Konten dari Pengguna

Mendalami Tipologi Belajar Anak: Strategi Menghadapi Perbedaan Individual

Alya Nuraini
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
24 Oktober 2024 17:06 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Seseorang Membaca Buku. (Sumber: https://www.pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Seseorang Membaca Buku. (Sumber: https://www.pexels.com)
ADVERTISEMENT
Tipologi belajar adalah konsep penting dalam dunia pendidikan yang merujuk pada cara individu menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, dapat dikategorikan ke dalam macam-macam tipologi belajar.
ADVERTISEMENT

Memahami Gaya Belajar VAK: Visual, Auditori, dan Kinestetik

Tipologi gaya belajar VAK (visual, auditori, kinestetik) adalah salah satu pendekatan populer dalam memahami bagaimana individu memproses informasi secara berbeda. Setiap tipe memiliki karakteristik unik yang membantu dalam mengoptimalkan pengalaman belajar.
1. Gaya Belajar Visual
Siswa dengan gaya belajar visual akan mengandalkan penglihatan untuk memahami informasi. Mereka cenderung lebih efektif belajar melalui gambar, grafik, diagram, atau peta konsep. Representasi visual sangat penting karena memudahkan siswa dalam mengingat informasi. Contohnya, seorang siswa visual akan lebih mudah memahami pelajaran sejarah jika diberikan infografis yang menggambarkan urutan peristiwa sejarah secara visual.
2. Gaya Belajar Auditori
Tipe ini lebih mengutamakan pendengaran sebagai media utama dalam menyerap informasi. Siswa auditori belajar lebih baik dengan mendengarkan penjelasan verbal, ceramah, atau diskusi kelompok. Misalnya dalam kelas bahasa, siswa auditori dapat lebih mudah memahami kosakata baru ketika mendengarkan percakapan atau pengucapan kata-kata dengan jelas.
ADVERTISEMENT
3. Gaya Belajar Kinestetik
Siswa dengan gaya belajar kinestetik akan belajar melalui aktivitas fisik. Mereka menyerap informasi dengan melakukan atau menyentuh. Pembelajaran yang melibatkan praktik langsung, simulasi, atau eksperimen membuat mereka lebih mudah memahami materi. Contohnya, dalam pelajaran sains, siswa kinestetik akan lebih mudah memahami sains melalui eksperimen di laboratorium dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan teori.
Memahami tipologi belajar VAK dapat membantu siswa dan pengajar menyesuaikan metode belajar yang paling efektif. Setiap tipe memiliki cara unik dalam menyerap informasi, sehingga penting untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi guna mengakomodasi semua gaya belajar dalam kelas. Ini akan menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif.

Memahami Gaya Belajar VARK: Memahami Beragam Cara Menyerap Pengetahuan

Gaya belajar VARK ini tidak hanya mengelompokkan cara orang belajar melalui penglihatan (visual), pendengaran (auditori), atau aktivitas fisik (kinestetik), tetapi juga mencakup siswa yang lebih efektif belajar dengan membaca dan menulis. Reading/Writing mencakup siswa yang belajar paling baik melalui teks tertulis. Mereka merasa lebih nyaman dengan membaca buku, artikel, atau menulis catatan untuk memahami informasi. Contohnya, siswa yang akan lebih paham dengan mencatat ulang materi pelajaran atau membaca buku teks dibandingkan menonton video instruksional.
ADVERTISEMENT
Gaya belajar VARK menunjukkan bahwa belajar tidak hanya soal melihat, mendengar, atau melakukan, tetapi juga soal menyerap informasi dari teks tertulis. Dalam era digital ini, di mana konten teks mendominasi, baik dalam bentuk e-book, artikel online, atau catatan digital. Maka gaya belajar ini semakin relevan, namun penting untuk diingat bahwa setiap individu mungkin memiliki kombinasi dari berbagai gaya belajar ini.

Gaya Belajar Kolb: Mengolah Informasi dengan Empat Dimensi

Kolb menawarkan pendekatan belajar yang menekankan bagaimana individu memproses dan mengolah informasi, dengan fokus pada empat dimensi utama, yaitu concrete experience (mengalami langsung), reflective observation (mengamati), abstract conceptualization (berpikir abstrak), dan active experimentation (melakukan aksi) yang saling berkaitan. Menurut Kolb, setiap orang memiliki kecenderungan berbeda dalam menggunakan keempat elemen ini, dan gaya belajar mereka dipengaruhi oleh orientasi pribadi terhadap proses tersebut.
ADVERTISEMENT
Kolb menunjukkan bahwa pembelajaran tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih pada bagaimana individu memprosesnya melalui pengalaman, refleksi, konsep, dan tindakan. Dalam gaya belajar Kolb, dapat diketahui bahwa setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda dalam cara mereka belajar, namun tetap memerlukan keseimbangan dari keempat elemen tersebut untuk mencapai pemahaman yang utuh.

Taksonomi Bloom: Mengupas Tiga Dimensi Pembelajaran

Benjamin S. Bloom, seorang tokoh pendidikan terkemuka, mengembangkan taksonomi pembelajaran yang mengelompokkan tujuan pendidikan ke dalam tiga ranah utama, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap ranah ini memiliki aspek unik yang memengaruhi cara individu belajar dan berkembang.
1. Kawasan Kognitif
Ranah kognitif berfokus pada kemampuan intelektual dan proses berpikir logis. Misalnya, dalam pelajaran matematika siswa dituntut memahami konsep dasar aljabar (pengetahuan), menerapkannya untuk menyelesaikan soal (penerapan), dan menilai hasilnya berdasarkan kebenaran solusi (penilaian).
ADVERTISEMENT
2. Kawasan Afektif
Ranah ini berfokus pada aspek emosional dan sikap, termasuk perasaan, minat, nilai, dan respons terhadap norma. Contohnya, dalam pelajaran kewarganegaraan, siswa belajar untuk menghargai perbedaan budaya (penilaian), mengembangkan sikap toleransi (pengorganisasian), dan menjadikan toleransi sebagai bagian dari perilaku sehari-hari (karakterisasi).
3. Kawasan Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi antara sistem saraf dan otot. Misalnya, dalam pelajaran olahraga, siswa pertama-tama belajar gerakan dasar bola voli dengan meniru instruktur (meniru), kemudian mempraktikkannya berulang-ulang hingga terampil (membiasakan), dan akhirnya bisa bermain dalam kondisi yang berbeda (adaptasi).

Perbedaan Individu dalam Pembelajaran: Keunikan yang Mempengaruhi Prestasi

Setiap individu memiliki ciri khas unik yang memengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi. Hal ini menyebabkan munculnya perbedaan individual dalam konteks sosial dan pendidikan. Terdapat perbedaan individual dalam enam aspek utama, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Perbedaan Kognitif
Ini terkait dengan kemampuan seseorang dalam menguasai sains dan teknologi, yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Contohnya, siswa yang dibesarkan di lingkungan penuh stimulasi pendidikan akan cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih kuat dibandingkan mereka yang tumbuh di lingkungan minim akses pengetahuan.
2. Perbedaan Kecakapan Bahasa
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengekspresikan pemikiran melalui bahasa. Faktor lingkungan dan kondisi fisik, terutama organ suara, memengaruhi keterampilan berbahasa. Misalnya, seorang anak dengan latar belakang keluarga yang sering berdiskusi cenderung memiliki keterampilan berbahasa yang lebih baik dibandingkan anak yang jarang berdiskusi.
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Keterampilan fisik atau motorik berbeda pada setiap individu, tergantung pada bagaimana sistem saraf pusat dan motorik berkoordinasi. Contohnya, anak yang sering melakukan aktivitas fisik seperti bermain olahraga sejak kecil biasanya lebih terampil dalam tugas-tugas motorik.
ADVERTISEMENT
4. Perbedaan Latar Belakang
Setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda, yang dapat memfasilitasi atau menghambat proses belajar. Misalnya, siswa dari keluarga yang sering mengajak anak-anak mereka berwisata edukatif mungkin lebih siap belajar daripada mereka yang tidak pernah mengalami hal tersebut.
5. Perbedaan Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dimiliki seseorang sejak lahir. Potensi bakat dapat berkembang optimal jika mendapat stimulasi dan dukungan yang tepat. Contohnya, seorang anak yang berbakat dalam musik akan berkembang pesat jika mendapatkan les musik sejak dini.
6. Perbedaan Usia dan Pengalaman Pra-Sekolah
Siswa yang memiliki stimulus belajar sejak usia dini, seperti melalui pendidikan di taman kanak-kanak, cenderung memiliki kesiapan belajar yang lebih baik. Misalnya, anak yang pernah belajar dasar-dasar membaca di TK biasanya lebih cepat menguasai pelajaran membaca di sekolah dasar dibandingkan mereka yang tidak mencoba.
ADVERTISEMENT
Pola asuh orang tua dan lingkungan keluarga berperan penting dalam membentuk kepribadian dan prestasi belajar anak. Pola pengasuhan yang mendorong kebiasaan belajar positif akan berdampak langsung pada gaya belajar siswa di rumah maupun sekolah. Gender juga berpengaruh dalam perbedaan gaya belajar, yang secara sosial dan kultural sering kali membedakan sifat-sifat laki-laki dan perempuan. Namun, sifat-sifat gender ini tidak tetap dan dapat saling dipertukarkan, berbeda dengan perbedaan fisik atau jenis kelamin yang bersifat bawaan sejak lahir. Meski stereotip menganggap perempuan lebih emosional, dalam beberapa konteks, laki-laki juga bisa menunjukkan sensitivitas yang sama tergantung pada situasi sosial yang dihadapinya. Dengan memahami beragam perbedaan ini, guru dapat merancang pendekatan pembelajaran yang lebih personal, sehingga setiap individu dapat mencapai potensi maksimalnya.
ADVERTISEMENT

Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu dalam Proses Belajar

1. Faktor Genetik
Faktor genetik adalah sifat atau ciri yang diwariskan oleh orang tua kepada anak melalui gen. Faktor keturunan memberikan fondasi dasar bagi karakteristik individu, namun proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ini. Interaksi antara faktor genetik dan lingkungan turut berperan dalam membentuk kemampuan belajar seseorang. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan yang komprehensif, di mana semua faktor tersebut saling melengkapi.
2. Faktor Status Sosial Ekonomi
Perbedaan status sosial ekonomi memengaruhi akses dan kualitas pendidikan. Murid dari keluarga menengah ke atas cenderung mendapatkan fasilitas dan dukungan yang lebih baik, sedangkan murid dari keluarga menengah ke bawah sering mengalami kesulitan, baik secara finansial maupun dalam lingkungan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan perlu lebih merata, dengan memberikan perhatian khusus kepada siswa dari keluarga berstatus ekonomi rendah agar mereka tidak tertinggal dalam proses belajar.
ADVERTISEMENT
3. Faktor Budaya
Setiap budaya memiliki ciri khas, baik dalam hubungan sosial, pandangan terhadap waktu, konsep diri, hingga nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Namun, perbedaan budaya antara rumah dan sekolah sering kali menimbulkan ketidaksesuaian, yang memengaruhi proses belajar anak. Oleh karena itu, sekolah perlu peka terhadap keragaman budaya siswa agar bisa menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan harmonis, sehingga anak dapat berkembang optimal tanpa terhalang perbedaan budaya.
4. Faktor Praktik Mendidik Anak
Praktik mendidik anak yang efektif memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan keterampilan sosial dan kecakapan kognitif anak. Praktik pendidikan yang diterapkan di lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menerapkan praktik mendidik yang konstruktif, agar anak dapat berkembang dengan baik dalam aspek sosial maupun akademis.
ADVERTISEMENT
5. Faktor Urutan Kelahiran
Urutan kelahiran anak memainkan peranan penting dalam perkembangan karakter dan prestasi mereka. Anak sulung sering kali lebih berorientasi pada orang dewasa dan lebih cenderung merasa cemas, sementara anak tunggal biasanya lebih percaya diri dan memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Anak tengah mungkin lebih ekstrovert, sedangkan anak yang dimanjakan dapat menunjukkan kepercayaan diri dan prestasi yang lebih tinggi. Pengetahuan ini menunjukkan bahwa peran dan pengalaman yang berbeda dalam keluarga memengaruhi perkembangan individu, yang perlu diperhatikan dalam konteks pendidikan.
6. Faktor Perceraian Orang Tua
Perceraian orang tua adalah peristiwa yang memberikan dampak psikologis yang signifikan bagi anak-anak. Secara keseluruhan, perceraian sering kali menyebabkan penderitaan emosional yang berkepanjangan bagi anak. Hal penting yang harus diperhatikan terdapat dalam konteks pengasuhan dan pendidikan, agar anak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan untuk menghadapi perubahan tersebut.
ADVERTISEMENT

Cara Guru Menangani Perbedaan Individual dalam Belajar

Pembelajaran individual adalah pendekatan yang digunakan pendidik untuk mendukung proses belajar peserta didik dengan cara yang lebih personal. Pendekatan ini menciptakan hubungan terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk memberikan kebebasan dalam belajar dan menjalin hubungan harmonis selama proses pembelajaran. Guru perlu melakukan beberapa hal berikut:
1. Mendengarkan dengan Empati, guru harus mampu mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan tanggapan yang positif terhadap pemikiran siswa, sehingga tercipta hubungan saling percaya.
2. Pendekatan Verbal dan Non-verbal, guru menggunakan cara komunikasi baik verbal maupun non-verbal untuk mendukung siswa dalam memahami materi.
3. Mendukung Tanpa Mendominasi, guru sebaiknya membantu siswa tanpa mengambil alih tanggung jawab mereka, agar siswa dapat belajar secara mandiri.
ADVERTISEMENT
4. Menerima Perasaan Siswa, penting untuk menerima perasaan dan perbedaan yang dimiliki siswa dengan penuh perhatian, menciptakan lingkungan yang nyaman.
5. Memberikan Rasa Aman dan Pengertiaan, guru harus menciptakan suasana yang aman dan penuh pengertian, serta menawarkan bantuan dan alternatif solusi ketika siswa menghadapi masalah.
Pendekatan pembelajaran individual memungkinkan guru untuk lebih efektif dalam menangani perbedaan di antara siswa. Dengan mendengarkan secara empati dan memberikan respons positif, guru dapat membangun kepercayaan yang mendukung proses belajar. Selain itu, komunikasi yang baik dan penerimaan terhadap perasaan siswa membantu menciptakan lingkungan belajar yang aman. Dengan memberikan dukungan tanpa mendominasi dan menawarkan alternatif solusi, guru dapat memfasilitasi perkembangan siswa secara optimal. Pendekatan ini penting untuk memastikan setiap siswa mendapatkan perhatian dan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka, sehingga mereka dapat mencapai potensi penuh mereka.
ADVERTISEMENT
.
.
.
Dosen Pengampu: Maolidah, M.Psi.