Konten dari Pengguna

Layanan Bayar Nanti/PayLater: Alat untuk Kenyamanan atau Jebakan Finansial?

Alya Nadyasta Paramitha
Student of International Program of Communication Studies, Faculty of Social and Political Science at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
25 Januari 2025 16:30 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nadyasta Paramitha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto mahasiswa yang menggunakan layanan bayar nanti dan memperlihatkan tagihannya. Foto: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto mahasiswa yang menggunakan layanan bayar nanti dan memperlihatkan tagihannya. Foto: Dokumentasi Pribadi

Menemukan Kebebasan Finansial dalam Pembayaran yang Fleksibel

ADVERTISEMENT
Mouse untuk bermain game yang menyilaukan itu berada di keranjang belanja online Ucok selama berbulan-bulan. Dengan harga Rp 1.200.000, mouse tersebut merupakan investasi yang signifikan bagi profesional muda ini. Namun, pada bulan Maret 2023, ia menemukan solusi yang akan mengubah pendekatannya dalam membeli produk berkualitas: layanan bayar nanti.
ADVERTISEMENT
Konsep bayar nanti menarik bagi banyak konsumen yang mencari fleksibilitas dalam perencanaan keuangan mereka. Tidak seperti kartu kredit tradisional, yang sering kali memiliki suku bunga tinggi dan persyaratan pembayaran yang ketat, layanan bayar nanti biasanya menawarkan paket cicilan bebas bunga jika pembayaran dilakukan tepat waktu. Fitur ini menjadikannya pilihan menarik bagi mereka yang ingin menghindari penumpukan utang sambil tetap menikmati pembelanjaan.
Ucok, pengguna tetap layanan bayar nanti sejak Maret 2023, berbagi pengalaman positifnya dengan metode pembayaran ini. Ia awalnya menggunakannya untuk membeli mouse gaming mahal, yang secara signifikan meningkatkan pengalaman bermain gamenya. “Saya ingin berinvestasi pada mouse yang bagus dan tahan lama,” jelasnya. “Menggunakan layanan bayar nanti memungkinkan saya untuk melakukan pembelian tersebut tanpa merasakan tekanan keuangan secara langsung.”
ADVERTISEMENT
Fleksibilitas ini sangat bermanfaat bagi individu yang mungkin tidak memiliki dana penuh di muka, tetapi tetap ingin mendapatkan produk berkualitas tinggi. Dengan memungkinkan konsumen untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik, layanan bayar nanti dapat meningkatkan kebiasaan dan kepuasan berbelanja.
“Saya selalu ingin meng-upgrade mouse saya untuk performa bermain game yang lebih baik, tetapi harganya selalu menghalangi saya. Ketika saya mengetahui tentang layanan bayar nanti, rasanya seperti ada pintu yang terbuka.”
Layanan bayar nanti telah merevolusi cara masyarakat Indonesia dalam berbelanja, menawarkan jalan tengah antara pembayaran penuh secara langsung dan kartu kredit tradisional. Layanan ini memungkinkan konsumen untuk membagi pembelian mereka menjadi cicilan bulanan yang dapat diatur, sering kali dengan bunga minimal atau tanpa bunga jika dibayar dalam jangka waktu yang disepakati.
ADVERTISEMENT
Bagi Ucok, fleksibilitas pembayaran ini terbukti transformatif. Setelah berhasil mengelola pembayaran untuk mouse gamingnya, ia semakin percaya diri dengan sistem ini. “Saya menyadari bahwa saya dapat mengakses produk berkualitas tanpa membebani anggaran bulanan saya,” jelasnya. “Ini bukan tentang membeli barang yang tidak mampu saya beli - ini tentang mengelola arus kas saya secara lebih efektif.”
Keberhasilan pengalaman bayar nanti pertamanya membuat Ucok melakukan pembelian penting lainnya: sepasang sepatu lari profesional. “Pertama kali saya mencoba jogging dengan sepatu biasa rasanya agak sakit dan saya tidak melanjutkan jogging lagi, sampai saya mencoba sepatu lari milik teman dan ternyata rasanya sangat berbeda,” katanya. “Dari situ, saya pun mencoba membeli sepatu lari dengan cara bayar nanti seharga Rp 500.000, dan ketika sampai, ternyata benar sepatu tersebut tidak membuat kaki saya sakit sama sekali dan membuat lari menjadi lebih efisien. Sampai sekarang, saya rutin jogging setiap minggu dengan menggunakan sepatu tersebut dan tidak menyesal sama sekali.”
ADVERTISEMENT
Dampak dari pembelian ini lebih dari sekadar kepemilikan. Setiap pagi di akhir pekan, Ucok selalu mengenakan sepatu lari untuk sesi jogging rutinnya. “Ini bukan sekadar pembelian; ini adalah investasi dalam gaya hidup saya,” katanya. “Mouse telah meningkatkan pengalaman bermain game saya, dan sepatu lari telah memotivasi saya untuk mempertahankan rutinitas olahraga yang konsisten.”

Perspektif Internasional: Bayar Nanti di Jerman

Fariz, seorang mahasiswa asal Indonesia yang belajar Teknik Elektro di kampus Jerman HTW Saar (Hochschule für Technik und Wirtschaft des Saarlandes), memberikan perspektif komparatif tentang layanan bayar nanti. Di Jerman, layanan bayar nanti disediakan secara eksklusif oleh perusahaan keuangan seperti PayPal, bukan oleh platform belanja online seperti Shopee atau Tokopedia di Indonesia. Selain itu, bayar nanti di Jerman biasanya hanya memberikan jangka waktu pelunasan selama satu bulan, dengan satu kali perpanjangan hingga dua bulan. Sebaliknya, layanan bayar nanti di Indonesia sering kali menawarkan jangka waktu pembayaran mulai dari 1 hingga 12 bulan, dengan sistem cicilan dan bunga.
ADVERTISEMENT
Fariz, yang merupakan pengguna layanan bayar nanti di Jerman sejak 2022, menekankan pentingnya disiplin keuangan. Ia mematuhi aturan pribadi untuk tidak melebihi 10% dari gaji bulanannya untuk pengeluaran bayar nanti dan memastikan bahwa ia dapat melunasinya dengan segera di bulan berikutnya. “Layanan bayar nanti sangat membantu, tapi juga bisa menjebak kita jika kita tidak dapat mengelola keuangan dengan bijak,” ia mengingatkan. Fariz menyarankan untuk menggunakan layanan bayar nanti hanya dalam keadaan darurat atau ketika ada diskon besar. Sebagai contoh, ia pernah menggunakan layanan bayar nanti untuk membeli jaket musim dingin saat suhu udara turun hingga minus satu derajat dan jaket lamanya tidak memadai.

Wawasan Pakar: Jebakan Finansial dari Bayar Nanti

Wahyu Manuhara Putra, dosen Program Studi Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengamati bahwa layanan bayar nanti sangat populer di kalangan anak muda. Meskipun layanan ini menyederhanakan transaksi, layanan ini juga mendorong perilaku pembelian impulsif, terutama selama acara promosi seperti penjualan 12.12. “Konsumen sering menggunakan layanan bayar nanti untuk memenuhi keinginan daripada kebutuhan,” jelasnya. “Hal ini dapat menyebabkan tekanan finansial ketika tagihan menumpuk.”
ADVERTISEMENT
Wahyu memberikan saran praktis untuk penggunaan layanan bayar nanti yang bertanggung jawab:
1. Evaluasi apakah pembelian tersebut merupakan kebutuhan atau keinginan.
2. Pastikan pengeluaran tersebut sesuai dengan pendapatan dan standar hidup Anda.
3. Perlakukan layanan bayar nanti sebagai asisten, bukan sebagai alat keuangan utama.
Ia juga menggarisbawahi perlunya literasi keuangan yang lebih baik. “Industri keuangan, regulator seperti OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan institusi pendidikan harus berkolaborasi untuk melakukan sosialisasi guna meningkatkan kesadaran akan risiko dan tanggung jawab penggunaan layanan bayar nanti,” tegas Wahyu. Ia menyarankan agar kampus-kampus melakukan program sosialisasi untuk mengedukasi mahasiswa tentang potensi dampak akademis dan finansial dari penyalahgunaan layanan bayar nanti.

Garis Tipis Antara Kenyamanan dan Risiko

Munculnya layanan bayar nanti mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam perilaku konsumen, terutama di kalangan generasi muda yang mencari alternatif dari sistem kredit tradisional. Platform-platform ini menawarkan proses pengajuan yang lebih sederhana, persyaratan yang lebih transparan, dan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan kartu kredit konvensional.
ADVERTISEMENT
Bagi Ucok, Fariz, dan banyak orang lainnya, layanan bayar nanti merupakan alat untuk pemberdayaan finansial. Namun, manfaatnya hanya bisa dirasakan sepenuhnya dengan penggunaan yang bertanggung jawab dan pemahaman yang jelas akan keterbatasannya. Seperti yang dikatakan Fariz, “Layanan bayar nanti bisa menjadi pedang bermata dua. Gunakan dengan bijak agar dapat membantu Anda mencapai tujuan Anda; jika digunakan secara sembarangan, maka bisa menjadi beban keuangan.”
Pengalaman mereka menyoroti pentingnya pengambilan keputusan yang bijaksana dan literasi keuangan dalam menavigasi lanskap pembayaran digital yang terus berkembang. Dengan semakin banyaknya konsumen yang mengadopsi layanan bayar nanti, kisah-kisah ini menjadi pengingat untuk menyeimbangkan antara kenyamanan dan kehati-hatian sehingga kebebasan finansial tetap dalam jangkauan semua orang.