Beton Hijau, Solusi yang Ramah Lingkungan

Alya Aurellia Putri Ryan
Mahasiswi Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan
Konten dari Pengguna
8 September 2021 13:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Aurellia Putri Ryan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Infrastruktur yang ramah lingkungan (sumber: unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Infrastruktur yang ramah lingkungan (sumber: unsplash)
ADVERTISEMENT
Beton menjadi salah satu material konstruksi yang penting sehingga banyak digunakan pada sektor industri. Hal tersebut menyebabkan produksi beton selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan tersebut juga diiringi dengan meningkatnya sisa limbah hasil produksi beton yang dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan hidup kita. Hal tersebut mendorong munculnya inovasi baru yaitu beton hijau yang terbuat dari material alternatif yang ramah lingkungan. Penggunaan beton hijau menggunakan material alternatif tersebut dapat menjadi salah satu solusi yang tepat supaya pembangunan dapat terus berlangsung tanpa merugikan lingkungan dan mengurangi kualitas beton.
ADVERTISEMENT
Beton pada umumnya tersusun atas beberapa material seperti agregat kasar, agregat halus, dan semen yang dapat melepaskan gas karbondioksida ke udara dengan jumlah banyak saat proses produksinya berlangsung, sedangkan beton hijau menggunakan material alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti fly asih. Fly ash dipilih sebagai pengganti semen karena material tersebut berasal dari limbah pembakaran batu bara dan memiliki harga yang lebih ekonomis. Untuk material agregat kasar dapat digantikan dengan material alternatif seperti agregat daur ulang yang berasal dari limbah beton dan agregat halus yang dapat digantikan dengan pasir laut.
Beton hijau memiliki beberapa kelebihan daripada beton pada umumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mira Setiawati, penggunaan bahan alternatif fly ash memberikan pengaruh pada beton yaitu beton mengalami peningkatan kekuatan 60 persen daripada beton pada umumnya. Selain itu penelitian yang dilakukan Mallick dan Severn (1967) membuktikan bahwa penggunaan material alternatif yang ramah lingkungan untuk beton hijau dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, penggunaan energi dan material dasar, material buangan, dan efek yang mengganggu kesehatan/keselamatan pada pengguna konstruksi. Dari beberapa pernyataan diatas dapat dibuktikan bahwa penggunaan beton hijau jauh lebih efektif daripada beton pada umumnya karena memiliki kualitas yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Kenyataannya, penggunaan beton hijau belum rata diterapkan pada proyek pembangunan karena terdapat beberapa pertimbangan dalam pemakaiannya. Jika mengubah material semen menjadi fly ash, maka proses pengerasan dan penambahan kekuatan beton memerlukan waktu yang cukup lama serta pengendalian mutu yang harus sering dilakukan. Pertimbangan lainnya yaitu penggunaan material alternatif agregat kasar yang berasal dari limbah beton dapat menurunkan modulus elastisitas dan kuat tekan pada beton. Penggunaan pasir laut sebagai pengganti agregat juga dapat menyebabkan korosi pada tulangan, tetapi masyarakat di wilayah tertentu seperti Sumba Barat tetap memilih untuk menggunakannya. Meskipun demikian, kekurangan tersebut tidak sebanding dengan berapa banyak limbah yang dihasilkan dalam produksi beton pada umumnya. Kekurangan tersebut juga dapat diatasi dengan menambahkan beberapa material konstruksi lain atau menggunakan zat tambah aditif dalam campuran pembuatan beton sehingga beton hijau memiliki kualitas yang sama atau bahkan lebih baik daripada beton pada umumnya. Hal tersebut tentunya dapat tercapai dengan melakukan beberapa penelitian dan percobaan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa beton hijau merupakan alternatif yang efektif untuk menggantikan beton pada umumnya. Alternatif tersebut akan membantu mengurangi polusi udara dan pencemaran limbah yang ada. Selain itu, dapat juga membantu mengurangi pengurangan energi dan material dasar serta mengurangi efek yang dapat mengganggu kesehatan. Meskipun beton hijau memiliki beberapa kekurangan tetapi hal tersebut tidak sebanding dengan betapa banyaknya kelebihan yang didapatkan jika menggunakan beton hijau. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa penggunaan beton hijau menjadi solusi terbaik untuk membantu menjaga lingkungan kita tanpa harus menurunkan kualitas beton tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Astria, R. (2014). GREEN CONCRETE (Beton Hijau).
Golewski, G. L. (2021). Green concrete based on quaternary binders with significant reduced of co2 emissions. Energies, 14(15). https://doi.org/10.3390/en14154558
ADVERTISEMENT
Hudha, W., Darma Setyawan, S., Stefani, C., & Potensi, S. (2019). Inovasi High Early Strength Concrete Dengan Pemanfaatan Limbah Batu Granit, Cangkang Kerang Dan Fly Ash. Jurnal Proyek Teknik Sipil, 2(2), 24–30.
Kandi, Y. S., Ramang, R., & Cornelis, R. (2012). Substitusi Agregat Halus Beton Menggunakan Kapur Alam dan Menggunakan Pasir Laut pada Campuran Beton. Jurnal Teknik Sipil, 1(4), 74-86.
Setiawati, M. (2018). Fly Ash Sebagai Bahan Pengganti Semen Pada Beton. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi, 17, 1–8.
Soelarso, Baehaki, & Sidik, N. F. (2016). Pengaruh Penggunaan Limbah Beton Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Beton Normal Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas. Jurnal Pondasi, 5(2), 22–29.
Suarnita, I. wayan. (2011). Kuat tekan beton dengan aditif fly ash ex. PLTU Mpanau Tavaeli. Jurnal Smartek, 9(1), 1–10.
ADVERTISEMENT