Membuka Mata Indonesia dengan Melihat Gencarnya Kampanye Anti-Rasis di Dunia

Alvita Zatalina
Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
13 Desember 2022 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvita Zatalina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Unsplash
Rasisme merupakan permasalahan yang mendunia khususnya di negara yang memiliki keberagaman ras dan etnik. Rasisme dapat terjadi antar golongan di satu negara, antar negara, bahkan antar benua. Permasalahan ini menjadi sorotan global sejalan dengan kampanye terhadap penjaminan Hak Asasi Manusia (HAM) yang terus berkembang. Kesadaran mengenai HAM mulai berkembang semenjak disahkannya Piagam PBB mengenai “International Bill of Human Right” atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).
ADVERTISEMENT
Rasisme merupakan salah satu tindakan pelanggaran terhadap HAM yang dimiliki setiap individu. HAM seharusnya tidak dibatasi karena suatu individu merupakan bagian dari kelompok ras tertentu. Setiap manusia terlahir memiliki hak untuk terbebas dari tindak diskriminasi apa pun dan dari mana pun. Seiring dengan itu, kampanye anti-rasis juga ikut digemborkan dalam rangka mendukung kampanye penjunjungan HAM di kancah dunia.
Rasisme Sebagai Suatu Permasalahan
Rasisme sendiri merupakan suatu tindakan yang membuat seseorang merasa bahwa ras atau etnisnya lebih tinggi dari ras lainnya. Pelaku rasisme memandang korban sebagai suatu objek yang dapat diperlakukan seenaknya. Pelaku rasisme merasa diri atau rasnya berada pada tingkatan sosial yang lebih tinggi dibandingkan ras korban. Hal itu menyebabkan rasisme sering berujung pada perlakuan buruk dan kekerasan.
ADVERTISEMENT
Rasisme yang terus terjadi ini dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat. Bahkan pihak yang tidak terlibat dapat ikut membenci suatu ras jika rasnya sendiri di injak-injak oleh pihak lain. Permasalahan ini memunculkan kampanye-kampanye yang dilakukan untuk menolak tindak rasisme. Kampanye ini tidak hanya dilakukan oleh suatu ras sendiri, tetapi dilakukan juga dari seluruh ras demi mencapai persatuan dan penjaminan HAM yang dimiliki setiap individu.
Black Lives Matter Sebagai Upaya Penegakan HAM
Salah satu kampanye anti-rasis yang sudah lama digemborkan adalah Black Lives Matter. Gerakan ini bermuara di Amerika Serikat (AS) sebagai upaya menangkal tindak kekerasan terhadap orang kulit hitam atau kulit berwarna. Gerakan ini dilatarbelakangi atas pembebasan seorang polisi AS yang membunuh Trayvon Martin, seorang pemuda keturunan Afrika-Amerika. Gerakan yang berusaha mengangkat permasalahan pelanggaran HAM warga kulit hitam Amerika ini terus berlanjut hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Gerakan Black Lives Matter terus meluas seiring dengan kekerasan yang terus terjadi pada warga kulit hitam. Kekerasan ini sering dilakukan oleh polisi AS pada warga kulit hitam di sana. Peristiwa kekerasan yang dilakukan polisi-polisi berkulit putih ini terus terjadi bahkan setelah kasus yang terjadi pada Trayvon. Kasus-kasus lainnya terjadi pada Michael Brown yang ditembak mati oleh polisi AS, lalu terdapat pula Eric Garner dan George Floyd yang sempat dicekik oleh polisi yang bertugas.
Tindak-tindakan tersebut merupakan sebuah pelanggaran HAM yang menggerakan kesadaran warga AS untuk mengangkat isu ini ke publik. Salah satunya adalah dengan membesarnya kampanye Black Lives Matter hingga ke seluruh dunia. Kampanye ini terus digaungkan dengan berbagai media, mulai dari sosial media, hingga aksi turun langsung ke jalan dengan membawa papan bertajuk “Black Lives Matter”.
ADVERTISEMENT
Tak hanya dari warga sipil saja, kampanye ini juga didukung oleh banyak publik figur. Mulai dari selebriti, penyanyi, aktor, atlet, hingga para tokoh politik ikut menyuarakan suaranya untuk menolak rasisme. Salah satunya adalah penyanyi populer Adele. Dalam unggahannya pada senin, 1 Juni 2020, ia memasang foto George Floyd dengan caption “Pembunuhan George Floyd telah menciptakan gelombang protes di seluruh dunia, di luar itu masih banyak orang lain yang belum dilihat,”. Selain itu, selebriti terkenal seperti Ariana Grande dan Halsey juga ikut turun langsung dalam aksi damai Black Lives Matter yang dimulai pada 25 Mei 2020 lalu.
Kampanye Stop Asian-Hate yang Berkembang Belakangan Ini
Akan tetapi, rasisme tidak hanya menjadi permasalahan di Amerika Serikat saja. Salah satu diskriminasi ras yang sedang marak terjadi sekarang ini adalah terhadap ras Asia. Fenomena ini banyak terjadi di negara barat. Rasisme terhadap orang Asia ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Akan tetapi, semenjak munculnya COVID-19 yang diketahui berasal dari China, rasisme terhadap ras Asia ini semakin memburuk. Wabah ini membuat tajuk anti-asian menyebar khususnya di negara-negara barat seperti Jerman.
ADVERTISEMENT
Berkembang pandangan bahwa ras Asia lebih rendah dibandingkan ras-ras yang ada di benua Eropa. Bahkan, muncul stigma bahwa orang Asia terutama Tiongkok merupakan ras imigran yang hanya akan menjadi buruh di Amerika Serikat. Selain itu, banyak perlakuan lain yang sering diterima warga Asia di Eropa dan Amerika sana, seperti aksi menirukan mata orang Asia dan menjadikannya sebagai bahan guyonan. Lalu, orang Asia juga dianggap sebagai ras yang membawa penyakit dan wabah sehingga sering mendapat penolakan di publik.
Perlakuan yang diterima ras Asia, kini mulai membuka mata dunia bahwa hal tersebut termasuk ke dalam diskriminasi berbasis rasial dan melanggar HAM setiap korbannya. Kampanye Stop Asian-Hate pun mulai digalakan di berbagai penjuru dunia. Salah satunya yang dilakukan oleh boy group asal Korea Selatan baru-baru ini, yaitu BTS yang berkunjung ke gedung putih untuk mengkampanyekan Stop Asian-Hate. Dalam narasinya, salah satu member berkata bahwa “Kesetaraan dimulai ketika kita terbuka dan merangkul semua perbedaan kita,”. Aksi itu merupakan suatu langkah besar dalam memberantas kebencian pada ras Asia di dunia.
ADVERTISEMENT
Perkembangan Kampanye Tumpas Rasisme di Indonesia
Bercermin dari segala kampanye penumpasan tindak rasisme yang telah dilakukan di penjuru dunia, rakyat Indonesia harusnya dapat meningkatkan kesadaran mengenai isu diskriminasi berbasis ras ini. Di Indonesia sendiri, masalah ini sudah di atur dalam undang-undang No. 40 tahun 2008 mengenai penghapusan diskriminasi ras dan etnis. Selain itu, hal ini juga dibahas dalam pasal 281 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Permasalahan rasisme dapat kita lihat dengan rendahnya kesadaran Indonesia terhadap permasalahan rasisme yang masih terjadi di sekitar kita. Survei yang dilakukan Komnas HAM menghasilan bahwa 70% responden mengaku tidak pernah melihat tindak rasisme. Sedangkan itu, 90% responden berkata bahwa belum pernah mengalami tindakan sejenis. Data ini berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa masih banyak tindak rasisme yang terjadi di masyarakat, baik yang berupa pikiran, ujaran, maupun tindakan. Maka dengan itu, diperlukan penyadaran dan pengedukasian yang lebih lagi bagi masyarakat Indonesia mengenai isu rasisme ini.
ADVERTISEMENT
Saat ini, masih sering kita jumpai tindakan rasis yang dilontarkan pada rakyat Papua. Gerakan seperti Black lives Matter seharusnya dapat dicontoh dan dilaksanakan juga di sini. Masyarakat dapat bergerak dengan kesadarannya untuk membuat suatu lembaga pelindung, penjamin, dan pencegah bagi segala tindakan rasis yang diterima rakyat Papua. Kampanye juga seharusnya turut dilakukan oleh para selebriti tanah air seperti yang dilakukan BTS dengan Stop Asian-Hate. Pengaruh dari para tokoh publik dapat mempercepat penyebaran kampanye stop rasisme di Indonesia.