Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sekilas Cerita di Yogyakarta
11 April 2023 16:09 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Alvin Liasta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai wisatawan yang baru pertama kali ke Yogyakarta mungkin masih buta untuk menuju lokasi-lokasi wisata yang ada. Walaupun sebelumnya sudah mengetahui lokasi Instagramable yang perlu dikunjungi. Tiba dengan bus travel di Sleman selanjutnya menggunakan transportasi online menjadi pilihan utama di tengah ketidaktahuan transportasi umum yang tersedia.
ADVERTISEMENT
Di tengah perjalanan menuju Kota Yogya, sang sopir sepertinya mengetahui kunjungan ini merupakan yang pertama oleh saya. Ia pun menawarkan jasa untuk menyewakan kendaraannya beserta dirinya untuk berkeliling wisata. Dengan tingkat kemageran dan ke awaman saya hal tersebut sangatlah menarik sehingga saya menyetujuinya. Harga yang ditawarkan pun menurut saya tidak merobek kantong dalam dan bisa saja diikuti hingga empat orang. Cocoklah.
Ia menjelaskan bahwa di Yogyakarta memiliki destinasi wisata yang dikelompokkan berdasarkan arah peta, Utara, Selatan, Timur dan Barat. Dalam pikiran saya betapa bahagianya masyarakatnya dengan banyaknya destinasi wisata tersebut. Cuma kabar burungnya UMRnya aja ya yang buat sedih? Ehem. Setelah pertimbangan saya dan rekan lain, kami memutuskan untuk berwisata ke arah Timur Yogyakarta dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Kami pun sepakat dan akan melakukan tour di esok harinya. Setiba di wilayah Malioboro sang sopir menceritakan bahwa sudah tidak ada lagi jualan di pinggiran jalan karena sudah direlokasikan ke Teras Malioboro 1 dan 2 yang berada di Utara dan Selatan Jalan Malioboro. Kemudian pada pukul 18.00 hingga 21.00 jalan ditutup untuk kendaraan. Sesuai dengan ekspektasi saya jalan tersebut tetaplah ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Hingga saya perhatikan yang bisa membuat jalan tersebut sepi ialah hujan yang melanda.
Banyaknya hotel, guest house, hingga losmen di wilayah Malioboro membuat beragam pilihan penginapan sesuai budget ataupun fasilitas yang ada. Bahkan ada yang rumahnya dijadikan penginapan. Sehingga tak heran apabila disaat saya berjalan ada saja yang menawarkan penginapan. Namun dikarenakan kondisi waktu musim liburan saya memilih untuk booking online dari awal.
ADVERTISEMENT
Oke. Esok hari telah tiba. Pagi hari kami telah ditunggu Sang sopir yang akan menjadi pemandu untuk tour. Sebelumnya ia memberikan pilihan destinasi apa saja yang dapat dikunjungi ke arah Timur dan sekitarnya meliputi, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Ijo, Tebing Breksi, Obelix Hills, Heha Sky View, Bukit Bintang, Pinus Pengger, Pinus Becici, Pinus Mangunan dan masih banyak lagi. Banyak juga ya. Tapi kami hanya mengambil beberapa destinasi wisata saja yang dikunjungi (daripada kena biaya tambahan sewa).
1. Candi Prambanan
Dalam perjalanan menuju candi saya melihat betapa megahnya Royal Ambarrukmo yang digunakan Mas Kaesang melangsungkan akad nikah. Next, siapa sih yang ga mengenal candi ini? Kalau ke Yogyakarta pasti antara Candi Prambanan atau Candi Borobudur yang dikunjungi. Kompleks Prambanan sendiri memiliki luas hampir 80 ha. Bayangkan deh betapa lapangnya. Tentu saja saya tidak akan mengitari semuanya dong. Biaya masuk ke taman wisata Candi ini ialah Rp 50.000 untuk dewasa.
ADVERTISEMENT
Setelah masuk saya ditawarkan dengan fasilitas berbayar yaitu mobil golf untuk berkeliling dan juga jasa tour guide. Selain itu terdapat tour travel yang menawarkan untuk bepergian ke destinasi wisata lain yang berada di sekitar candi. Letak candinya sendiri tidak terlalu jauh dari pintu masuk sehingga tidak menguras tenaga banyak. Sebelum sampai pada pintu keluar terdapat pusat oleh oleh kerajinan UMKM dan juga tempat makan.
Ada yang menarik baru saya ketahui dari sang sopir yaitu, wilayah Candi Prambanan ini terbagi dua yaitu Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi Desa Tlogo, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
2. Tebing Breksi
Tebing bukan sembarang tebing. Tebing ini dulunya merupakan pertambangan batu yang disulap menjadi tempat wisata. Dengan biaya tiket masuk sebesar Rp 10.000 kalian bisa naik turun tangga tebing semampunya. Apabila naik ke atas tebing katanya bisa melihat pemandangan yang luar biasa titik ke arah utara akan terlihat Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, juga Candi Prambanan, Candi Barong Keraton Ratu Boko ke arah barat anda akan melihat indahnya kota Jogja dan landasan pacu Bandara Adisucipto jika cuaca cerah dari atas tebing breksi juga tempat untuk menikmati indahnya panorama sunset yang menarik.
ADVERTISEMENT
Namun saya tidak memperhatikan itu semua. Apa yang saya lihat dari ketinggian ke arah bawah saya rasa sangat indah. Ea. Saya rasa apabila malam hari di sini akan sangat romantis. Walaupun di ketinggian udara di sini tidaklah dingin. Kalian bisa mengitari dinding tebing dan kolam tambang yang ada sebagai spot foto dan konten.
3. Pinus Pengger
Menuju Pinus Pengger saya melewati Bukit Bintang. Sang sopir mengatakan tempat ini sebagai tempat anak muda untuk melepas penatnya ataupun sekadar minum kopi. Letak yang tidak begitu jauh dengan pusat kota sehingga menjadi tempat favorit. Selain itu saya juga melewati Heha Sky View yang menyediakan berbagai fasilitas untuk spot foto terbaikmu.
Saya pernah melihat di sosial media ada spot foto berbentuk tangan yang menghadap ke arah kota dari ketinggian. Ternyata tempatnya di sini, toh. Pinus Pengger dengan biaya masuk yang cukup murah Rp 5.000 kalian bisa menghabiskan memori untuk berfoto di pinus ataupun pemandangan kota dari ketinggian. Apabila kalian tidak memiliki rekan untuk memfoto sendiri jangan malu ya minta tolong untuk difotokan. Dah jauh-jauh soalnya nih...
ADVERTISEMENT
4. Tiwul Ayu Mbok Sum
Mengikuti jalur perbukitan untuk keluar melalui Imogiri saya juga melihat destinasi lain yaitu Pinus Becici dan Hutan Pinus Mangunan. Sang sopir menceritakan bahwa masing-masing tempat wisata dikelola oleh desa sendiri. Sehingga di sepanjang jalan perbukitan menuju Imogiri banyak dijumpai tempat wisata yang seragam. Perbedaannya hanya fasilitas yang disediakan oleh pengelolanya.
Setelah melewati perbukitan akhirnya tiba waktunya turunan namun dikarenakan waktu yang sudah memasuki waktu makan siang sang sopir merekomendasikan kuliner Tiwul Ayu Mbok Sum. Bukan cuma makan Tiwul ya, di sini menyediakan beragam makanan. Namun ada yang menarik dengan hidangannya kita bisa memilih untuk mengganti nasi dengan tiwul.
Menurut saya tempat ini sudah cukup terkenal karena banyaknya foto orang penting (pejabat) yang mengunjungi tempat makan. Dengan harga yang terjangkau kalian tidak perlu berpikir dua kali untuk memesan. Selain itu ada juga oleh-oleh yang tentunya berbahan dasar tiwul.
ADVERTISEMENT
Inilah beberapa sedikit destinasi wisata yang saya kunjungi. Itu saja sudah memakan waktu sampai sore. Masih banyak tempat wisata menarik arah timur dan sekitarnya yang dilewati. Kalau begitu butuh berapa lama untuk mengunjungi seluruh wisata di provinsi ini ya?
Di perjalanan pulang kami pun bercerita mengenai pariwisata di Yogyakarta. Sang sopir mengatakan bahwa pandemi Covid-19 sangat melumpuhkan ekonomi di sini. Sebagai Kota Pendidikan juga pandemi membuat banyak mahasiswa meninggalkan kota dikarenakan juga pengajaran dilaksanakan online. Ia menuturkan bahwa bisa dikatakan separuh masyarakat Yogya merupakan wisatawan dan para pelajar.
Ditambahkan lagi driver mengeluhkan bahwa tanah di Yogya yang sudah mahal namun UMR/P nya tetaplah rendah. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan baginya. Dia pun menduga banyaknya pertumbuhan properti dan investasi di sini membuatnya menjadi mahal. Saya pun hanya bisa menyimak. Hingga akhirnya kami diturunkan di Malioboro untuk kembali ke penginapan. Dan besoknya kembali ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
Yogyakarta memiliki berbagai kekayaan yang saya harapkan juga berdampak kepada seluruh masyarakatnya.
Yuk, ke Yogya aja!