Pertaruhan Ganjar & Otoritas Megawati

Alrdi Samsa
Penulis Lepas Pascasarjana Politik Pemerintahan Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
24 Juni 2022 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alrdi Samsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : https://pixabay.com/photos/sunset-asia-labour-work-nature-3819469/
zoom-in-whitePerbesar
sumber : https://pixabay.com/photos/sunset-asia-labour-work-nature-3819469/
ADVERTISEMENT
Konstelasi politik tahun 2024, seharusnya menjadi momentum yang menguntungkan bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Pertama, PDIP telah mengantongi parliamentary threshold. Kedua, PDIP sudah memiliki kader dengan elektabilitasnya diperhitungkan bagi kontestasi pemilu 2024 nanti.
ADVERTISEMENT
Nampaknya, dua hal tersebut bukan menjadi jaminan utama bagi partai besar PDI agar dapat tidur nyenyak. PDIP masih diterpa dengan ketidakpastian dalam menjalani pemilu 2024 kelak.
Semuanya, gara-gara Ganjar. Gubernur Jawa Tengah yang memiliki rekam jejak yang dapat mengangkat elektabilitasnya ini tak terduga, menjadi salah satu batu ganjalan bagi PDI-P.
Pasca kegiatan Projo misalnya, Jokowi secara tersirat telah menggambarkan bahwa ada salah satu di antara sekian banyak yang hadir dalam kegiatan tersebut akan menjadi kandidat terkuat menjadi penerus tahta dirinya, yang mana dalam kegiatan tersebut Ganjar hadir.
Secara tidak langsung tafsiran media langsung menyorot pada sosok Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah.
Survei SMRC (10-17 Mei 2022), telah menunjukan bahwa posisi Ganjar tertinggi yaitu 30,3 persen, dilanjut dengan Prabowo 27,3 persen, kemudian Anies 22,6 persen.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, hal tersebut telah membuktikan popularitas Ganjar yang bisa dikatakan telah melampaui Prabowo.
Putri Mahkota
Jika melihat perspektif yang berbeda, kita akan melihat dengan praktik teori yang telah diajarkan dalam studi ilmu politik.
Sisi pertama, jika kita melihat teori klasik politik, kita akan melihat suguhan bahwa PDI-P telah berhasil dan mampu untuk menjaga konsistensi partai politik dengan fungsi recruitment politik yang hidup dan akhirnya melahirkan kader-kader berkualitas sehingga tidak terlalu kebingungan seperti partai lain.
Rata-rata partai lain, masih dalam tahap kebingungan untuk meminang siapa figur politik yang dapat memiliki elektabilitas tinggi dan dukungan suara masyarakat, hal ini tentunya tidak berlaku dengan PDI-P.
Sisi kedua, kita akan melihat teori oligarkhi berjalan, Robert michels menyebutnya dengan The iron law of oligarchy.
ADVERTISEMENT
Tanpa mengesampingkan bahwa Puan pun pada dasarnya memiliki modal politik yang kuat, sebenarnya ada upaya agenda setting yang hadir dipermukaan dan sengaja tercium oleh seluruh kader politik PDI-P, dimana ada keinginan dari Megawati untuk menjadikan Puan sebagai calon terkuat dalam konstelasi politik 2024.
Menjadi sangat dilematis posisi yang dihadapi oleh Ganjar, tentunya Ganjar adalah "banteng" yang menjadi Gubernur oleh karena "pasukan banteng".
Sementara Puan adalah Ketua DPR RI, putri mahkota, trah resmi dari Soekarno. Tentunya, semua telah mengetahui bahwa Puan yang selalu disiapkan menjadi penerus Megawati.
Peluang dan Elektabilitas Puan dalam Konstelasi 2024
Presentasi yang sangat jelas adalah survei dari Charta Politika, yang menyebutkan bahwa elektabilitas Puan hanya 1,8 Persen. Posisinya dibawah Menteri BUMN dan Ketua Golkar, Airlangga Hartarto.
ADVERTISEMENT
Coba bandingkan dengan Ganjar yang memiliki elektabilitas 31,2 persen, bagaimana kemudian Ganjar tidak menjadi gara-gara di internal PDI-P.
Jika berbicara strategi, tentunya strategi marketing politik yang sangat jitu perlu diterapkan untuk mendongkrak elektabilitas Puan yang hari ini tertinggal jauh oleh Ganjar, namun permasalahan lain yang kemudian timbul adalah, akankah cukup waktu jika strategi tersebut mulai dilaksanakan hari ini.
Mengingat 1 tahun efektif bukan lah perkara waktu yang cukup untuk melihat bagaimana starategi dapat dibangun oleh Puan untuk mendongkrak popularitasnya.
Tentunya, sudah menjadi barang pasti Ganjar dan Puan sangat membuat dilematis partai banteng. Hal ini memiliki banyak konsekuensi politik tersendiri bagi PDI-P, bisa menjadi terbelah atau tersandera kepentingan politik.
ADVERTISEMENT
Peluang Ganjar cukup sulit untuk mendapatkan restu Megawati, beberapa kali Ganjar tidak diundang dalam kegiatan krusial PDI-P, Ganjar disuguhkan dengan kritik-kritik pedas dari sesama kader PDI-P tersendiri. Bahkan sindiran keras pun terkadang diucapkan oleh Puan tersendiri.
Persetujuan Sang Maharatu Megawati
Terlepas dari kemelut yang ada dalam internal partai tersebut, sosok Megawati yang pada akhirnya akan menjadi penentu politik bagi PDI-P tersendiri.
Tentunya, hasil survei, kalkulasi politik akan selalu menjadi bahan dasar pertimbangan Megawati selaku pemimpin tertinggi di PDI-P, namun yang menjadi pertimbangan kuat juga bisa jadi adalah insting politik yang kuat.
Keputusan akan kembali berkisar di antara akan menugaskan putri mahkota atau hanya petugas partai. Hal ini yang harus siap-siap dipikirkan oleh Megawati hari ini. Jika mengacu pada konstelasi politik saat pencapresan Jokowi, terbukti bahwa Megawati memiliki insting dan rasionalitas yang kuat.
ADVERTISEMENT
Harus menjadi catatan bersama bahwa Ganjar hanyalah petugas partai seperti halnya Jokowi. Ganjar juga memiliki kesamaan yang percis yakni elektabilitasnya selalu tinggi dalam survei-survei. Dalam setiap wawancara dengan wartawan Ganjar selalu memperlihatkan bahwa dirinya adalah Banteng, Merah dan Loyal.
Lantas, mungkinkah Megawati akan mengulangi keputusan politik percis pada tahun 2014 lalu?