Konten dari Pengguna

Menelusuri Perkembangan Konsep Diri, Moral, Nilai, Sikap, dan Kreativitas

Alya Nuraini
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8 Oktober 2024 11:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Diri Sendiri. (Sumber: https://www.pexels.com).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Diri Sendiri. (Sumber: https://www.pexels.com).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang memiliki porsinya masing-masing, hal ini dapat ditemukan ketika seseorang mendapatkan suatu pujian atau dipuji oleh orang lain. Seseorang ketika menerima pujian akan memunculkan berbagai respon, di antaranya ada yang merasa senang, namun ada juga yang merasa biasa saja pada saat dipuji, bahkan ada pula yang tidak suka atau menolak saat mendapatkan suatu pujian. Dapat dilihat bahwa terkadang orang lain jauh lebih mengenal diri seseorang, dibandingkan seseorang tersebut yang mengenali dirinya sendiri. Maka dari itu, penting bagi setiap individu untuk mencoba mengenali dirinya sendiri. Hal tersebut terjadi karena seseorang lebih fokus pada suatu kekurangan atau suatu hal yang tidak dimiliki, sehingga seseorang lebih mudah menilai kekurangannya dibandingkan dengan kelebihan yang dimiliki. Sering kali seseorang berusaha terlihat tangguh di depan orang lain, sehingga menimbulkan suatu penilaian bahwa orang tersebut mampu mengatasi problem solving yang dapat dikaitkan dengan tipologi belajar.
ADVERTISEMENT

Perkembangan Konsep Diri

Seseorang akan menjadi konsep diri positif dan dapat pula menjadi seseorang yang memiliki konsep negatif. Terdapat orang yang berpegang pada teori genetik atau nativisme, terdapat pula orang yang mengombinasi keduanya menjadi teori konvergensi. Jika dilihat dari teori konvergensi, maka terdapat andil dari pengaruh sebagian orang sekitar, yaitu lingkungan yang membentuk. Akan tetapi, pendidikan pertama yang didapatkan oleh seorang anak berasal dari kedua orang tua. Jika mengikuti pendapat konvergensi, dapat diartikan bahwa orang tersebut mewarisi gen dengan konsep diri yang negatif. Dapat dijadikan contoh, yaitu adanya kehidupan satu keluarga yang heboh atau penuh dengan perselisihan yang menimbulkan permasalahan, hal ini terjadi karena terdapat faktor yang mempengaruhi.
Jika seseorang memiliki konsep diri negatif maka ketika menghadapi suatu persoalan, tanggapan orang tersebut cenderung tidak peduli dan memilih untuk putus asa. Beda halnya dengan orang yang memiliki konsep diri positif, yakni orang tersebut akan menanggapi suatu persoalan penuh dengan sikap hati-hati dan tanggung jawab dengan melakukan usaha secara maksimal. Jika melakukan kesalahan, maka sikap seseorang yang memiliki konsep diri positif akan melakukan introspeksi diri dan mencari letak kesalahan yang telah dilakukan dengan cara memperbaiki hal buruk bernilai negatif menjadi suatu hal yang baik bernilai positif. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif, maka akan melakukan problem solving.
ADVERTISEMENT
Dapat diberikan contoh, yaitu ketika mata kuliah yang dijadwalkan pada pukul 10.10-12.40, maka perkuliahan akan berlangsung selama waktu yang telah ditentukan, tidak kurang dan tidak lebih. Hal itu dapat dijadikan sebagai bentuk tanggung jawab dari konsep diri positif dan di dalamnya terdapat problem solving. Dalam perumpamaan, orang yang memiliki konsep diri positif, apabila terjadi problem maka muncul rasa ingin mendapatkan apresiasi. Akan tetapi, apabila kenyataan berkata tidak maka orang tersebut akan mencari solusi. Tidak hanya itu, orang ini juga akan mencari kesalahan apa yang telah dilakukan sehingga dirinya tidak diberikan apresiasi. Namun, jika memaksakan diri sendiri, maka orang tersebut memiliki konsep diri negatif.
Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan memberikan efek buruk kepada diri sendiri dan dapat pula merugikan orang lain. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki sifat memaksa, mudah marah, dan mudah merasa kehilangan dengan menunjukkan sikap tidak akan dibutuhkan oleh orang lain. Pada dasarnya, orang tersebut butuh untuk dibanggakan atas hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat ciri dari konsep nilai negatif, salah satunya memandang dan mengharuskan orang lain memiliki persepsi yang sama.
ADVERTISEMENT

Perkembangan Moral, Nilai, dan Sikap

Dalam behavioristik, seseorang akan memunculkan konsep diri yang negatif karena apabila orang tersebut berbuat baik tentu orang lain juga harus berbuat baik kepada dirinya. Dalam hal ini, penting untuk memperhatikan moral, nilai, dan sikap untuk dapat dibentuk. Jika seseorang berpegang pada sudut pandang empirisme, maka orang tersebut akan setuju bahwa sikap baik atau buruk yang dilakukan orang lain bergantung pada lingkungan sekitar yang membentuknya.
Pada zaman dahulu, aspek nilai moral ditentukan pada bentuk nyata secara langsung, berbeda dengan zaman sekarang yang sudah beralih ke era digital. Jika seseorang memahami tatanan nilai moral, maka akan memunculkan kebiasaan yang baik. Dapat diberi contoh, yaitu terdapat dua orang yang datang untuk bertanya mengenai tahlil, namun kedua orang tersebut mendapatkan jawaban yang berbeda. Ketika A bertanya ‘apakah saya boleh mengadakan tahlil?’ Lalu, A mendapatkan jawaban bahwa dirinya boleh melakukan tahlil, berbeda dengan B yang tidak diberikan izin untuk melakukan tahlil.
ADVERTISEMENT
Tentu, hal ini mempunyai nilai dan tatanan moral yang berbeda. Dapat diketahui bahwa tahlil adalah ucapan yang baik. Akan tetapi, perlu diketahui alasan secara detailnya. A diizinkan untuk tahlil karena memiliki kemampuan yang cukup secara finansial. A mampu untuk bersedekah dan menyuguhi tamu undangannya, maka hal tersebut dipersilakan. Sementara B, penghasilan yang dimiliki masih jauh dari kata cukup, sebab B harus menghidupi dirinya serta anak-anaknya yang sudah tidak memilik sosok ayah atau dapat dikatakan sebagai anak yatim. Maka dari itu, B sangat disarankan untuk tidak melakukan tahlilan, karena lebih baik uang yang dimiliki digunakan untuk mencukupi kehidupan seorang ibu beserta anak-anaknya.
Setiap daerah memiliki tatanan nilai dan moral yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat pepatah yang mengatakan ‘Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.’ Dapat diketahui bahwa Wali Songo adalah partisipan untuk menanamkan nilai moral, terutama di Indonesia. Saat ini, nilai moral yang berkembang di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, tercermin dalam tradisi tahlil yang dilakukan ketika seseorang meninggal dunia. Akan tetapi, bagi orang yang tidak mengetahui bahwa tahlil adalah cikal bakal perjalanan Wali Songo, maka akan bernilai wajib sehingga menggunakan harta untuk melakukan tahlil tersebut untuk menyuguhkan para tamu. Bagi mereka yang tidak memiliki harta yang banyak maka memungkinkan anak yatim yang dirawat akan terlantar. Hal ini menjadi bukti bahwa terdapat tatanan nilai moral yang dianut oleh setiap daerah, dan setiap daerah memiliki perbedaan.
ADVERTISEMENT
Tatanan moral, nilai, dan sikap terdapat di dalam konsep diri atau ranah dari konsep diri. Terkadang seseorang merasakan tatanan nilai moral yang diterima di dalam dirinya, namun tidak paham sehingga konsep dirinya terbentuk menjadi konsep diri negatif. Dalam tatanan nilai dan moral, apabila seseorang melakukan kebaikan belum tentu hal tersebut juga dinilai baik oleh orang lain. Hal tersebut terjadi karena sebenarnya ada sisi lain yang belum diketahui dan perlu untuk dipahami lebih lanjut. Seseorang tentunya perlu belajar memperbaiki diri sebagai bentuk introspeksi diri. Perlu diketahui bahwa penting bagi individu untuk melihat sudut pandang orang lain, karena terdapat kemungkinan bahwa sudut pandang tersebut berbeda dengan sudut pandang yang dimiliki oleh diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Jadi, moral dapat dibentuk dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar sehingga menimbulkan adanya kebiasaan yang dapat menghasilkan sebuah nilai.

Perkembangan Kreativitas

Saat ini, kehadiran coffee shop sangat mudah ditemukan di berbagai tempat dan sering dimiliki oleh para pengusaha muda. Coffee shop menjadi tempat populer bagi anak muda untuk berkumpul, bahkan sering digunakan sebagai tempat diskusi. Hal ini menunjukkan adanya kreativitas. Sebelumnya, nama coffee shop cenderung disebut sebagai tempat berkumpulnya orang-orang kelas bawah karena dahulu hanya terdapat warkop (warung kopi). Mengapa demikian? Karena warkop (warung kopi) tersebut hanya menyediakan adanya kopi sachet yang disajikan dalam gelas dengan sederhana. Tidak hanya itu, warkop (warung kopi) juga menyediakan menu-menu yang sangat simpel, seperti mie rebus, bubur kacang hijau dan bubur ketan hitam, kacang, dan gorengan. Seiring berjalannya waktu, warkop pun berkembang menjadi coffee shop yang menyediakan menu lebih beragam dan bervariasi, mulai dari minuman dan juga makanan yang disajikan dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Dapat dilihat bahwa pelayan warkop (warung kopi) adalah bapak-bapak, beda halnya dengan coffee shop yang memegang peranan aktif adalah generasi muda.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangan kreativitas dapat diberikan pula contoh berikutnya, yaitu pada salah satu brand coffee shop ternama, yaitu Fore. Brand coffee tersebut mengeluarkan inovasi dalam wujud kreativitas nyata untuk menciptakan pengalaman yang berkesan bagi masyarakat, sehingga menciptakan keunikan yang digemari semua kalangan. Brand coffee ini berinisiatif melakukan inovasi antara Fore Coffee & HMNS “HUMANS” sebagai salah satu brand parfum lokal yang menghadirkan produk minuman aromatik yang menggabungkan pengalaman sensori rasa dan penciuman melalui kopi dan parfum.
Inovasi dari hasil kreativitas ini merupakan terobosan pertama di Indonesia yang unik dan belum pernah ada sebelumnya. Produk kolaborasi ini menghadirkan tiga menu baru yang terdiri dari Aromatic Pandan Jasmine Latte yang terinspirasi dari parfum HMNS Essence of The Night, Aromatic Golden Jasmine Tea yang terinspirasi dari parfum HMNS Essence of The Sun, dan Aromatic Creamy Rose yang terinspirasi dari parfum HMNS Unrosed. Kolaborasi sesama brand lokal ini menciptakan keunikan tersendiri dengan mempersembahkan minuman pertama di Indonesia yang terinspirasi dari parfum. Kedua brand Indonesia, yaitu Fore Coffee dan HMNS mencoba bercerita melalui kreativitas dengan membawa cerita produk Indonesia ke dalam minuman beraroma. Series ini diberi nama ‘For Every HMNS’ yang mengangkat produk lokal ke tingkat pengalaman sensori yang baru.
ADVERTISEMENT
.
.
.
Dosen Pengampu: Maolidah, M.Psi.