Konten dari Pengguna

Peran Hereditas dan Lingkungan: Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia

Alya Nuraini
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
27 September 2024 16:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Anak. Sumber: https://www.pexels.com
Hereditas diartikan sebagai keseluruhan karakteristik individu yang diwariskan oleh orang tua kepada anak, mencakup potensi fisik dan psikologis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi, yaitu saat pembuahan sel telur oleh sperma. Gen yang diterima anak dari orang tua saat pembuahan akan mempengaruhi semua karakteristik yang diwariskan oleh orang tua kepada anak adalah sifat-sifat struktural, bukan perilaku yang diperoleh melalui belajar atau pengalaman, seperti bakat, sifat keturunan, kecerdasan, dan kepribadian.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, hereditas merupakan kumpulan spesifikasi yang terfokus pada sel telur yang dibuahi. Salah satu hukum hereditas yang paling terkenal adalah bahwa keturunan akan meniru sumber aslinya dalam penampilan dan karakteristik pribadinya. Seorang anak tidak akan lahir kecuali dalam kemiripan dengan orang tuanya secara umum, baik dalam kecerdasan atau kebodohan, serta sifat-sifatnya (Daimah dan Zainun Wafiqatun Niam, 2019).
Terdapat dua faktor yang dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merujuk pada elemen yang terdapat dalam diri individu, termasuk pembawaan dan potensi psikologis yang berkontribusi pada perkembangan dirinya. Sementara itu, faktor eksternal mencakup hal-hal yang berasal dari luar individu, seperti lingkungan (terutama pendidikan) dan pengalaman interaksi individu dengan lingkungan tersebut.
ADVERTISEMENT

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia

Selama bertahun-tahun, para ahli dalam bidang pendidikan, biologi, dan psikologi telah berupaya menjawab pertanyaan mengenai ‘apakah perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan?’Aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi merupakan tiga aliran untuk memahami bahwa interaksi kehidupan di dalam pembelajaran tidak hanya melihat satu bagian saja. Akan tetapi, fokusnya juga pada bagian lain.

1. Aliran Nativisme

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah ada sejak lahir. Faktor bawaan ini menjadi penentu utama dalam menentukan hasil akhir dari perkembangan individu. Nativisme adalah gen yang diturunkan dari orang tua, yaitu ibu dan ayah pada saat bayi belum lahir. Jika sebelum kehamilan, calon ayah dan ibu terbiasa melakukan pola hidup yang tidak baik, maka memungkinkan sperma dan sel telur yang dihasilkan memiliki kualitas rendah sehingga gen yang dihasilkan kurang baik. Hal ini disebabkan karena sperma yang dihasilkan oleh calon ayah penuh dengan tekanan atau secara fisik calon ayah kurang mengonsumsi makanan yang baik, maka dapat menghasilkan embrio dari penghambatan, baik dari beban psikis maupun beban psikologis. Hal ini yang dimaksud dengan genetik, termasuk di antaranya adalah 'bagaimana psikis ibu?' dan 'bagaimana pada saat ibu mengonsumsi makanan?'
ADVERTISEMENT
Setelah bayi dilahirkan, pandangan nativisme tidak lagi berlaku. Artinya, pengaruh nativisme sepenuhnya berada pada tahap sebelum dan selama dalam kandungan. Setelah kelahiran, peran orang tua tidak lagi sebagai pewaris genetik, melainkan menjadi bagian dari lingkungan terdekat. Lingkungan ini disebut sebagai empirisme, termasuk orang tua di dalamnya. Hal ini disebabkan karena orang tua merupakan bagian dari lingkungan yang membentuk perkembangan anak. Jika anak memiliki genetik yang baik, maka ia berpotensi tumbuh menjadi pribadi yang baik. Hal ini memiliki persentase sebesar 100%.

2. Aliran Empirisme

Aliran ini menentang pandangan nativisme dengan berargumen bahwa perkembangan individu sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan, pendidikan, dan pengalaman yang diperoleh sejak dini. Dalam perspektif ini, manusia dapat dibentuk ke arah positif atau negatif tergantung pada pengaruh lingkungannya. Dalam konteks pendidikan, pandangan ini dikenal sebagai optimisme pedagogis. Empirisme melihat pola asuh, pola didik, dan pengalaman. Dalam empirisme, pertumbuhan dan perkembangan seorang individu itu akan melesat dari hal baik atau buruk itu berasal dari lingkungan di mana anak tersebut dibentuk. Hal ini juga memiliki persentase sebesar 100%.
ADVERTISEMENT

3. Aliran Konvergensi

Aliran ini diperkenalkan oleh psikolog Jerman William Stern, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan hasil interaksi antara faktor bawaan dan lingkungan. Meskipun hukum ini mengakui peran kedua faktor tersebut, masih terdapat perbedaan pendapat mengenai faktor mana yang lebih dominan dengan sebagian orang lebih menekankan pada pengaruh bawaan, sementara yang lain lebih menyoroti pengaruh lingkungan. Menurut William Stern, tidak bisa jika penemuan hanya dilihat dari satu faktor bagian genetik atau lingkungan saja. Akan tetapi, keduanya mempunyai andil masing-masing sesuai dengan porsinya. Terdapat hal yang menjadikan cikal bakal karena genetikanya baik, tetapi hal ini akan percuma karena tidak akan menjadi tumbuh dan berkembang jika anak tersebut tidak mendapatkan pendidikan yang baik, tidak mendapatkan pola asuh yang baik, dan tidak mendapatkan pengalaman hidup yang baik.
ADVERTISEMENT
Seseorang dapat tumbuh dengan baik meskipun memiliki genetik yang biasa saja, asalkan kebutuhan anak tersebut dipenuhi secara optimal oleh orang tuanya. Hal ini berarti anak mendapatkan pola asuh yang demokratis, penghargaan, dan penerimaan. Selain itu, anak juga memperoleh pengaruh positif dari lingkungannya. Hal ini membuktikan bahwa, meskipun seorang anak memiliki gen yang biasa, ia tetap bisa berkembang menjadi pribadi yang luar biasa.
Menurut aliran konvergensi, baik lingkungan maupun faktor genetik memiliki peran dalam perkembangan individu. Keduanya dapat berkontribusi, dengan porsi yang berbeda-beda, tergantung pada situasinya. Misalnya, jika pengaruh genetik lebih dominan selama kehamilan, maka pemilihan pasangan hidup yang selektif dan berkualitas akan menghasilkan gen yang baik. Dengan demikian, anak memiliki potensi dasar yang baik, dan tugas orang tua adalah memberikan stimulus yang tepat agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Namun, tidak cukup jika hanya mengandalkan lingkungan atau genetik saja Aliran konvergensi menyatakan bahwa perkembangan anak merupakan hasil kombinasi dari 50% pengaruh genetik (nativisme) dan 50% pengaruh lingkungan (empirisme).
ADVERTISEMENT
Selain ketiga teori tersebut, ada sudut pandang lain yang tidak berpegang pada salah satunya. Pandangan ini menganggap bahwa teori nativisme terlalu pasrah, sementara konvergensi tidak selalu memberikan perbandingan yang seimbang antara genetik dan lingkungan. Pemikiran ini berpendapat bahwa pandangan tersebut terlalu berfokus pada aspek material. Mereka menegaskan bahwa tidak ada yang lebih besar dari lingkungan maupun genetik, karena yang paling berkuasa atas manusia adalah penciptanya, yaitu Tuhan.
.
.
.
Dosen Pengampu: Maolidah, M.Psi.