Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Edukasi Internet yang Baik dan Pencegahan Phishing di SDN 05 Parambahan
16 Agustus 2024 13:20 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Alvi Husna S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Internet telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan bagi anak-anak. Seiring dengan berkembangnya teknologi, mereka semakin terbiasa menggunakan internet untuk belajar, bermain, dan berinteraksi dengan temsn. Namun, di balik berbagai manfaatnya itu, internet juga menyimpan berbagai risiko, terutama bagi anak-anak yang belum sepenuhnya memahami bahaya yang mengintai mereka di dunia maya.
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa sekitar 30% dari pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak dan remaja berusia 10-19 tahun. Angka ini mengindikasikan bahwa anak-anak merupakan salah satu kelompok pengguna internet terbesar di Indonesia. Namun, ironisnya, hanya 55% orang tua yang memantau aktivitas online anak-anak mereka secara aktif. Hal ini berarti banyak anak yang menggunakani internet tanpa pengawasan.
Baru-baru ini, saya berkesempatan memberikan sosialisasi mengenai penggunaan internet yang baik dan pencegahan phishing kepada siswa kelas 4, 5, dan 6 di SDN 05 Parambahan, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok. Pengalaman ini membuka mata saya akan betapa krusialnya pendidikan ini bagi mereka yang berada di usia rentan. Anak-anak ini adalah generasi digital yang tumbuh dengan teknologi, namun banyak di antara mereka tidak menyadari bahaya tersembunyi yang dapat mereka hadapi saat menjelajahi dunia maya.
Dalam sosialisasi tersebut, salah satu topik utama yang dibahas adalah terkait pentingnya menjaga informasi pribadi. Anak-anak cenderung terbuka dan kurang waspada ketika diminta memberikan informasi pribadi seperti nama, alamat, atau nomor telepon di internet. Banyak dari mereka tidak menyadari bahwa informasi tersebut bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebuah studi oleh Cyberbullying Research Center mengungkapkan bahwa lebih dari 40% anak-anak yang menggunakan internet pernah memberikan informasi pribadi mereka kepada orang asing secara online. Pada sesi ini, saya menekankan pentingnya kehati-hatian dan anjuran untuk tidak memberikan informasi pribadi kepada siapa pun di internet tanpa izin dari orang tua atau guru.
Selain itu, saya juga mengajarkan tentang pentingnya menggunakan kata sandi yang kuat dan aman. Banyak anak-anak memilih kata sandi yang mudah ditebak, seperti tanggal lahir atau nama hewan peliharaan. Saya juga membahas bagaimana kata sandi yang kuat harus terdiri dari kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol, serta tidak boleh dibagikan kepada siapa pun, termasuk teman dekat. Menurut National Cyber Security Alliance, 68% orang dewasa menggunakan kata sandi yang sama untuk berbagai akun, dan kebiasaan berisiko ini sering kali ditiru oleh anak-anak.
Bagian penting lainnya dari sosialisasi ini adalah pengenalan tentang phishing. Phishing adalah bentuk penipuan yang dilakukan oleh penjahat siber untuk mencuri informasi pribadi atau uang melalui email, pesan teks, atau situs web palsu. Serangan phishing di media sosial sering kali bertujuan mendapatkan informasi seperti password dan username, yang kemudian dapat digunakan untuk mengakses informasi keuangan korban. Meskipun istilah phishing mungkin terdengar rumit bagi anak-anak, kami menggunakan analogi sederhana untuk menjelaskan konsep ini, membandingkannya dengan "jebakan" yang dipasang oleh penjahat untuk memancing korban. Dengan menggunakan contoh konkret, seperti email palsu yang mengaku berasal dari bank atau platform game online, anak-anak lebih mudah memahami cara kerja phishing dan bagaimana cara menghindarinya.
Indonesia menempati posisi ke-8 di dunia dan termasuk dalam jajaran 10 besar negara dengan jumlah kasus kebocoran data tertinggi secara global. Menurut laporan dari Surfshark, terdapat sekitar 820 ribu kasus pembobolan data yang tercatat di tanah air sepanjang kuartal II/2022. Tingginya kasus kebocoran data di Indonesia juga menempatkan negara Indonesia di urutan pertama sebagai negara dengan tingkat pembobolan data terbanyak di ASEAN, dengan kenaikan 143% dari kuartal I/2022.
Data ini menunjukkan betapa rentannya anak-anak terhadap ancaman siber, dan sering kali anak-anak menjadi target karena kurangnya pemahaman mereka tentang penipuan online. Oleh karena itu, edukasi tentang penggunaan internet yang bijak dan pencegahan phishing menjadi sangat penting, khususnya di kalangan anak-anak sekolah dasar, sehingga menjadikan mereka sebagai pengguna internet yang lebih cerdas dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT