Konten dari Pengguna

Mengenal Lebih Dekat Fenomena Virga dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Penerbangan

Alviani Rahma
Mahasiswi Teknik Kelautan ITS Surabaya
10 November 2020 13:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alviani Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Negara dengan iklim tropis mempunyai 2 musim, yakni musim kemarau dengan musim penghujan. Kedua musim ditandai oleh kondisi matahari dan curah hujan yang berbeda. Dimana pada saat musim kemarau berlangsung, wilayah Indonesia cenderung mendapatkan sinar dan panas matahari lebih lama dengan curah hujan yang sedikit. Hal ini berbanding terbalik saat musim penghujan tiba, dimana matahari akan jarang terlihat dan curah hujan yang diterima suratu wilayah akan tinggi. Pada bulan Maret 2020, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis bahwa awal musim kemarau di wilayah Indonesia sebagian besar akan terjadi pada bulan Mei – Juni 2020 dan sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami puncak musim hujan Januari – Febuari 2021.
ADVERTISEMENT
Hujan merupakan fenomena alam yang sering terjadi, khususnya di negara Indonesia. Hujan ditandai dengan jatuhnya tetes-tetes air yang terkandung di dalam awan ke permukaan bumi yang dapat terjadi dalam intesitas yang kecil maupun dalam intesitas yang besar. Namun nyatanya, tidak semua tetes-tetes hujan dapat sampai ke permukaan bumi. Fenomena tidak sampainya tetes hujan ke permukaan bumi dinamakan dengan Virga. Virga berasal dari bahasa latin yang artinya adalah ranting atau cabang. Hal ini mengacu pada kondisi fisik dari virga yaitu menyerupai garis-garis halus tipis yang menggantung di bawah awan bewarna kelabu sehingga menyerupai ranting pohon.
Dalam ilmu meteorologi, Virga adalah presipitasi atau hujan yang tidak sampai kepermukaan bumi karena menguap di atmosfir. Penguapan ini terjadi disebabkan karena adanya pemanasan suhu di atmosfer. Panas ini menyebabkan molekul-molekul saling bertumbukan dan pada saat tumbukan molekul ini saling bertukar energi. Ketika salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup untuk menembus titik didih cairan maka molekul tersebut berubah menjadi uap dan terjadilah penguapan. Virga terbentuk saat hujan turun dari awan tinggi ke bawah udara yang sangat kering (kelembaban rendah) dan suhu udara yang tinggi di bawah. Akhirnya karena semakin banyak hujan menguap ke udara maka udara akan menjadi lembab.
ADVERTISEMENT
Virga sendiri memiliki ciri khas yang bentuknyanya seperti tirai yang menjuntai dari awan. Virga muncul seperti ekor atau jejak dari awan yang menggapai permukaan tanah, kadangkala membentuk awan seperti ubur-ubur. Virga jika berinteraksi dengan sinar matahari juga dapat menghasilkan pilar sinar yang sangat cantik seperti tirai-tirai ilusi optik di atmosfer. Walaupun fenomena virga yang terjadi dan begitu indah jika di amati akan tetapi siapa sangka fenomena tersebut justru bisa menjadi berbahaya bagi dunia penerbangan.
Salah satu dampak negatif dari adanya Virga ini adalah terjadinya microburst. Microburst adalah penyimpangan arah angin dalam skala kecil. Microburst adalah sebuah downdraft (angin yang mengempas ke bawah) dalam skala kecil secara cepat yang turun ke tanah yang menyebabkan adanya perubahan kecepatan angin menjadi lebih kuat. Microburst bisa terjadi saat hujan turun. Hujan turun bercampur dengan udara kering dan ditambah dengan kondisi lingkungan yang bersuhu panas atau bersuhu tinggi menyebabkan tetes-tetes air yang turun mulai menguap. Proses penguapan inilah yang mampu mendinginkan suhu udara. Udara sejuk tersebut turun dan mengalami percepatan saat mendekati tanah. Ketika udara sejuk tadi mendekati tanah, ia akan menyebar ke segala penjuru dan penyimpangan arah angin inilah yang disebut microburst. Microburst dibagi menjadi dua yaitu microburst kering dan basah, microburst yang dihasilkan dari virga merupakan microburst kering.
ADVERTISEMENT
Microburst kering memiliki area yang diliputinya biasanya kurang dari 4 kilometer. Microburst mampu menghasilkan angin lebih dari 100 mph yang bisa menyebabkan kerusakan yang signifikan bagi pesawat yang melintasinya atau apapun yang ada di bawahnya. Rentang waktu terjadinya sebuah microburst adalah sekitar 5-15 menit dari awal fenomena terjadi. Hal tersebut dapat menjadi pengaruh bagi keberlangsungan dan kelancaran penerbangan. Microburst dapat menyebabkan pesawat kehilangan kendali dan bahkan bisa membuat pesawat turun beberapa ribu feet/kaki menuju tanah. Tentu jika hal ini terus terjadi maka pesawat akan kehilangan arah serta kendali dan dapat menimbulkan kecelakaan karena disebabkan oleh jatuhnya pesawat.
Pakar cuaca penerbangan menyebutkan bahwa microburst yang terjadi di ujung landasan adalah yang paling berbahaya bagi kegiatan penerbangan terutama ketika pesawat akan melakukan takeoff dan landing di ujung landasan pacu bandar udara. Menurut penelitian, microburst tidak hanya menyebabkan downdraft namun dapat pula menyebabkan headwind. Headwind yaitu angin yang bertiup berlawanan dengan arah pesawat. Tentu, headwind ini dapat memberikan tekanan pada pesawat saat melakukan takeoff dan menghambat pesawat saat akan landing. Tidak hanya downdraft dan headwind, microburst pun dapat menyebabkan tailwind, yaitu angin yang datang searah dengan pesawat. Tailwind ini akan menyebabkan posisi pesawat melewati ujung runway karena mendapatkan dorongan dari tailwind ini.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi kejadian-kejadian yang disebabkan oleh microburst maka pihak meteorologi penerbangan pasti akan menginformasikan kepada pilot tentang kejadian-kejadian yang mungkin terjadi saat takeoff atau landing agar pilot dapat bersiap-siap dalam segala kemungkinan kejadian yang akan terjadi. Walaupun pada saat ini hampir seluruh pesawat sudah dilengkapi dengan teknologi canggih yang dapat mendeteksi bahaya yang mungkin dapat terjadi di dekat pesawat, tetapi informasi dari pihak meteorologi penerbangan sangat dibutuhkan demi keselamatan dan kelancaran penerbangan.
Fenonema virga memang tidak selalu menyebabkan microburst. Ada tidaknya microburst tergantung dari seberapa besarnya perbedaan temperatur, tekanan dan banyaknya awan hujan yang terbentuk di atmosfir. Namun alangkah lebih baiknya, walaupun tidak terjadi microburst di area terjadinya virga, pilot harus dapat segera menghindari kejadian tersebut dengan cara meminta izin menaikkan ketinggian penerbangan agar keselamatan penerbangan dapat terjaga dengan sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENT