People Pleaser: Say "No" to " Yes" !

Alya Hafidhia
Saya seorang mahasiswa S1 yang saat ini sedang menggemari bacaan sejarah dan fiksi.
Konten dari Pengguna
12 Maret 2024 16:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Hafidhia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selalu ingin memenuhi kesenangan orang lain dan cenderung memprioritaskan orang lain tanpa peduli akan prioritas dirinya sendiri, itulah orang-orang yang dijuluki people pleaser. Istilah people pleaser akan sering di dengar di kalangan remaja hingga dunia pekerjaan saat ini, namun banyak dari kita yang masih tidak menyadari hingga meremehkan kebiasaan yang dianggap hal lumrah, tapi pada kenyataannya kebiasaan tersebut dapat melukai kesejahteraan diri kita tanpa disadari.
ADVERTISEMENT
Merujuk laman Universitas Gadjah Mada (09/02/2023), Smita Dinakramani seorang psikolog UGM menjelaskan bahwa people pleaser adalah sebuah pelabelan informal yang ditujukan pada mereka yang selalu berkeinginan kuat dalam memenuhi kesenangan orang lain tanpa mempertimbangkan kapasitas dan prioritasnya sendiri. People pleaser jelas berbeda dengan orang yang murni ingin membantu tanpa mengharapkan sesuatu yang lain, karena mereka tidak bisa menegaskan kapasitasnya sejauh mana mereka dapat memenuhi permintaan orang lain.
Terdengar sangat lucu apabila kita dapat menyenangkan orang lain tapi tidak bisa menyenangkan diri sendiri. Berlindung dibalik kata ‘saling mengahargai, tidak ingin mengecewakan, dan tidak sampai hati untuk menolak’ menjadi jawaban yang acap kali mereka lontarkan sebagai alasan.
Berbuat baik dan membantu orang lain adalah salah satu perilaku terpuji yang dapat diberi acungan jempol tanda apresiasi, namun jika hal tersebut di lakukan secara berlebihan tanpa memedulikan prioritas diri sendiri sama sekali apakah masih patut diacungi jempol?
ADVERTISEMENT
People pleasing akanmemberikan dampak negatif bagi kesehatan baik mental ataupun fisik. Mereka akan lebih mudah stress karena tuntutan dirinya sendiri untuk bisa selalu menyenangkan orang lain dengan kapasitas dirinya yang tidak selalu mampu untuk terus memenuhi banyaknya kebahagiaan yang bukan miliki mereka sendiri. Dan saat stress mereka biasanya akan tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan tetap berusaha menyenangkan orang disekitarnya sehingga dapat menyebabkan kelelahan baik secara fisik maupun mental. Selain itu mereka juga dapat kehilangan identitas dirinya dan tidak sadar apa yang sebenarnya mereka inginkan dan rasakan akibat terlalu sibuk memprioritaskan kesenangan orang lain. Hal tersebut juga dapat menimbulkan kebencian dan frustasi atas dirinya sendiri karena kesulitan untuk menolak permintaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Nah, lalu apa sebenarnya motif mereka sebagai people pleaser? Apakah mereka sadar apa yang mereka inginkan sebenarnya? Sebagian besar dari mereka memiliki rasa kepercayaan diri yang rendah untuk sekedar mengatakan “No” pada orang lain. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa dengan menyenangkan orang lain maka mereka berhasil berkontribusi dalam perasaan to be loved yang dirasakan oleh orang lain, dengan begitu menggambarkan bahwa people pleaser selalu membutuhkan validasi dari orang lain.
Maka, bagaimana sih ciri-ciri people pleaser? Apakah kamu juga termasuk seorang people pleaser? Tanda pertama jika kamu seorang people pleaser adalah sulit mengatakan “tidak”. Sebagian dari mereka mungkin akan lebih memilih untuk mencari alasan agar bisa membatalkan janjinya daripada menolak di awal karena tidak sampai hati. Padahal, menolak dengan baik juga tidak selalu berakhir dengan respon yang buruk, justru kita hanya akan menjadi diri kita yang sesungguhnya. Dan meng"iya"kan segala sesuatu lalu membatalkan setelahya hanya akan berakhir dengan ribuan kata maaf yang terus menerus mereka lontarkan lantaran tidak enak hati dan lagi-lagi si people pleaser merasa harus bertanggung jawab atas perasaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, tujuan people pleaser dalam membantu orang lain sebenarnya adalah karena takut jika tidak disukai, takut membuat orang lain marah, dan takut mengecewakan serta keinginannya untuk menghindari perselisihan. Mereka membutuhkan pujian dan validasi agar merasa baik dan memiliki teman disekitarnya. Sehingga jika mereka terus-terusan menggantungkan harga diri mereka pada validasi orang lain, maka mereka akan mudah mendapatkan kekecewaan dan merasa tidak berharga saat orang lain tidak memberi apa yang mereka butuhkan.
Lalu, bagaimana cara mengatasi people plaeser? Pertama-tama kamu harus meningkatkan rasa percaya dirimu untuk mulai membiasakan diri berkata “tidak” pada permintaan orang yang sekiranya memberatkanmu. Kedua, kamu bisa mencoba utuk meluangkan waktu sendiri untuk merenungkan apakah kamu mampu untuk selalu memberikan segala bantuan kepada orang lain atau tidak. Yang ketiga adalah jauhi lingkungan yang toxic, maksudnya adalah hindari orang-orang yang tidak bisa menghargai nilai dan batasan-batasan yang kamu miliki sehingga membuatmu tidak nyaman dan kehilangan rasa percaya diri. Keempat, berhenti meminta maaf atas hal-hal yang diluar kendalimu dan tanyakan pada dirimu sendiri apakah kamu layak untuk meminta maaf atas hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Dan masih banyak lagi cara yang kamu bisa lakukan selain beberapa cara tersebut. Tapi yang paling penting kamu perlu memahami fakta bahwa kita tidak bisa untuk selalu membahagiakan orang lain, karena setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Kamu harus bisa tegas dengan dirimu sendiri, membuat batasan-batasan dan mulai belajar untuk tidak selalu meng”iya”kan permintaan orang lain. Kamu adalah milikmu, jangan menjadi orang jahat untuk dirimu sendiri.