King Maker? Jokowi Bukan Siapa-Siapa!

Alrdi Samsa
Penulis Lepas Pascasarjana Politik Pemerintahan Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
22 Januari 2023 15:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alrdi Samsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri kembali menegaskan digdaya politiknya di acara peringatan HUT ke-50 PDIP. Megawati menyentil Jokowi, dengan beragam sindiran yang dilontarkannya.
ADVERTISEMENT
Mulai dari sindiran yang halus, sampai dengan yang paling lugas. Salah satunya adalah tentang Presiden Jokowi, yang dulu memang tidak dikenal oleh publik.
“Loh dulu kan saya suka mikir, gini loh Pak Jokowi, maaf yah beribu maaf, siapa sih dulu yang tahu Pak Jokowi?” Kata Megawati di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023) lalu.
Tentunya hal tersebut memberikan kesan, bahwa tanpa adanya sosok Megawati yang mengangkat derajat pengetahuan publik tentang Jokowi. Jokowi bukanlah sosok yang terlalu dikenal oleh banyak orang. Terlebih, seluruh sikap politik yang kemudian diambil oleh Jokowi dari awal menjadi wali kota sampai dengan gubernur, tidak lepas dari bayang-bayang Megawati.
Pastinya, ini menegaskan bahwa peran Megawati sangatlah vital bagi Jokowi. Selain hal tersebut disinggung selanjutnya mengenai nasib Jokowi yang jika tidak ada PDIP nasibnya akan kasihan.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu bukan sebatas candaan belaka, melainkan satire yang luar biasa dari Megawati. Satire tersebut berisi peringatan pada Jokowi yang belakangan ini selalu melemparkan banyak dukungan untuk calon presiden tahun 2024, baik itu pada Prabowo atau bahkan Ganjar.
Seakan-akan lewat satire tersebut Megawati menegaskan bahwa tidak ada yang lebih bisa memutuskan keputusan politik tersebut kecuali atas restu darinya, bukan Jokowi. Perlu diingat bahwa di internal PDIP, Jokowi bukanlah orang yang berkuasa. Dia tidak lebih sebagai kader yang menjalankan tugas partai.
Pun harus masyarakat ketahui, dalam cara pandang Megawati, status presiden yang diemban oleh Jokowi ialah hanya semata penugasan dari partai kepadanya. Cara pandang seperti inilah yang akhirnya melahirkan keleluasaan Megawati untuk mengeksploitasi kadernya dalam forum tersebut, untuk menyindir, mengkritik.
ADVERTISEMENT
Bahkan hanya dia satu-satunya orang yang berani menyampaikan rasa kasihan dan menyinggung Jokowi bukan siapa-siapa. Hal ini dilakukan Megawati secara luwes, ulet dan sangat baik agar komunikasi publik yang telah disampaikan.
Jika ditelaah lebih dalam manuver politik yang telah dicoba oleh Jokowi tentang keberpihakannya untuk pemilu mendatang ini dinilai melampaui batas kuasa Jokowi. Apalagi Megawati secara terbuka tegas menyatakan bahwa keputusan terkait dengan calon presiden tersebut merupakan hak prerogratifnya sebagai ketua umum.
Bisa dibilang, Megawati seakan-akan menyampaikan kepada seluruh internal partainya bahwa jangan terlalu berlebihan memilih keberpihakan ataupun dukungan terhadap calon untuk pemilu mendatang, seperti apa yang dilakukan oleh Jokowi. Serta jangan melawan keputusan serta mendikte sikap politik Megawati.
ADVERTISEMENT