Magang di KBRI Bangkok: Belajar Langsung dari Dunia Diplomasi!

Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand, Rachmat Budiman (tengah) & Mahasiswa Magang UNISRI

Pernah nggak sih, kalian ngebayangin seperti apa rasanya bekerja langsung di lingkungan internasional? Bukan cuma nonton di film atau baca di buku, tapi beneran ada di tengah-tengahnya! Nah, kami empat mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta, akhirnya bisa merasakan itu semua lewat Program Magang Mandiri Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, Thailand.

Langkah Awal Menuju Dunia Diplomasi

Program ini adalah salah satu titik balik buat kami. Awalnya, tentu saja, kami merasa gugup. Siapa yang nggak? Bekerja di kedutaan besar, mewakili Indonesia di luar negeri, bukan sesuatu yang kecil. Tapi, justru di sinilah kami belajar satu hal penting: setiap tantangan itu sebenarnya adalah peluang yang menyamar.

Ada satu kutipan Winston Churchill yang selalu kami ingat selama perjalanan ini: "The pessimist sees difficulty in every opportunity. The optimist sees opportunity in every difficulty." Kutipan ini bukan cuma inspirasi, tapi jadi pedoman kami saat menghadapi berbagai hal di tempat magang.

Kami berempat berusaha mengadopsi semangat optimisme itu dalam setiap tugas yang diberikan. Mulai dari hal sederhana seperti menyusun laporan, sampai mendampingi acara-acara resmi, semua kami jalani dengan sepenuh hati. Kami sadar, magang ini bukan cuma soal pengalaman, tapi juga kontribusi nyata untuk bangsa.

Ritme Kerja di KBRI Bangkok

Bekerja di KBRI Bangkok itu penuh warna. Setiap harinya ada saja hal baru yang kami pelajari. Tugas kami nggak terbatas di satu bidang saja. Kadang, kami membantu menyelenggarakan acara diplomatik, seperti pertemuan bilateral yang melibatkan para pejabat dari Indonesia dan Thailand. Kadang, kami juga membantu urusan administrasi konsuler yang melibatkan pelayanan WNI.

Di sini, kami melihat bagaimana hubungan internasional itu terwujud dalam bentuk yang sangat beragam. Diplomasi ternyata nggak melulu soal negosiasi di meja rapat, tapi juga soal membangun hubungan dengan masyarakat global. Misalnya, lewat promosi budaya, seni, hingga kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.

Menghubungkan Teori dengan Praktik

Satu hal yang paling kami syukuri dari pengalaman ini adalah kesempatan untuk melihat bagaimana teori yang selama ini kami pelajari di bangku kuliah benar-benar diterapkan di dunia nyata. Kalau di kelas kami belajar konsep-konsep seperti diplomasi publik, soft power, atau kerja sama multilateral, di sini kami bisa melihat langsung bagaimana konsep-konsep itu berjalan.

Kami juga belajar bahwa diplomasi itu nggak melulu soal hubungan antar negara, tapi juga soal bagaimana kita bisa menjadi jembatan yang menyatukan perbedaan. Melihat bagaimana budaya Indonesia dikenalkan di Thailand melalui acara-acara resmi, kami jadi makin bangga dengan identitas kita sebagai bangsa.

Menemukan Inspirasi Baru

Bagi kami, pengalaman ini lebih dari sekadar magang. Pengalaman ini juga merupakan perjalanan menemukan inspirasi untuk masa depan. Kami jadi semakin yakin bahwa Indonesia punya peluang besar untuk berperan lebih aktif di kancah internasional. Kami juga makin percaya bahwa generasi muda seperti kami punya peran penting untuk mewujudkan itu semua!

Lewat program ini, kami nggak hanya memperluas wawasan, tapi juga memperluas jaringan. Bertemu dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda baik dari Indonesia maupun Thailand, membuka mata kami tentang betapa luasnya dunia ini dan betapa banyak hal yang bisa dipelajari.

Penutup

Kami berharap dapat menjadi bagian dari wajah baru diplomasi Indonesia, yang tidak hanya tangguh, tetapi juga kreatif dan inspiratif.

Program magang MBKM di KBRI Bangkok adalah langkah besar yang menghubungkan mimpi dengan kenyataan, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk berkontribusi dalam menjadikan Indonesia lebih dikenal dan dihormati di dunia internasional.

Mohammad Alvinsyah, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Muhammad Yoga Dwi Anugrah, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Latifa Nisa Nur Azizah, Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Kumala Dewi, Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Slamet Riyadi Surakarta