Corporate Media Handling dalam Krisis Pemberitaan

Alrdi Samsa
Penulis Lepas Pascasarjana Politik Pemerintahan Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
4 Mei 2021 16:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alrdi Samsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Corporate Media Handling dalam Krisis Pemberitaan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sebuah Recovery Crisis
Tulisan ini hadir, karena diskusi panjang yang hadir dengan salah satu teman saya yang sekarang sudah handal, dalam berdialektika dan menyampaikan design kreatifnya di salah satu kantor berita di Indonesia. Buru-buru saya menyampaikan bahwa, ada banyak hal yang diserap dan diujikan dalam tataran teoritik tentang telaahnya selama kuliah dan diaplikasikan dalam dunia pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Murni, tulisan ini akan berujung pada satu argumentasi dasar bahwa sebesar apapun perusahaan akan menghadapi pemberitaan bad and good news, dan yang menjadi menarik adalah bagaimana kemudian Recovery Crisis ini menjelma menjadi sebuah solusi.
Dimulai dari sebuah fakta singkat, bahwa corporate relations adalah satu hal yang mutlak untuk diterjemahkan menjadi kunci untuk mengikat keberhasilan pemberitaan media, karena memberikan keuntungan publisitas.
Serta didukung dengan warna dasar masyarakat tentang persespi kolektif, bukan minoritas. Untuk membuatnya, maka media menjadi penyangga utama. Hingga akhirnya, persepsi tersebut menjadi pendapat serentak masyarakat.
Kita tidak usah berbusa, karena kita tahu bahwa dengan menjalin relasi dengan media kita mendapatkan satu cara untuk menjaga dan meningkatkan citra dan reputasi organisasi di mata stakeholder.
ADVERTISEMENT
Namun hal tersebut tidaklah menjadi satu acuan mendasar, karena setiap perusahaan pasti akan melakukan maintenance relations between media and corporate.
Menjadi titik tekan dalam tulisan ini adalah tentang recovery crisis, membalikkan yang sudah telanjur menjadi citra yang buruk dan pada akhirnya berakhir menjadi satu citra yang memiliki entitas positif. Apa saja?
Tentunya poin pertama adalah kesanggupan Corporate untuk melegitimasi kepercayaan karyawan untuk memberikan keleluasaan kreativitas.
A Handbook of Corporate Communication and Public Relations karya Sandra Oliver (2004), mengurai dengan sangat komprehensif, buku babon yang direkomendasikan dari teman saya ini seketika mengubah hal-hal yang mengubah bagaimana seharusnya media menjadi rekan yang menguntungkan bagi perusahaan, fokus yang hadir dalam recovery crisis adalah;
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jika disandingkan sebenarnya cara tersebut sudah masuk dalam kerangka teoritis yang dihadirkan dalam buku tersebut dengan enam temuan, yakni; (a) By Serving The Media (Pers Gathering) (b) By Establishing a Reputations for Reliability (Corporate Social Responsibility, Kunjungan Lembaga Pendidikan, Kemitraan dengan Instansi) (c) By Supplying Good Copy (Press Release) (d) By Cooperations in Providing Material (Memberikan reward) (e) By Providing Verifications Facilities (Kunjungan Pers) (f) By Building Personal Relationship with The Media (Morning Caffe).
Argumentasi dasar yang akhirnya dapat ditarik adalah, bahwa menerka persoalan bad news dan berusaha menjadikannya god news, membutuhkan effort yang kuat untuk menggodok isu. Selain hal tersebut, kepercayaan menjadi kunci utama, jika perusahaan terlalu takut dan akhirnya tidak bisa memberikan statement kuat untuk meneruskan citra apa yang hendak dibangun, hanya sekadar ucapan selamat hari jadi dan hari hari besar lainnya. Maka pada akhirnya, perusahaan sangat bergantung pada media, dan membiarkan Electronic Communication Corporate-nya terbengkalai, maka merupakan hal yang sangat fatal.
ADVERTISEMENT