Konten dari Pengguna

Mengenal Proses Berbahasa pada Otak dan Kaitannya dengan Bilingual

Alvinard
A recent Psychology graduate with a strong passion for the field of human resources.
17 Desember 2020 18:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvinard tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa itu bilingual? Bagaimana proses bahasa di dalam otak?
Seiring dengan perkembangan zaman, beragam perubahan telah dilalui oleh umat manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Setelah melewati berbagai peradaban, akhirnya manusia dapat berkomunikasi satu sama lain berkat adanya bahasa. Bahasa diartikan sebagai suatu sistem yang mengkombinasikan elemen-elemen yang tidak memiliki makna, seperti suara atau gestur, untuk membentuk pengucapan yang memiliki makna. Bahasa memiliki berbagai macam bentuk, seperti bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa pemrogaman, dll. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan bahasa merupakan hal yang penting dan kompleks untuk dipelajari dalam berbagai aspek kehidupan. Manusia mulai mempelajari dan memperoleh bahasa sejak masih bayi dengan mendengarkan atau meniru orang tuanya. Kemampuan ini disebut Language Acqusition Device yang dikemukakan oleh Noam Chomsky. Berdasarkan teori ini, Chomsky berpendapat bahwa anak-anak lebih mudah untuk mempelajari bahasa baru dibandingkan dengan orang dewasa. Apakah hal tersebut benar? Bagaimana cara kerja otak pada seorang bilingual? Pada kesempatan ini, saya akan membahas tentang hal-hal tersebut yang diharapkan dapat memberi insight baru bagi pembaca.
ADVERTISEMENT
Sebelum melangkah lebih lanjut, pasti kalian pernah mendengar kata “bilingual”. Lantas, apa yang dimaksud dengan bilingual? Bilingual merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan dua bahasa. Bahasa pertama berasal dari ibunya, sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa lain yang dipelajari setelah bahasa pertama. Sebelum dikenal sebagai kemampuan yang intuitif, menjadi seorang bilingual ketika anak-anak sebelum tahun 1960 pernah dianggap sebagai kekurangan karena dinilai memperlambat pertumbuhan anak dengan memaksa mereka menggunakan energi untuk membedakan beberapa bahasa. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, menjadi seorang bilingual ternyata memiliki banyak manfaat dan dinilai sebagai kemampuan yang tidak semua orang dapat lakukan sehingga membuktikan bahwa studi tersebut salah. Bilingual sendiri dibagi menjadi 3 tipe yang terdiri dari Compound bilingual, Coordinate bilingual, Subordinate bilingual. Compound bilingual mempelajari kedua bahasa ketika mulai mengenal dunia sekitarnya. Coordinate bilingual mengembangkan kedua bahasa secara tidak bersamaan dengan menggunakan 2 konsep seperti, belajar bahasa Inggris ketika di sekolah lalu menggunakan bahasa Spanyol ketika di rumah. Subordinate bilingual mempelajari bahasa kedua dengan menyaring bahasa pertama mereka. Ketiga tipe ini memiliki kemampuan yang hampir sama tergantung tingkat fleksibelitas mereka dalam belajar. Selanjutnya, beralih ke bagian otak dalam proses berbahasa. Bagian yang berperan besar terhadap bahasa terletak pada hemisfer kiri. Hemisfer ini memiliki area yang memegang perilaku tertentu, dengan kata lain fungsi bahasa dilateralisasikan. Neurolog Paul Broca dan Carl Wernicke telah membuktikan secara klinis dominansi hemisfer ini sehingga dikenal dengan area Broca dan area Wernicke. Area Broca terletak di gyrus frontalis superior yang berperan pada proses bahasa lisan dan tulisan, serta kemampuan berbicara, sedangkan area Wernicke terletak pada pada gyrus temporalis superior yang berperan dalam memahami isi pembicaraan. Kedua area ini sama-sama terletak pada lobus frontalis korteks otak besar dan saling berdampingan yang dihubungkan dengan satu jalur saraf yang disebut fasciculus arcuata. Kerusakan pada kedua area ini disebut aphasia. Aphasia merupakan gangguan dalam berbahasa akibat kerusakan pada bagian otak, baik pada area Broca (gangguan berbicara) dan area Wernicke (gangguan memahami).
ADVERTISEMENT
Setelah mengenal bagian otak yang berperan dalam proses bahasa, bagaimana proses berbahasa itu sendiri? Proses berbahasa memiliki beberapa tahapan yang terdiri dari proses induksi ujaran, proses membaca keras, dan proses pemahaman ujaran. Proses produksi ujaran terjadi dalam area Wernicke kemudian dikirim ke area Broca untuk mengubah pesan menjadi pasangan simbol bermakna. Selanjutnya pada tahap membaca keras, korteks visual menerima dalam bentuk tulisan lalu ditrasmisikan melalui girusan gularis ke area Wernicke dan diasosiasikan dengan gambaran auditoris. Pada proses pemahaman ujaran, ditandai dengan diterimanya sinyal di korteks auditoris dari telinga lalu ditransmisikan melintasi area Wernicke yang akan diterjemahkan. Penelitian neuroimaging terbaru juga menyatakan bahwa informasi mengenai bahasa terbagi menjadi dua bagian disebut dengan dual stream model. Model ini menjelaskan bahwa informasi yang kita dapatkan dikirim ke dorsal pathway pada kedua bagian hemisfer. Selanjutnya, aliran ventral meneruskan informasi di sepanjang belahan hemisfer lalu mengidentifikasi dan memahami maksud dari isi pembicaraan. Secara ringkas, pada aliran ventral terjadi proses mendengar-mengidentifikasi-memvisualisasi dalam pikiran.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah terdapat perbedaan antara proses bahasa pada monolingual dan bilingual? Secara spesifik, dalam pemrosesan bahasa, otak seorang bilingual menunjukkan lima area yang paling aktif di daerah lobus frontal dan temporal sebelah kiri. Hal ini layaknya terjadi seperti mekanisme bahasa pada umumnya. Bedanya, bilingual cenderung menggunakan jaringan otak yang lebih luas daripada monolingual. Bilingual menggabungkan area otak yang tidak begitu berhubungan dengan pemrosesan linguistik dalam memproses suatu bahasa sehingga bagian otak pada bilingual dinilai lebih aktif terutama dalam hal lateralisasi. Dalam suatu penelitian ujian lintas bahasa, seorang bilingual menunjukkan adanya usaha dan perhatian khusus yang dibutuhkan untuk memutar otak dari suatu bahasa ke bahasa lainya sehingga aktivitas ini memicu dan memperkuat bagian dorsolateral prefrontal korteks. Bagian ini yang bertanggung jawab dalam fungsi eksekutif, penyelesaian masalah, peralihan tugas kompleks, dan peningkatan konsentrasi saat memilah informasi yang irrelevan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa bilingual dengan monolingual menggunakan area otak secara umum dalam memproses bahasa sehingga tidak ada perbedaan signifikan antara keduanya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan teori bahwa belajar bahasa paling efektif saat anak-anak? Menurut teori ini, anak-anak lebih mudah belajar bahasa karena otak mereka sedang mengalami perkembangan plastisitas otak secara besar sehingga anak-anak bisa menggunakan otak kanan dan kiri dalam mempelajari bahasa. Sementara proses berbahasa pada orang dewasa cenderung menggunakan otak kiri saja. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang dewasa yang mempelajari bahasa cenderung menunjukkan bias emosi lebih sedikit dengan pendekatan lebih rasional ketika menemui masalah dalam mempelajari bahasa kedua. Hal ini membuktikan bahwa belajar bahasa baru saat dewasa juga masih sangat efektif untuk dilakukan.
Terlepas belajar bahasa ketika anak-anak atau dewasa, menjadi seorang bilingual memiliki beberapa manfaat. Dilihat melalui neuroimaging, otak bilingual memiliki kepadatan sel kelabu lebih banyak yang berkaitan dalam proses penyimpanan sebagian besar neuron dan sinapsis. Banyaknya aktivitas terjadi di bagian tertentu dalam otak ketika menggunakan bahasa kedua juga berdampak pada fungsi lateralisasi yang berjalan dengan maksimal. Selain itu, sebuah penelitian di Lund University juga menemukan fakta bahwa bilingual memiliki hippocampus yang lebih besar dan korteks serebral yang ikut berkembang. Hal ini berdampak pada kemudahan dalam memproses dan menyimpan informasi baru oleh bilingual. Tidak hanya itu, menjadi bilingual juga dapat terhindarkan dari penyakit yang berkaitan dengan memori, seperti alzheimer dan demensia. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, menjadi bilingual tidak menjadikan seseorang lebih cerdas tetapi membuat otak lebih sehat, kompleks, dan aktif. Oleh karena itu, jangan pernah berhenti untuk belajar bahasa baru walaupun sudah dewasa, juga selalu perbanyak kegiatan yang bermanfaat agar otak kita tetap aktif dan berfungsi secara optimal.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka:
Markam, Soemarmo. 1991. “Hubungan Fungsi Otak dan Kemampuan Berbahasa pada Orang Dewasa” dalam Linguistik Neurologi PELLBA 4, penyunting Soenjono Dardjowidjojo. Yogyakarta:Kanisius.
Aribowo, Luita. 2018. Neurolinguistik: Menerapkan Konsep dan Teori Linguistik. Jurnal Deskripsi Bahasa. 1(1).44-49.