Konten dari Pengguna

Melawan Ketidakadilan: Feminisme dan Sosial dalam Novel Kehilangan Mestika

Alya Nuraini
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13 April 2025 12:41 WIB
·
waktu baca 18 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Novel Kehilangan Mestika. (Sumber: Ipnusnas)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Novel Kehilangan Mestika. (Sumber: Ipnusnas)
ADVERTISEMENT
Novel Kehilangan Mestika diterbitkan oleh Balai Pustaka oleh penulis Hamidah dan diterbitkan pada tahun 1935 dengan mengisahkan nasib dan duka derita seorang gadis bernama Hamidah yang selalu kehilangan pria yang dicintainya. Tidak hanya pria yang pergi meninggalkan ia untuk selama-lamanya. Ibu yang ia cintai untuk menjaga dan mendidik dirinya terpaksa menutup mata untuk selama-lamanya karena menderita sakit sejak ia berusia 4 tahun. Terkadang ia terkenang dengan ibunya, karena dari kecil tidak pernah mendapatkan didikan ibu, bercumbu dengan ibu, mendengar nyanyian ibu. Hamidah sejak kecil dijaga oleh bapaknya, tentu saja didikan yang diterima kurang lemah lembut. Tidak hanya itu, Hamidah juga ditinggal untuk selama-lamanya oleh bapaknya yang diserang oleh semacam penyakit perut yang mesti dibedah. Bapaknya tak dapat menahan selera dan mengonsumsi makanan yang dipantang dokter, kemudian penyakitnya bertambah keras sampai kepala ajalnya.
ADVERTISEMENT
Dalam buku “Teori Pengkajian Fiksi” karya Burhan Nurgiyantoro terdapat pembahasan kajian fiksi yang bertujuan untuk memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan. Selain itu, terdapat kritik sastra dimaksudkan untuk membantu menjelaskan kepada pembaca agar dapat memahami karya itu secara lebih baik dan lebih penuh. Dalam kajian fiksi terdapat pendekatan kajian teks kesastraan, teori dan atau pendekatan yang dimaksud salah satunya feminisme. Selain itu, dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro juga membahas mengenai tema menurut Shipley yang memiliki beberapa tingkatan, mulai dari tingkatan satu sampai tingkatan kelima.
Tulisan ini akan membahas mengenai pendekatan feminisme dalam novel Kehilangan Mestika karya Hamidah yang menggali mengenai perlawanan simbolis terhadap tradisi pingitan dengan pendidikan kaum perempuan. Dalam beberapa cerita fiksi kedudukan tokoh perempuan sering diperlakukan, dipandang, atau diposisikan lebih rendah daripada tokoh laki-laki, bahkan masyarakat menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang sudah semestinya begitu, hal diartikan sebagai kodrat alam dan tugas manusia tinggal melaksanakannya. Dalam novel Kehilangan Mestika, tokoh Hamidah justru membantah ketidakadilan terhadap perempuan sekaligus menuntun persamaan hak dengan laki-laki, karena tokoh perempuan dicitrakan sebagai sosok yang lemah, tidak dapat mandiri, tidak mampu tampil di muka umum, tidak mampu melakukan pekerjaan laki-laki, dan tidak dapat bekerja sebaik laki-laki.
ADVERTISEMENT
Selain membahas pendekatan feminisme, tulisan ini juga membahas mengenai tema. Menurut Shipley dalam buku Burhan Nurgiyantoro, jika dilihat dari tingkatan tema, novel Kehilangan Mestika terdapat pada golongan tingkatan ketiga dengan tema “tingkat sosial.” Dalam tingkat sosial terdapat masalah-masalah sosial, novel Kehilangan Mestika ini akan membahas mengenai masalah kebudayaan (adat istiadat), ekonomi, perjuangan, dan cinta kasih antar sesama. Tulisan ini membahas dua pokok permasalahan terkait pendekatan feminisme dan tema dalam novel Kehilangan Mestika karya Hamidah. Selamat membaca!

Pendekatan Feminisme

Dalam pendekatan feminisme, tokoh Hamidah digambarkan sebagai sosok perempuan yang berjuang keras menghadapi tantangan dari lingkungan, adat, dan pandangan laki-laki terhadap perempuan. Hamidah menunjukkan bahwa perempuan berpotensi besar untuk berkembang jika diberi kesempatan yang adil. Hal ini menjadi seruan agar perempuan diberi ruang untuk tumbuh, bebas menentukan jalan hidup, dan dihargai sebagaimana mestinya. Hamidah melihat bahwa perempuan sering kali hanya dianggap sebagai objek dan mudah dipermainkan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Di sisi lain, Hamidah menunjukkan bahwa perempuan bukan makhluk lemah seperti anggapan umum, bahkan ada kekuatan tersendiri dalam kelembutan dan kasih sayang perempuan yang justru bisa memengaruhi dan bahkan mengalahkan laki-laki. Pembahasan mengenai pendekatan feminisme dibuktikan pada kutipan di bawah ini.
ADVERTISEMENT

Keterbatasan Perempuan dalam Mencari Nafkah

ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menunjukkan perjuangan Hamidah untuk menjadi perempuan yang mandiri. Ketika mendapat tawaran kerja yang baik dan ingin menerimanya demi masa depan, ia tetap dihadapkan pada penolakan dari keluarganya. Penolakan ini bukan karena alasan pribadi, tetapi karena rasa takut akan pandangan negatif masyarakat yang menganggap tidak pantas jika seorang perempuan bekerja jauh dari rumah, apalagi merantau seorang diri. Hal ini menggambarkan kuatnya pengaruh adat dan budaya patriarki yang membatasi ruang gerak perempuan, bahkan untuk hal-hal positif seperti bekerja. Beban sosial yang dirasakan begitu berat, karena setiap langkahnya selalu dinilai dan dibicarakan orang. Selain itu, terdapat pula kekuatan tekanan sosial terhadap perempuan dalam memperjuangkan untuk hidup mandiri sering kali tidak mendapat dukungan. Hamidah mewakili suara perempuan yang ingin maju, namun terhambat oleh sistem sosial yang tidak adil dan penuh prasangka. Perubahan cara pandang masyarakat terhadap peran perempuan dalam kehidupan menjadi langkah utama menuju keadilan dan kesetaraan gender.
ADVERTISEMENT

Batasan Sosial terhadap Perempuan dalam Masyarakat

Kutipan-kutipan tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat pada zaman itu membatasi kebebasan perempuan. Terdapat pandangan bahwa membawa seorang gadis ke rumah seorang bujang adalah hal yang melanggar adat-istiadat. Masyarakat percaya bahwa perempuan seharusnya tidak bepergian jauh atau bekerja di luar rumah, karena tempat mereka hanya di rumah saja sesuai dengan peraturan yang diterapkan pada gadis perempuan yang seharusnya berdiam diri di rumah dan tidak boleh berjumpa dengan laki-laki. Kutipan-kutipan tersebut perempuan pada masa itu sering kali dibatasi dan tidak diberikan kebebasan untuk berkembang.
ADVERTISEMENT

Perjuangan Hamidah dalam Mempertahankan Kebebasan Perempuan

ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan perjuangan dalam menghadapi pandangan masyarakat yang cenderung mempertahankan tradisi terhadap peran perempuan. Hamidah berusaha memberikan kebebasan bagi perempuan, meskipun harus menghadapi banyak cacian dan penolakan dari masyarakat dan keluarganya yang masih memegang teguh tradisi. Hamidah menjadi orang pertama yang berani melawan kebiasaan membatasi kebebasan perempuan. Ia membuka “pintu pingitan” bagi gadis-gadis di negerinya untuk hidup lebih bebas. Akan tetapi, tindakannya justru membuatnya dihina oleh masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan seharusnya tidak keluar rumah dan hanya berperan di dalam rumah. Hamidah merasa dibatasi oleh pandangan masyarakat yang menganggap pergerakannya sebagai penyimpangan. Hamidah harus menghadapi banyak rintangan dan penolakan dengan tetap optimis dengan berencana mendirikan sebuah perkumpulan untuk kaum ibu dengan tujuan pemberdayaan perempuan agar mereka bisa melampaui peran tradisional yang sempit dan memberi dampak positif bagi dunia.
ADVERTISEMENT

Pandangan Masyarakat tentang Peran Perempuan

ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menunjukkan bahwa perempuan dianggap lemah dan bisa dipermainkan, karena masyarakat sering menganggap mereka tidak berdaya. Hal ini menggambarkan pandangan yang berlaku pada masyarakat dengan memosisikan perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Tidak hanya itu, perempuan sering kali hanya dianggap sebagai alat untuk memenuhi keinginan laki-laki, tanpa memperhitungkan perasaan atau kehormatan mereka. Perempuan dalam pandangan ini tidak diberi ruang untuk memiliki kontrol atas hidup mereka, meskipun masyarakat sering menganggap perempuan sebagai makhluk lemah. Sebenarnya, perempuan memiliki kekuatan besar, terutama dalam hal menjaga hubungan dan merawat orang-orang di sekitar mereka. Terdapat perubahan dalam cara pandang terhadap perempuan, karena mereka mulai memperoleh hak untuk hidup lebih bebas dan tidak hanya terpaku pada adat pingitan. Perlu diketahui bahwa perempuan bukan hanya makhluk lemah, tetapi memiliki kekuatan untuk mengubah banyak hal dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT

Tema

Masalah Kebudayaan

Dalam masyarakat yang masih sangat menjunjung tinggi adat, perubahan sering kali dianggap sebagai ancaman terhadap nilai-nilai yang dianggap suci dan tak tergantikan. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai kebiasaan yang berkembang, seperti adat pingitan bagi perempuan, di mana mereka dibatasi ruang geraknya dan dilarang untuk tampil di ruang publik. Adat semacam ini, meskipun sering dikaitkan dengan nilai agama, sebenarnya lebih didorong oleh tradisi sosial yang membatasi kebebasan individu, khususnya perempuan. Di sisi lain, generasi muda yang mendapat pengaruh dengan perkembangan zaman dan pendidikan modern mulai menyadari pentingnya perubahan, untuk memberi ruang bagi perempuan agar memiliki kebebasan yang lebih besar dalam beraktivitas dan berperan dalam masyarakat. Namun, ketegangan ini sering kali menimbulkan konflik antara mereka yang berpegang pada adat istiadat dan mereka yang menginginkan pembaruan untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Hal tersebut dibuktikan melalui kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
Kutipan ini menunjukkan pandangan paman Ridhan terhadap pelanggaran kesopanan adat. Dalam adat yang berlaku, seorang gadis tidak boleh sembarangan pergi ke rumah laki-laki yang bukan keluarganya, meskipun terdapat pendamping yang menjaga agar perbuatan mereka tetap sopan. Hal yang paling penting adalah tindakan tersebut sesuai dengan adat yang berlaku dan melawan pandangan masyarakat yang sangat terikat pada adat.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan ketegangan antara generasi tua yang masih mempertahankan adat setempat dan generasi muda yang mulai menerima perubahan zaman. Ridhan mencoba menjelaskan bahwa ia tetap menghormati adat yang sesuai dengan zaman sekarang dan berusaha untuk menyampaikan bahwa ada perbedaan cara pandang yang perlu dimengerti, tetapi pamannya justru menganggap sebagai tindakan melawan orang tua dan budaya yang ada. Ridhan memiliki pemikiran lebih terbuka dan berkembang dengan melihat adanya kebutuhan untuk menyesuaikan adat dengan perkembangan zaman. Sementara itu, Pak Ngah mewakili pandangan masyarakat yang merasa bahwa mempertahankan adat yang ada adalah cara untuk menjaga kehormatan.
Terdapat banyak adat yang disangka sebagai bagian dari syariat agama, padahal sebenarnya tidak. Salah satunya adalah adat pingitan, yaitu kebiasaan yang mengharuskan gadis-gadis untuk dipingit atau dikurung di rumah dan tidak boleh terlihat oleh laki-laki yang bukan keluarga. Hamidah memperjuangkan perubahan terhadap adat ini dengan harapan agar perempuan bisa hidup lebih bebas, seperti saudara-saudara di tanah Jawa yang lebih maju dalam hal kebebasan perempuan. Hamidah menyadari bahwa adat pingitan ini telah membelenggu perempuan dan kebiasaan seperti ini harus diubah. Ia merasa bahwa tidak adil jika perempuan yang sudah dewasa tidak boleh keluar rumah atau tampil di depan umum. Ia ingin memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan kebebasan lebih, sehingga mereka bisa memiliki kesempatan yang sama seperti laki-laki untuk beraktivitas di luar rumah. Hal tersebut dibuktikan melalui kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kutipan lainnya juga menggambarkan masalah kebudayaan yang dibuktikan melalui kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan ini menggambarkan ayah Hamidah yang selalu mengantar dan menjemputnya ke sekolah dipandang oleh masyarakat sekitar sebagai orang yang “kebelanda-belandaan.” Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh adat dan budaya setempat dalam menilai perilaku seseorang. Pada masa itu, kebiasaan seperti ini dianggap tidak sesuai dengan adat setempat. Masyarakat menganggap bahwa hanya orang Belanda saja yang dapat bersekolah. Selain itu, masyarakat menganggap menonton bioskop adalah aktivitas yang tidak pantas untuk dilakukan oleh perempuan. Hal ini digambarkan bahwa perempuan dianggap tidak pantas untuk menikmati hiburan yang lebih bebas atau publik. Adat yang berlaku menganggap perempuan harus tetap berada di rumah, jauh dari tempat-tempat umum yang dianggap tidak sesuai dengan peran mereka.
ADVERTISEMENT

Masalah Ekonomi

Dalam novel Kehilangan Mestika karya Hamidah, masalah ekonomi menjadi tema yang sangat penting dalam perjalanan hidup. Kesulitan ekonomi mempengaruhi kualitas hidup dan keputusan yang diambil, namun juga menunjukkan bahwa melalui ketekunan dan usaha yang tidak kenal menyerah. Hamidah dan keluarganya mampu mengatasi tantangan ekonomi dan mencapai keberhasilan atas tekad dan kerja keras. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa kutipan di bawah ini.
Karena uangku tak banyak, terpaksa aku menumpang di dek saja. Sambil berbaring di kursi lipat yang kusewa, melihat-lihat keadaan tempat yang kami lalui, macam-macamnya angan-angan yang datang. (halaman 39)
Kutipan ini menggambarkan kesulitan ekonomi bisa membatasi pilihan hidup seseorang, bahkan untuk hal-hal yang biasanya bisa dinikmati oleh orang lain. Adanya keterbatasan finansial Hamidah tidak bisa menikmati perjalanan dengan nyaman, hal ini menggambarkan usaha untuk bertahan dan memiliki harapan meskipun dalam keadaan sulit.
ADVERTISEMENT
Di tengah perputaran ekonomi yang penuh tantangan, hidup tidak selalu menawarkan kemudahan. Seiring berjalannya waktu, di tengah ketidakpastian dan ketegangan, ada momen-momen yang mengubah arah hidup, memberi pelajaran tentang pentingnya adaptasi dan tekad. Begitu juga dengan perjalanan hidup keluarga Hamidah, meskipun dihadapkan dengan berbagai rintangan, mampu menemukan kembali cahaya di tengah kegelapan. Dari kegagalan yang mendera, mereka belajar untuk terus berusaha dan akhirnya meraih keberhasilan yang tak terduga.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan ini menggambarkan Hamidah dan keluarganya menghadapi tantangan besar dalam kehidupan mereka, terutama dalam hal ekonomi. Di awal, mereka merasakan kemajuan dengan perusahaan yang sukses, namun seiring waktu, krisis ekonomi datang dan menghancurkan banyak usaha, termasuk usaha keluarga mereka. Suami Hamidah menjadi pengangguran, dan mertuanya sering sakit sehingga menambah beban finansial mereka. Hamidah dengan bijak mencari solusi dengan meminta agar suaminya menggantikan posisinya di tempat kerja, meskipun gaji yang diterima sangat kecil dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, mereka tetap mencoba untuk bertahan. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuka usaha baru. Dengan kerja keras dan ketekunan, perusahaan baru mereka mulai berkembang dan berhasil. Dalam waktu singkat, mereka kembali mencapai kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Kutipan ini menggambarkan semangat untuk terus berusaha meskipun menghadapi kegagalan dan kesulitan. Ketika satu pintu tertutup, mereka berusaha mencari jalan lain, dan melalui tekad serta kerja keras, mereka bisa bangkit dan meraih sukses kembali. Ini menunjukkan bahwa dalam hidup tidak ada yang mudah, tetapi dengan usaha yang tak kenal putus asa, kita bisa menemukan jalan menuju keberhasilan.

Masalah Perjuangan

Perjuangan untuk mengubah keadaan sering dimulai dengan niat yang kuat untuk memberikan kesempatan yang lebih baik bagi orang lain, terutama dalam hal pendidikan. Dahulu, perempuan sering kali tidak mendapat akses yang sama untuk belajar. Akan tetapi, dengan tekad dan usaha keras, perubahan perlahan-lahan bisa terjadi. Dalam novel ini, Hamidah berjuang untuk mengajarkan perempuan agar bisa membaca, menulis, dan memiliki keterampilan yang berguna. Berkat kerja keras dan kesabaran, ia berhasil mendirikan perguruan yang membuka kesempatan bagi perempuan untuk belajar dan mengubah hidup mereka. Perjuangan ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dalam memberi peluang dan menciptakan perubahan positif bagi masyarakat. Hal ini dibuktikan melalui kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan Hamidah yang memperjuangkan perubahan sosial melalui pendidikan untuk perempuan. Dalam konteks masyarakat yang masih terbelakang terutama dalam hal pendidikan perempuan. Hamidah melihat bahwa untuk memajukan bangsa, perempuan harus mendapatkan akses yang sama untuk belajar. Melalui tekadnya, ia berusaha menghapuskan kebodohan yang banyak mengikat perempuan pada saat itu. Ia percaya bahwa jika perempuan diberi kesempatan untuk belajar, mereka tidak hanya dapat meningkatkan kualitas hidup pribadi, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Melalui pendirian perguruan untuk perempuan, Hamidah ingin memberikan kesempatan kepada mereka yang sebelumnya terhalang oleh adat dan kondisi sosial untuk memperoleh pengetahuan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Usahanya tidak hanya terbatas pada pendidikan formal, tetapi juga pada keterampilan rumah tangga yang pada masa itu dianggap penting bagi perempuan. Akan tetapi, perjuangannya menghadapi banyak tantangan, mulai dari keterbatasan sumber daya hingga penolakan dari mereka yang berpegang pada adat istiadat.
Atas kerja keras dan ketekunan, Hamidah berhasil membawa perubahan. Kursus yang ia dirikan berkembang pesat, dan banyak perempuan yang sebelumnya buta huruf akhirnya mendapatkan kesempatan untuk belajar. Keberhasilannya ini tidak hanya membuatnya dihormati oleh masyarakat, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk menghargai pentingnya pendidikan bagi perempuan. Hamidah menjadi contoh nyata dari perjuangan yang membawa dampak positif bagi kehidupan perempuan dan masyarakat secara luas dengan menunjukkan perubahan sosial bisa dimulai dari langkah kecil yaitu pendidikan.
ADVERTISEMENT

Masalah Cinta Kasih Antar Sesama

Tokoh Ridhan

Kisah cinta antara Hamidah dengan Ridhan yang penuh dengan perasaan dan konflik internal. Ketika Ridhan menolak kehendak pamannya yang ingin menjodohkannya dengan saudara kandungnya, Hamidah menjadi salah satu sosok yang ikut terlibat dalam perjuangan Ridhan untuk menentukan jalan hidupnya. Cinta antara Hamidah dan Ridhan pun tidak hanya sekadar hubungan emosional, tetapi juga penuh dengan pengorbanan, di mana keduanya harus menghadapi tekanan dari luar, termasuk keluarga dan lingkungan sekitar. Namun, kisah cinta mereka menunjukkan bagaimana perasaan yang tulus dapat terhalang oleh keadaan dan takdir yang tak bisa dikendalikan. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan konflik yang dialami oleh tokoh Ridhan. Pamannya berusaha menjodohkan Ridhan dengan sepupunya, yang merupakan anak kandung pamannya. Namun, Ridhan menolak keputusan tersebut karena merasa bahwa perkawinan itu bukanlah pilihan yang dia inginkan. Dalam situasi tersebut, Ridhan meminta bantuan Hamidah yang diharapkan bisa menolongnya keluar dari tekanan keluarga yang memaksakan kehendak tersebut. Keputusan Ridhan untuk menolak dijodohkan menggambarkan perjuangannya dalam mencari kebebasan pribadi dan hak untuk memilih pasangan hidup. Dia tidak ingin dipaksa untuk menikah hanya demi kepentingan keluarga.
ADVERTISEMENT
Ridhan mengambil keputusan besar untuk menikahi Hamidah sebagai bentuk pengorbanan dan komitmen. Hal ini menggambarkan adanya dilema dalam cinta dan hubungan antara individu dengan keluarga, di mana sering kali seseorang harus memilih antara kebebasan pribadi dan kewajiban terhadap keluarga atau tradisi. Ridhan dan Hamidah saling memberikan pengertian dan pengorbanan, namun di sisi lain, pengorbanan ini justru semakin mengikat mereka dalam sebuah perjanjian.
Surat-surat dari Ridhan tak dapat tiada ditahannya dan entah dipengapakannyalah agaknya menurut sekehendak hatinya, ataupun perintah yang diterimanya... Penghabisan sekali dikatakan oleh Ahyar, bahwa Ridhan pada waktu itu sedang dioperasi di Rumah Sakit Umum di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan perasaan dan kecurigaan yang muncul setelah kematian Ridhan. Diceritakan bahwa Ridhan mengalami perawatan medis di Jakarta setelah suatu operasi, tetapi beberapa hari setelah itu, datang kabar bahwa ia meninggal mendadak di Singapura. Kematian Ridhan yang mendadak dan tanpa penjelasan yang jelas menimbulkan rasa curiga, Hamidah merasa ada pihak yang sengaja menyebabkan kematian Ridhan. Paman Ridhan sebelumnya berusaha menjodohkan Ridhan dengan anaknya, namun Ridhan menolak. Hal ini menambah kecurigaan bahwa mungkin ada hubungan antara penolakan Ridhan terhadap perjodohan dan kematiannya. Kemudian, setelah Ridhan meninggal, pamannya mengakui bahwa perbuatannya mungkin menyebabkan kematian Ridhan, dan akhirnya menyerahkan semua harta peninggalan Ridhan kepada Hamidah sebagai bentuk penebusan dosa.
ADVERTISEMENT
Kematian Ridhan yang mendadak ini menggambarkan betapa perasaan tertekan dan konflik dalam keluarga bisa berujung pada tragedi. Selain itu, pengakuan pamannya menunjukkan adanya rasa bersalah yang mendalam, bahkan meskipun ia mungkin tidak secara langsung menyebabkan kematian Ridhan. Ini juga mencerminkan tema tentang pengorbanan, kesalahan, dan keadilan dalam kehidupan keluarga yang rumit dan penuh intrik. Kematian Ridhan menjadi simbol dari ketidakadilan yang terjadi dalam keluarga, serta pengaruh kuat dari kekuasaan dan kepentingan pribadi.

Tokoh Anwar

Cinta sering kali datang dengan berbagai perasaan dan tantangan. Tokoh Anwar menunjukkan sisi lain dari cinta, yaitu persaingan dan perasaan ingin memiliki seseorang. Dalam kisahnya, Anwar harus menerima kenyataan bahwa cinta tidak selalu sesuai dengan harapannya. Terkadang, kita harus merelakan orang yang kita cintai agar mereka bisa bahagia dengan orang lain. Hal ini menggambarkan betapa rumitnya perasaan manusia dalam menghadapi cinta yang melibatkan banyak orang, serta membuat keputusan yang sulit demi kebahagiaan orang lain. Hal tersebut dibuktikan kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut menggambarkan konflik cinta yang terjadi antara Anwar dan Idrus, sama-sama ingin memenangkan hati Hamidah. Keduanya tidak mau mengalah dan terus berusaha menarik perhatian Hamidah. Dalam hal ini, Hamidah berada dalam posisi yang sulit karena harus memilih antara Anwar yang tampak lebih kaya dan berstatus sosial tinggi, namun memiliki sifat pemboros dan kurang menghormati orang tua, serta Idrus yang lebih sederhana tetapi mungkin lebih bisa diandalkan.
Konflik ini menunjukkan bahwa dalam cinta, tidak hanya perasaan atau penampilan yang penting, tetapi juga karakter dan sikap seseorang. Anwar tampak lebih menguntungkan secara materi, namun sifat buruknya membuat Hamidah ragu. Ini mengajarkan bahwa dalam memilih pasangan, kita perlu mempertimbangkan lebih dari sekadar kekayaan atau penampilan, tetapi juga cara seseorang menghargai nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan sosok Hamidah yang merasa harus bertanggung jawab atas hati Anwar dan berusaha untuk melindunginya agar tidak terluka. Awalnya, dia berencana untuk mencari pasangan lain bagi Anwar, mungkin untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak terfokus pada perempuan yang ia cintai. Akan tetapi, setelah mengetahui bahwa Anwar memiliki kedekatan dengan Rukiah sahabatnya, ia mulai merencanakan untuk memperkenalkan keduanya agar menjadi pasangan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Anwar dan Rukiah benar-benar menjadi pasangan hidup. Hal ini menunjukkan Hamidah yang memiliki niat baik untuk menjaga hati Anwar, akhirnya menyadari bahwa cinta dan hubungan tidak bisa dipaksakan. Walaupun niat awalnya adalah untuk melindungi, ternyata semua berjalan sesuai takdir, Rukiah serta Anwar akhirnya menikah. Hal ini mengajarkan bahwa dalam hubungan, terkadang kita harus membiarkan segala sesuatunya mengalir secara alami dan menerima kenyataan yang ada, meskipun awalnya kita mungkin merasa khawatir atau ragu.

Tokoh Idrus

Perjalanan cinta yang penuh dengan pilihan sulit dan pengorbanan. Hamidah harus memilih antara Anwar dan Idrus. Meskipun Anwar lebih tampan dan kaya, Hamidah memilih Idrus karena kebaikan hati dan kesabarannya. Namun, hubungan mereka tidak berjalan lancar. Setelah bercerai, mereka berjanji untuk tetap berkomunikasi lewat surat, tetapi surat-surat Idrus tidak sampai ke Hamidah karena disembunyikan oleh saudaranya. Akhirnya, Hamidah mengetahui bahwa Idrus menyesal dan ingin meminta maaf, tetapi pada saat itu, Hamidah sudah memilih jalan hidupnya sendiri. Cerita ini menunjukkan bahwa meskipun cinta kuat, keputusan hidup sering dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan. Hal ini dibuktikan melalui kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut menggambarkan Hamidah yang sedang berada di persimpangan dalam memilih antara dua pria, Anwar dan Idrus. Anwar tampak lebih sempurna secara fisik dan material, namun Hamidah akhirnya memilih Idrus karena sifat-sifatnya yang lebih mendalam dan tulus. Idrus mungkin tidak memiliki kekayaan, namun kebaikan hatinya, ketulusan, dan kemampuan musiknya membuat Hamidah terkesan. Idrus juga sabar dan selalu membantu Hamidah meskipun tanpa diminta.
Hal ini menunjukkan bahwa Hamidah lebih menghargai kualitas batin dan kepribadian seseorang dibandingkan dengan faktor luar seperti kekayaan atau penampilan fisik, meskipun sudah memilih Idrus, Hamidah tetap merasa tidak ingin mengecewakan Anwar yang mungkin juga memiliki perasaan terhadapnya. Konflik ini menunjukkan bahwa meskipun Hamidah sudah memutuskan, ia tetap mempertimbangkan perasaan orang lain dan tidak ingin menyakiti siapa pun.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan perjalanan emosional Hamidah setelah ia berpisah dengan Idrus, serta kekeliruan dan kekecewaan yang ia rasakan karena tidak mendapat balasan surat dari Idrus. Setelah berpisah, meskipun keduanya berjanji untuk tetap saling berkomunikasi, Hamidah merasa kebingungannya karena Idrus tidak mengirim surat. Ia mulai meragukan apakah Idrus sengaja mengabaikannya atau ada pengaruh dari orang lain, seperti bibinya yang tidak menyukainya. Ketika Hamidah mengetahui bahwa surat dari Idrus sebenarnya sudah dikirimkan tetapi tidak sampai kepadanya, ia merasa semakin kecewa dan bingung.
Faktor eksternal yang memengaruhi hubungan mereka, seperti campur tangan keluarga, terutama sikap negatif saudara Hamidah terhadap Idrus, sangat berperan dalam menambah konflik. Saudara Hamidah yang tidak menyukai Idrus bahkan menasihati Hamidah untuk menjauh dari Idrus, menciptakan rasa ketidakpercayaan dan semakin mempersulit komunikasi antara mereka. Meskipun Hamidah berusaha sabar dan menunggu, ketidakhadiran surat dari Idrus membuatnya merasa cemas dan semakin tertekan.
ADVERTISEMENT
Ketika surat akhirnya datang, isi surat tersebut menunjukkan bahwa Idrus tidak sepenuhnya menyalahkan Hamidah, melainkan ia merasa bahwa cintanya ditarik karena masalah ekonomi dan status sosialnya yang rendah, sesuai dengan pandangan saudara Hamidah. Hubungan Hamidah dengan Idrus terhambat oleh perbedaan sosial, tekanan dari keluarga, dan ketidaktahuan satu sama lain tentang perasaan yang sebenarnya. Hal ini menggambarkan ketidakmampuan mereka untuk saling memahami dan komunikasi yang terganggu oleh faktor luar, yang pada akhirnya memicu keputusan untuk berpisah, meskipun cinta antara keduanya masih ada.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan momen terakhir antara Hamidah dan Idrus yang penuh dengan penyesalan dan permintaan maaf. Setelah sekian lama berpisah, Hamidah menerima kabar bahwa Idrus, kekasihnya yang dulu, sedang sakit keras dan ingin bertemu dengannya. Pada pertemuan tersebut, Idrus mengungkapkan penyesalannya yang mendalam atas kesalahan-kesalahan yang telah ia buat di masa lalu. Ia merasa bahwa dirinya tidak pantas mendapatkan cinta Hamidah karena telah menyia-nyiakan hubungan yang suci dan penuh pengorbanan. Ia juga mengungkapkan bahwa ia telah menjalani penderitaan sebagai bentuk hukuman atas kesalahan tersebut, dan berterima kasih kepada Hamidah atas cinta yang pernah diberikan.
ADVERTISEMENT
Hal ini menggambarkan bahwa sering kali manusia baru menyadari pentingnya sesuatu setelah kehilangannya, meskipun penyesalan itu ada, tidak selalu ada kesempatan untuk memperbaikinya. Konflik internal yang dialami Hamidah juga terlihat jelas, ia harus menerima kenyataan bahwa hubungan yang penuh harapan tersebut harus berakhir dengan cara yang sangat menyakitkan. Ini juga menggambarkan betapa kuatnya pengaruh sosial dan keluarga dalam menentukan arah hubungan dan pilihan hidup seseorang, meskipun cinta sejati itu ada.

Tokoh Rusli

Dalam kehidupan Hamidah, cinta sering kali dipengaruhi oleh tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Cinta yang seharusnya menjadi hubungan pribadi dan emosional, kadang terpaksa dipengaruhi oleh keputusan-keputusan yang lebih praktis. Begitu juga dengan hubungan Hamidah dan suaminya Rusli, meskipun mereka sudah lama menikah dan tampak bahagia, kenyataan hidup membawa masalah baru, yaitu ketidakmampuan mereka untuk memiliki anak. Keputusan Rusli untuk menikah lagi dengan tujuan mendapatkan keturunan membuat Hamidah merasa cemas dan sedih. Perasaan Hamidah semakin rumit karena perhatian suaminya mulai terbagi dengan istri mudanya yang baru melahirkan anak. Perubahan ini membuat Hamidah merasa terabaikan dan cemburu. Hal ini dibuktikan melalui kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
Kutipan ini menggambarkan sosok Hamidah yang mengalami tekanan dari pihak keluarga dalam hal keputusan pernikahan. Keputusan tersebut tidak sepenuhnya berasal dari kehendaknya sendiri, tetapi lebih kepada keputusan yang sudah diatur oleh keluarganya. Dalam hal ini, Hamidah keluarganya merasa berhak menentukan masa depan pribadinya, termasuk soal pernikahan. Pemuda yang disebutkan dalam kutipan ini adalah Rusli yang dianggap sebagai pilihan baik karena memiliki sifat yang baik dan pendidikan yang lebih tinggi daripada Hamidah. Hamidah diberi waktu yang sangat singkat untuk mempertimbangkan keputusan tersebut, bahkan dalam waktu yang singkat, ia sudah dipaksa untuk memberikan jawaban.
ADVERTISEMENT
Ini menunjukkan betapa kurangnya kebebasan yang dimiliki Hamidah untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri. Hamidah merasa tertekan oleh keluarga yang lebih mengutamakan status sosial dan kesejahteraan materi daripada mempertimbangkan keinginannya sendiri, meskipun ia mungkin belum sepenuhnya siap, Hamidah merasa terpaksa memberi jawaban “ya” dan menikah dengan Rusli. Kejadian ini mencerminkan betapa sulitnya bagi Hamidah untuk mendapatkan kendali atas kehidupannya, terutama dalam konteks sosial yang sangat memengaruhi keputusan pribadinya.
ADVERTISEMENT
Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan perasaan Hamidah setelah lebih dari sepuluh tahun menikah dengan Rusli dan belum memiliki anak. Adanya keinginan untuk memiliki anak, suami Hamidah memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang gadis muda yang diharapkan bisa memberinya keturunan, meskipun Hamidah setuju dengan keputusan suaminya, perasaannya semakin terabaikan setelah suaminya melahirkan seorang anak dari istri muda tersebut.
ADVERTISEMENT
Rusli berusaha berlaku adil, namun Hamidah merasa sedih dan kesepian karena suaminya lebih memperhatikan istri mudanya. Lama kelamaan Hamidah merasa kesal terhadap istri muda suaminya yang dianggapnya tamak dan tidak adil. Perasaan ini semakin membuat Hamidah merasa tidak dihargai, hingga akhirnya ia memutuskan untuk bercerai dan kembali ke kampung halamannya. Keputusan ini menunjukkan betapa ketidakpedulian dan ketidakadilan dalam hubungan bisa menghancurkan kebahagiaan seseorang.

Daftar Pustaka

Hamidah. (2011). Kehilangan Mestika. Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero).
Nurgiyantoro, Burhan. (2018). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.