Konten dari Pengguna

Keseruan War Takjil antara Muslim dan Nonis dalam Ramadan 2024

Alvian Yoga Yulianto
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
29 Maret 2024 9:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvian Yoga Yulianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sejumlah masyarakat berburu takjil di Bazar Takjil Ramadan Benhil. Foto: Alvian Yoga Yulianto)
zoom-in-whitePerbesar
(Sejumlah masyarakat berburu takjil di Bazar Takjil Ramadan Benhil. Foto: Alvian Yoga Yulianto)
ADVERTISEMENT
Pada Ramadan 2024 ini, jagat media sosial tengah ramai oleh istilah ‘war takjil’. Sebutan war di sini bukanlah perang. Namun, umat non Islam, yang kerap disebut nonis, ikut berburu atau membeli takjil bersama umat muslim ketika waktu ngabuburit.
ADVERTISEMENT
Menurut KBBI, takjil merupakan penganan dan minuman untuk berbuka puasa. Ragam makanan dengan cita rasa yang enak dan harga yang murah menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa makanan dan minuman khas Ramadan kini tak hanya menjadi incaran umat muslim saja, melainkan juga umat nonis.
(Kumpulan netizen yang menggunakan taktik untuk war takijl. Foto: Sumber Tertera)
Tren ‘war takjil’ ini ramai di media sosial TikTok dan menjadi hiburan tersendiri bagi warganet. Terdapat pula sejumlah netizen nonis yang menyiapkan taktik untuk ‘war takjil’, seperti membeli takjil saat pukul tiga sore hingga menggunakan atribut agama Islam ketika membeli takjil.
“Soal agama kita toleransi, tapi masalah takjil kita saingan. Yang nonis udah start dari jam 3,” tulis akun TikTok @atpotret dalam video yang diunggah pada 14 Maret 2024.
ADVERTISEMENT
Tak ingin kalah, netizen lain ikut merespons melalui kolom komentar di setiap video TikTok ‘war takjil’ untuk menghadapi taktik tersebut. Mereka memberikan ide agar para pedagang takjil mengetes orang yang ingin membeli takjil dengan pertanyaan tentang agama Islam. Misalnya, pertanyaan tentang rukun iman, asmaul husna, nama-nama malaikat, sampai kalimat syahadat.
Keseruan ‘war takjil’ yang terjadi memberikan dampak positif bagi masyarakat, termasuk para pedagang takjil. Mereka dapat pulang lebih cepat karena dagangannya diborong sehingga bisa berbuka puasa bersama keluarga di rumah.
Fenomena ini banyak mendapat tanggapan positif dari netizen karena menjadi bukti nyata kerukunan serta keberagaman antarumat beragama di Indonesia. Adanya 'war takjil' bukan hanya sekadar hiburan di media sosial, tetapi juga simbol dari keharmonisan dan toleransi yang harus kita jaga bersama sebagai masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT