Konten dari Pengguna

Gelisah EO di Tengah Wabah

Alwin Jalliyani
Seorang pembelajar di Jurnalistik Universitas Padjadajran
13 Mei 2020 7:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alwin Jalliyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perayaan Sweet Seventeen. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perayaan Sweet Seventeen. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Event Organizer (EO) merupakan jenis usaha yang menyediakan jasa pengorganisasian acara. Jasa yang ditawarkan EO berupa pengelolaan acara pernikahan, ulang tahun, seminar, dan lain-lain. Dalam menyiapkan sebuah acara, umumnya berkolaborasi dengan tim dekorasi, konsumsi, operasional, dan dokumentasi.
ADVERTISEMENT
Selama masa pandemi, sektor usaha ini sangat terdampak. Seiring dengan dikeluarkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Salah satu aturannya berisi larangan berkegiatan lebih dari lima orang di suatu tempat. Ditambah, sektor ini tidak termasuk jenis usaha yang diizinkan beroperasi saat PSBB.
Acara yang diselenggarakan EO identik dengan keramaian. Berlawanan dengan kebijakan PSBB yang menghindari kerumunan. Sehingga acara yang sudah dipersiapkan harus dihentikan. Klien yang sudah menunggu tanggal, harus menanggalkan keinginannya. Bisa dibayangkan kerugian material dan non-material akibat keadaan ini.
Dampak Kebijakan
Hal ini dibenarkan salah satu pemilik usaha EO sekaligus pesulap profesional, Michael Wong. EO yang dikelolanya sejak 2017 mengalami penurunan omset selama masa pandemi.
“Dari bulan Februari ada sekitar 4-5 acara dibatalkan dan 3 acara yang ditunda. Mereka yang sudah membayarkan Down Payment (DP) memilih mengganti jadwal, karena sudah DP gedung juga jadi harus tetap berjalan,” Ujar Wong.
ADVERTISEMENT
Perayaan Sweet Seventeen akan diundur untuk perayaan ulang tahun berikutnya. Sedangkan untuk acara Prom Night terancam batal, jika sampai akhir Juni belum ada kepastian. Mengingat lulusan SMA sudah mulai beraktivitas di kampusnya masing-masing.
Ia mengaku selama masa pandemi ini belum ada proyek yang masuk. Rata-rata mereka hanya menanyakan harga sebagai pembanding. Tanggal yang diajukan juga masih untuk jangka panjang. Dampak belum adanya kejelasan kapan pandemi berakhir.
Terhambatnya operasional EO dirasakan langsung para karyawan. Mereka dirumahkan sementara sampai waktu yang belum ditentukan. Perihal kewajiban Tunjangan Hari Raya tetap ditunaikan perusahaan.
Strategi di Masa Pandemi
“Kegiatan yang dilakukan selama pandemi yaitu memperbaharui konsep acara dan dekorasi. Menyesuaikan perkembangan tren saat ini. Supaya ketika pandemi berakhir, sudah siap beroperasi lagi dengan ide-ide baru,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Jika pandemi berkepanjangan, ia pribadi akan kembali mengambil tawaran pertunjukan sulap di televisi. Syuting televisi masih memungkinkan dilakukan tanpa penonton. Namun, proyek EO tidak bisa berjalan sampai ada lampu hijau dari pemerintah.
Tawaran mengisi konten Youtube juga bisa menjadi alternatif lain. Tren streaming dari rumah menjadi konten yang cukup laris di masa pandemi. Mulai dari gratisan, galang dana, hingga komersial.
Keluh Kesah untuk Pemerintah
Menurut Wong, perhatian pemerintah terhadap pelaku EO masih kurang. Padahal kebijakan ini berdampak langsung bagi para pelaku EO, bukan hanya berkurang, tetapi hilangnya pendapatan. Apalagi crew-crew yang dibayar harian. Besar harapan pemerintah memberikan perhatian lebih kepada industri event.
“Saya banyak mendengar kabar dari teman-teman, mereka banting setir jualan makanan untuk menyambung hidup, padahal sebelumnya mereka pembawa acara favorit,” sambung Wong.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sedang menyiapkan pembukaan mall kembali dengan ketentuan tertentu. Ia mempertanyakan terkait belum adanya pembahasan serupa untuk sektor event. Spekulasinya kemungkinan besar sektor ini menjadi prioritas terakhir untuk berjalan kembali.
“Acara-acara pesta kalo masih bisa ditunda, tunda deh. Pernyataan ini bagi klien enggak masalah, tapi mau sampai kapan para pekerja event enggak kerja,” tutupnya.