Konten dari Pengguna

Fogging? Lebih Baik Kalau Menerapkan 3M Plus!

Alvi Laila Fitrya
Aktif sebagai mahasiswa di UIN Jakarta program studi Ilmu Keperawatan. Senang dalam berkomunikasi secara sosial dan cepat dalam mempelajari hal baru.
12 Oktober 2024 17:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvi Laila Fitrya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi nyamuk demam berdarah (sumber : https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi nyamuk demam berdarah (sumber : https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang bertransmisi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD muncul sepanjang tahun dan dapat diderita seluruh kalangan usia. Kemunculan penyakit ini sendiri berkaitan erat dengan perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan (Kemenkes, 2016). Demam berdarah terus menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Studi dari World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 2,5 milyar atau 40% penduduk dunia di negara tropis dan subtropis berisiko tinggi terinfeksi virus Dengue.
ADVERTISEMENT
DBD menjadi momok yang menakutkan karena penularannya dapat berlangsung cepat dalam suatu wilayah. Bahkan dalam satu bulan, jumlah kasus DBD pada wilayah endemik bisa mencapai puluhan manusia yang terinfeksi virus dengue. Pemaksimalan program pengendalian DBD di dinas kesehatan dan puskesmas setempat menjadi kunci utama dalam menanggulangi penyebaran DBD. Namun menjadi kendala saat ini sehingga membuat belum efektifnya program pengendalian DBD di Kota Samarinda yaitu belum adanya prediksi ilmiah tentang letak wilayah rentan DBD di Kota Samarinda, termasuk di wilayah kerja Puskesmas Makroman. Sehingga tidak hanya perlu di terapkannya kehidupan yang bersih dan sehat, pelaksanaan fogging pun perlu ditetapkan pada suatu wilayah yang rentan terhadap nyamuk Aedes aegypti agar dapat menekan penyebaran wabah penyakit demam berdarah.
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementrian Kesehatan Indoneia pada tahun 2024, Hingga minggu ke-17 tahun 2024, tercatat 88.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 621 kasus kematian di Indonesia. Berdasarkan laporan, dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi. Penderita demam berdarah atau DBD akan mengalami gejala nyeri hebat, terutama pada tulang dan persendian, yang terasa seolah-olah patah.
Namun nyatanya, pelaksanaan fogging dengan tujuan untuk memberantas keberadaan nyamuk yang menjadi vektor penyakit, justru membuat nyamuk di beberapa belahan dunia menjadi resisten terhadap insektisida yang diberikan. Bukan berarti program fogging tidak memberikan dampak positif terhadap penanggulangan penyakit DBD. Namun dibutuhkan perencanaan yang matang dalam memilih lokasi fogging dan tidak dilaksanakan dengan frekuensi yang sering. Dinas kesehatan harus mengembangkan alternatif pencegahan DBD yang bersifat alamiah.
ADVERTISEMENT
Dalam artikel Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2019 silam, dijelaskan bahwa, dalam mencegah penyebaran wabah DBD, Departemen Kesehatan RI mengerahkan beberapa upaya, salah satunya program 3M plus, apa itu 3M Plus?
3M yang berarti menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali. Menguras diartikan sebagai kegiatan membersihkan dan menguras wadah penampungan air, seperti kendi, bak mandi, toren air, dan wadah lainnya. Menutup merupakan aktivitas menutup rapat wadah penampungan air agar tidak menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk. Di sisi lain, memanfaatkan kembali berarti menggunakan ulang barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk. Plus dalam program tersebut seperti menggunakan obat antinyamuk, memberikan larvasida pada wadah air yang susah terkuras, dan lainnya. Kampanye 3M (menguras, menutup, dan menimbun) harus terus digalakkan kepada seluruh masyarakat. Bahkan pemberian inovasi baru terkait penanggulangan DBD harus dilakukan secara masif. Selain itu, pemberian pemahaman terkait penyebab dan cara pencegahan penyakit DBD kepada masyarakat, khusus ibu rumah tangga, harus terus dimaksimalkan. Masih banyak ibu rumah tangga yang memiliki persepsi bahwa nyamuk Aedes aegyti hanya sebagai binatang pengganggu saja, tidak dimaknai sebagai vektor penyakit DBD.
ADVERTISEMENT