Konten dari Pengguna

Pengaruh Proses Belajar: Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik

Alya Nuraini
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
27 September 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Menulis di Atas Kertas. Sumber: https://www.pexels.com.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menulis di Atas Kertas. Sumber: https://www.pexels.com.
ADVERTISEMENT
Dalam teori behavioristik, pembelajaran dipandang sebagai hasil dari respons yang muncul akibat pengaruh lingkungan dan dorongan. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang dapat terbentuk melalui penguatan atau pengulangan dari stimulus yang diberikan. Sebaliknya, teori humanistik lebih menitikberatkan pada pengembangan individu secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Dalam bidang pendidikan, kedua teori ini memiliki penerapan yang berbeda. Teori behavioristik lebih umum diterapkan dalam pembelajaran keterampilan dasar yang membutuhkan pengulangan latihan, sedangkan teori humanistik lebih sering diterapkan untuk mendukung pengembangan potensi diri seseorang dan kemampuan berpikir kritis.

Teori Belajar Behavioristik dan Pengaruh Proses Belajar

Jika berbicara mengenai teori behavioristik, maka akan berfokus pada suatu hal yang menjadikan manusia seperti benda. Teori behavioristik menggunakan alat eksperimen berupa hewan, seperti anjing, kucing, dan tikus. Mengapa demikian? Hasil analisis para ahli mengatakan bahwa hewan-hewan tersebut memiliki beberapa faktor kemiripan di dalam respon yang ditunjukkan oleh hewan tersebut, sehingga memberikan hasil yang sama dengan manusia. Tentunya hal ini tidak menggunakan aktivitas mental, karena tidak mengandalkan unsur atau rasa seperti halnya di kehidupan yang terjadi antara perilaku dan hasil. Jika melakukan kebaikan, maka berhak mendapatkan kebaikan juga.
ADVERTISEMENT
Teori psikologi yang dijadikan rujukan adalah teori psikologi barat, karena hal itu yang ditetapkan dan diprioritaskan sebagai saintifik. Teori behavioristik memiliki tujuan, yaitu mengubah atau menghasilkan perilaku dengan cara tertentu. Behavioristik yang dilakukan atau dipahami dalam kehidupan sehari-hari hampir dijumpai pada setiap aktivitas perkuliahan atau pada saat di lingkungan sekolah, karena mayoritas teori behavioristik ini dianut atau dimiliki oleh para guru ataupun dosen, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya tujuan yang ingin dicapai untuk mengubah sesuai dengan target, karena setiap mata kuliah atau mata pelajaran akan memiliki target tertentu.
Dapat dijadikan sebagai salah satu contoh, yaitu pada guru matematika. Guru matematika cenderung dikenal sebagai guru yang menyeramkan dan mata pelajaran yang kurang diminati karena ditakuti oleh peserta didik, tetapi stigma tersebut dapat dipatahkan. Hal ini disebabkan adanya penggunaan teori behavioristik, karena esensi dari belajar yang menjadi bagian dari transformasi ilmu dengan menginginkan adanya perubahan pengetahuan. Terdapat ciri khas dari behavioristik, salah satunya yaitu stimulus dan respon.
ADVERTISEMENT
Stimulus dan respon ini dapat diberikan contoh, yakni ketika sedang melangsungkan diskusi terdapat seseorang yang memberikan jawaban atau menambahkan jawaban, maka dapat diberikan sebuah apresiasi berupa tepuk tangan. Ketika pemberian apresiasi dilakukan, maka akan menimbulkan rasa senang dan rasa dihargai. Dalam teori behavioristik hal tersebut dinamakan sebagai respon yang akan memunculkan adanya sebuah reward. Jika ingin mendapatkan sebuah reward, maka harus memenuhi tugas-tugas untuk mencapai target sehingga dapat meraihnya. Jika tidak terpenuhi, maka akan tidak akan mendapatkan reward, melainkan adanya punishment (hukuman) yang akan diterima. Jadi, di dalam behavioristik terdapat stimulus dan respon, sehingga menciptakan adanya sebuah reward atau punishment. Keduanya seimbang, karena adanya penghargaan dan juga hukuman.
Secara umum, dalam pengajaran teori behavioristik menjadi salah satu modal utama untuk membentuk stimulus menjadi respon yang membutuhkan adanya role model. Oleh karena itu, seorang guru atau seorang dosen, baik pendidik ataupun pengajar akan menjadi contoh bagi peserta didik ataupun mahasiswa. Jika para pendidik melakukan pengajaran dengan penuh semangat, maka peserta didik juga harus belajar dengan semangat. Hal ini ditunjukkan dalam teori behavioristik.
ADVERTISEMENT

Teori Belajar Humanistik dan Pengaruh Proses Belajar

Teori humanistik merupakan teori yang sangat relevan dalam dunia pendidikan. Teori ini sangat mengedepankan 'bagaimana memanusiakan manusia', sehingga dapat mendorong peningkatan kualitas diri manusia dan mengembangkan potensi-potensi pada peserta didik. Konsep belajar teori humanistik lebih melihatkan sisi perkembangan kepribadian setiap individu dengan pengalaman di lingkungan sekitar dan menghasilkan sebuah perubahan.
Para ahli mengatakan bahwa behavioristik lebih cenderung pada pengajar, kemudian rangkaian pendidikan sama artinya melakukan perubahan perilaku yang dituju, sedangkan humanistik adalah memanusiakan manusia. Maka dalam proses belajar mengajar seorang pendidik atau pengajar akan menciptakan sikap saling menghormati dan saling menghargai. Di dalam kelas, terdapat pengajar dan pembelajar yang saling mendidik. Ketika salah satu di antara keduanya melakukan kesalahan, maka harus saling mengingatkan. Dalam teori Arthur Combs dan Abraham Maslow terdapat perbedaan.
ADVERTISEMENT

Abraham Maslow

Menurut Abraham Maslow, seseorang atau peserta didik belajar sesuai dengan tujuan. Teori humanistik dari Abraham Maslow dalam dunia pendidikan memfokuskan pada konsep diri peserta didik. Jika peserta didik mempunyai konsep diri yang baik, maka peserta didik akan berperilaku baik pula, begitu sebaliknya. Terdapat teori hierarki dari Abraham Maslow yang merumuskan lima kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan memiliki dan kasih sayang, kebutuhan keamanan, dan kebutuhan fisiologis.

Arthur Combs

Menurut Arthur Combs, pembelajaran yang berhasil adalah apabila seorang peserta didik merasakan suatu manfaat. Suatu pembelajaran akan bermanfaat apabila peserta didik membuahkan suatu hasil. Dengan itu, seorang pendidik perlu berusaha memahami karakter dari peserta didik. Perilaku kurang baik pada seseorang muncul karena mereka tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan, akibat tertarik pada sesuatu yang lebih memuaskan dan menarik. Arthur Combs menyatakan bahwa konsep dasar dalam pendidikan adalah makna (meaning). Pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik jika memiliki arti bagi mereka. Oleh karena itu, pendidik harus memahami perilaku peserta didik dengan cara memahami dunia mereka. Jika pendidik ingin mengubah perilaku peserta didik, tugasnya adalah mengubah pandangan dan keyakinan peserta didik tersebut.
ADVERTISEMENT
.
.
.
Dosen Pengampu: Maolidah, M.Psi.