Agar dapat menjalankan tugas ini dengan baik, saya berinisiatif untuk membangun hubungan baik dengan Tim Dokter, Tim Medis, hingga Divisi Kesehatan PBB. Motivasinya sederhana, agar pelaksanaan tugas keprotokolan dapat berlangsung dengan baik. Tidak mudah memang, namun dengan ikhtiar dan tawakal pada akhirnya pelaksanaan tugas negara dapat dilaksanakan secara bertanggung-jawab.
Inisiatif tersebut membuahkan hasil karena saya dapat menjawab sebagian besar pertanyaan Tim Dokter Kepresidenan. Selain itu, Tim Dokter Kepresidenan juga mendapatkan akses yang seluas-luasnya dan jawaban yang komprehensif dari Tim Dokter dan Tim Medis PBB.
Fasilitas Medis PBB-pun dipandang cukup memenuhi standard penanganan kedaruratan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan. Hal ini memang sudah seharusnya demikian mengingat rutinitas berkumpulnya Kepala Negara/Pemerintahan di setiap tahunnya.
Jika teringat kembali, saya sangat kagum akan etos kerja dan tingginya tanggung-jawab Tim Dokter Kepresidenan dalam pelaksaaan tugasnya di New York kala itu. Tim Dokter Kepresidenan Indonesia memang ciamik!