Konten dari Pengguna

Kebebasan Artinya Tahu Batas

Alvian Yoga Yulianto
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
11 Juni 2024 6:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvian Yoga Yulianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(ilustrasi burung yang terbang bebas di cakrawala tanpa batas. Foto: Pexels/Amy Chung)
zoom-in-whitePerbesar
(ilustrasi burung yang terbang bebas di cakrawala tanpa batas. Foto: Pexels/Amy Chung)
ADVERTISEMENT
Kebebasan adalah sebuah kata yang seolah membisikkan janji-janji manis tentang hidup tanpa kekangan, tanpa sekat. Hidup dengan kebebasan mungkin jadi impian bagi banyak orang, layaknya burung yang melintasi cakrawala tanpa batas.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, aku tumbuh di tengah lingkungan pemulung yang kumuh dan berdebu. Pemandangan bocah-bocah belia dengan rokok terselip di bibir mungil mereka, gadis-gadis muda yang mengandung tanpa ikatan pernikahan, serta pemuda-pemuda yang mabuk setiap malam sudah menjadi simfoni akrab di telingaku. Meski dihimpit oleh lingkungan yang keras dan suram, orang tuaku sama sekali tak pernah memberikan larangan.
Orang tuaku hanya menekankan satu hal, yakni tanggung jawab dalam pendidikan. Aku selalu mengusahakan yang terbaik dalam pendidikan. Aku belajar sungguh-sungguh tanpa bantuan orang lain. Sering aku menanyakan beberapa hal pada orang tuaku. Namun, mereka yang hanya lulusan SD dan SMA tak dapat menjawab pertanyaanku. Hal inilah yang membuat aku mencari tahu semuanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ketika aku duduk di bangku SD, teman-temanku mulai merasakan manis getirnya hidup yang bebas. Ada yang menghisap rokok dengan riang, menghabiskan hari-hari di warnet, dan terlibat dalam judi kelereng yang seru. Namun, aku tak tergoyahkan oleh godaan itu dan terus teguh menapaki jalan belajar. Aku senantiasa berada di tiga besar dalam peringkat kelas, bahkan meraih nilai tertinggi saat kelulusan. Kesungguhan dalam belajar membuka mataku pada arti kebebasan yang sebenarnya.
Lingkungan sekolah dan tempat tinggal mungkin tidak memberikan banyak dukungan. Setiap hari aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak tergoda oleh kenakalan teman-temanku yang menganggap kebebasan sebagai alasan untuk berbuat seenaknya. Aku selalu mengingat bahwa kebebasan yang sesungguhnya ialah kebebasan yang tahu batas.
(ilustrasi anak kecil yang melompat bebas di taman. Foto: Pexels/Sebastian Voortman)
Memasuki SMP, tantangan semakin besar. Banyak teman sebayaku mulai terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Aku melihat mereka yang dulu bersamaku dalam perjuangan meraih pendidikan kini mulai tergelincir. Aku tetap berpegang erat pada arti kebebasan yang aku pahami.
ADVERTISEMENT
Aku masih terus mendapat peringkat kelas ketika SMP. Bagi orang tuaku, pencapaian ini seolah tak lebih dari angin lalu. Mereka tak pernah menanyakan bagaimana proses belajarku, berapa nilai ujianku, atau menuntut agar aku meraih peringkat kelas. Bagi mereka, fokusnya hanya pada upaya mencari nafkah, mengais rezeki demi menyokong hidup anak-anaknya.
Usai menempuh SMP, aku memilih SMK. Aku sadar kondisi ekonomi saat itu tak memungkinkan aku memilih SMA yang ketika lulus harus kuliah. Kebebasan di SMK semakin menjadi dan banyak teman dekatku yang menegak miras.
Di tengah gemerlap dunia remaja yang seringkali membingungkan, aku tetap teguh pada prinsip bahwa kebebasan bukanlah sekadar tentang melakukan apa pun yang diinginkan. Namun, tentang membuat pilihan yang tepat dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. Aku belajar bahwa setiap tindakan memiliki dampak, dan aku tak ingin menjadi budak dari pilihan-pilihan yang keliru.
ADVERTISEMENT
Pada mulanya, aku berhasrat untuk bekerja. Tiba-tiba aku menyadari, bagaimana mungkin seorang lulusan SMK yang pendidikannya terhenti oleh badai pandemi dapat bersaing dengan mereka yang tak pernah lelah mengasah ilmu di masa-masa sulit itu? Untungnya, nasib baik menghampiri dan aku mendapat beasiswa.
Dengan semangat baru, aku melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Politeknik menjadi panggung baru bagi diriku. Tempat di mana kebebasan dan tanggung jawab bertemu juga semakin diuji.
(ilustrasi kebebasan sekelompok remaja. Foto: Pexels/Luis Quintero)
Aku bersua dengan berbagai macam karakter, berhadapan dengan tantangan yang lebih kompleks, serta dihadapkan pada pilihan-pilihan yang jauh lebih beragam. Kebebasan seolah kembali menantangku, tapi kali ini dengan ujian yang lebih halus dan sulit diduga. Teman-teman di dunia kuliah berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, memberikan perspektif yang luas tentang apa arti kebebasan bagi mereka. Ada yang menganggap kebebasan adalah menjalani hidup tanpa aturan, ada pula yang melihatnya sebagai kesempatan untuk menemukan jati diri sejati.
ADVERTISEMENT
Dalam perdebatan hangat di tongkrongan dan kantin kampus, aku semakin memahami bahwa kebebasan ialah sebuah seni. Seni untuk menyeimbangkan antara keinginan dan tanggung jawab, antara hak dan kewajiban, serta antara mimpi dan realita. Setiap tindakan memiliki konsekuensi, dan kebebasan yang sesungguhnya merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima konsekuensi tersebut dengan lapang dada.
Aku belajar bahwa kebebasan adalah sebuah proses yang terus berlangsung. Bagai mata air yang tak pernah berhenti mengalir, memberikan kehidupan dan makna bagi setiap jiwa. Aku bersyukur telah diberi kesempatan untuk menjelajahi makna sejati dari kebebasan, sebuah kebebasan yang mengerti akan batasnya.
Kebebasan yang tahu batas artinya kebebasan yang memberikan makna dalam setiap tindakan yang aku lakukan. Kebebasan yang tahu batas juga berarti kebebasan yang menghormati hak dan kebebasan orang lain, serta kebebasan yang menghargai tanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Aku akan terus berjuang untuk menjaga kebebasan yang tahu batas, kebebasan yang memberikan arti dan makna dalam setiap langkahku. Kebebasan yang tahu batas adalah kebebasan yang sesungguhnya.