Konten dari Pengguna

Fenomena Ekstrem Generasi Z di Media Sosial

Alvian Yoga Yulianto
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
26 Juni 2024 18:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvian Yoga Yulianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(ilustrasi generasi Z yang mengalami gangguan kecemasan akibat FOMO. Foto: Pexels/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
(ilustrasi generasi Z yang mengalami gangguan kecemasan akibat FOMO. Foto: Pexels/Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era media sosial yang semakin berkembang, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin menjadi-jadi, terutama di kalangan generasi Z.
ADVERTISEMENT
FOMO adalah perasaan cemas yang muncul ketika seseorang merasa ketinggalan tren atau aktivitas yang sedang populer. Salah satu platform yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan tren ini adalah TikTok.
Aplikasi berbagi video pendek ini telah menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri mereka dan mengikuti berbagai tantangan yang viral. Namun, tak jarang tantangan tersebut justru berbahaya dan ekstrem.
Belakangan ini, muncul tren-tren ekstrem di TikTok yang menarik perhatian banyak orang. Beberapa di antaranya melibatkan tindakan yang sangat tidak biasa dan berisiko, seperti meminum air dari kolam ikan, memakan kotoran hewan, hingga mengonsumsi daging mentah. Seolah menantang adrenalin generasi Z agar terlihat keren di media sosial.
Tren itu menggunakan suara atau musik berbunyi “welcome to the jackass” yang terinspirasi dari reality show asal Amerika, Jackass. Serial TV tersebut berisi kegiatan yang merugikan, seperti melakukan hal-hal bodoh, mengganggu orang lain, sampai menyiksa diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Tampaknya, para generasi Z di Indonesia baru menemukan tren ini. Padahal, serial TV Jackass telah bubar sejak 2002 karena menyebabkan seorang anak cidera parah serta mendapat protes keras dari para orang tua.
Generasi Z, yang sangat terpengaruh oleh konten viral, sering kali merasa terdorong untuk ikut serta demi mendapatkan pengakuan dan perhatian dari teman-teman serta pengikut akun sosial media mereka. Keinginan untuk tidak ketinggalan tren inilah yang memicu FOMO dan mendorong mereka melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Dampak negatif dari FOMO pada kesehatan mental sangatlah signifikan. Tekanan untuk selalu mengikuti tren dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain di media sosial juga dapat menurunkan rasa percaya diri dan menciptakan perasaan tidak puas dengan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Dr. Andrew K. Przybylski, peneliti dari University of Oxford yang mengkhususkan diri dalam psikologi media dan teknologi, menyatakan bahwa FOMO adalah fenomena yang sangat nyata dan berdampak signifikan pada kesehatan mental, terutama di kalangan remaja.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Computers in Human Behavior, Przybylski menemukan bahwa FOMO merupakan pendorong utama untuk penggunaan media sosial yang berlebihan. Hal ini nantinya dapat meningkatkan risiko kecemasan dan stres.
(ilustrasi sakit perut akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak semestinya. Foto: Pexels/Cottonbro Studio)
Tindakan ekstrem yang dilakukan demi mengikuti tren media sosial tidak hanya membawa dampak negatif bagi kesehatan mental, tetapi juga berisiko serius terhadap kesehatan fisik.
Tantangan berbahaya seperti meminum air dari kolam ikan, memakan kotoran hewan, atau mengonsumsi daging mentah dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
ADVERTISEMENT
Meminum air yang tidak bersih bisa mengakibatkan infeksi saluran pencernaan yang parah, sedangkan memakan kotoran hewan berpotensi menyebabkan penyakit zoonosis yang ditularkan melalui kuman dari hewan ke manusia.
Mengonsumsi daging mentah tanpa penanganan yang tepat bisa menyebabkan infeksi bakteri seperti Salmonella atau E. coli, yang dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Selain itu, FOMO dapat mengganggu hubungan sosial, karena individu yang terobsesi dengan tren media sosial cenderung kurang fokus pada interaksi nyata dan lebih memilih untuk terus memantau konten di ponsel mereka.
Pengaruh lainnya adalah penurunan produktivitas dan konsentrasi, karena waktu dan energi banyak terbuang untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Untuk mengatasi FOMO, ada beberapa tips dan strategi yang dapat diterapkan. Pertama, penting untuk mengembangkan mindfulness dan hidup di saat ini, dengan menyadari dan menghargai apa yang ada di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Kedua, menciptakan batasan sehat dengan teknologi, seperti menetapkan waktu tertentu untuk menggunakan media sosial serta menghindari penggunaan ponsel sebelum tidur.
Ketiga, fokus pada interaksi sosial yang nyata dan memperkuat hubungan dengan keluarga dan teman-teman.
Terakhir, penting untuk menyadari bahwa tidak semua yang kita lihat di media sosial adalah nyata atau layak untuk diikuti. Menjaga kesehatan mental dan fisik harus menjadi prioritas utama.
Secara keseluruhan, penting bagi kita untuk menyadari dan mengatasi FOMO demi kesejahteraan mental serta kesehatan fisik. Tren ekstrem di media sosial mungkin tampak menarik, tetapi kesehatan dan keselamatan pribadi harus selalu diutamakan.
Dengan menerapkan strategi yang tepat dan menjaga keseimbangan dalam penggunaan teknologi, kita dapat menghindari dampak negatif FOMO dan menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia.
ADVERTISEMENT