Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjelajahi Masa Lalu Lewat Pasar Cikapundung Bandung di Tengah Era Digital
12 April 2022 13:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Alya Nurfakhira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perubahan zaman membawa arus digital yang memikat hati masyarakat. Perlahan analog mulai ditinggalkan oleh beberapa kalangan, tetapi siapa sangka di sudut Jalan ABC Blok U-1, Braga, Sumur Bandung berdiri sebuah Pasar Antik yang masih bertahan sejak tahun 2012. Ketika pertama kali mengunjunginya, langkah kaki seakan kembali menjelajahi masa lalu di tengah arus digital.
ADVERTISEMENT
Deretan kios berdesakan di lantai tiga Pasar Antik Cikapundung, Bandung. Menjajakan berbagai barang antik yang sarat akan kenangan masa lampau. Mulai dari tumpukan surat cinta yang tidak bertuan. Perangko dari berbagai belahan dunia dan zaman Soekarno yang dijual senilai Rp 1000.
Buku serta novel yang setiap sudutnya mulai menguning dan tidak bisa ditemukan di pasaran. Peralatan dapur hingga barang elektronik yang mengingatkan nuansa rumah nenek dan kakek. Samar-samar, alunan musik tahun 90-an terdengar dari sebuah vinyl tua yang dijual mulai dari satu juta rupiah.
Pasar Antik Cikapundung Bandung juga menyediakan service barang elektronik, seperti kipas angin, mesin tik, radio, televisi dan kamera analog. Dany, pemilik Galaya Corner, kerap kali mengadakan workshop penggunaan kamera analog dan cara mencuci roll film sehingga gambar yang dihasilkan berkualitas dan memiliki nilai estetika.
ADVERTISEMENT
Bekerja sama dengan Redrawscenter, Galaya Corner, menghadirkan para fotografer untuk memberanikan diri memamerkan hasil karyanya. Tentu saja, hal ini menjadi bonus tersendiri buat kalian yang sedang mencari barang antik dan ingin belajar secara khusus oleh ahlinya.
Peralihan Bisnis Konvensional ke Digital Hingga Wisata Supernatural
Dilansir Detik.news, Senin, 2 Maret 2020, pertama kali Indonesia mengonfirmasikan kasus covid-19 dan beberapa bulan, kemudian lockdown di sebagian besar wilayah Indonesia diberlakukan. Hal ini membuat para pemilik kios Pasar Antik Cikapundung Bandung beralih bisnis dari konvensional ke digital untuk bertahan dari krisis ekonomi selama pandemi.
Jeje selaku pemilik kios dari lama menuturkan bahwa sebelum pandemi, Pasar Antik Cikapundung Bandung, buka sampai malam hari, tetapi semenjak pandemi beberapa kios sudah tutup sejak pukul lima sore. Namun, kios miliknya masih buka hingga malam hari.
ADVERTISEMENT
Kios berdinding hijau tersebut terletak di depan lift lantai tiga Pasar Antik Cikapundung. Nuansa magis beserta eksklusif dapat kita rasakan ketika pertama kali menelusuri setiap bagian kios milik Jeje. Deretan jam analog berjajar di atas meja kayu sebelah kiri.
Teropong bintang berbahan paralon berdiri di tengah meja kios. Sebuah kursi goyang berdiri kokoh di sudut berlawanan. Mengingatkan akan potongan adegan horor dari sebuah film. Sorot lampu yang redup dan kumandang azan maghrib menyelimuti setiap jengkal kios. Meninggalkan kesan misterius.
“Kalau pertama kali ke sini pasti ngerasain hawa yang kurang mengenakkan, tetapi kalau sudah dari lama bukan hal yang aneh lagi. Malah sudah bersahabat, tetap positif thinking saja dan jangan melamun serta sompral kalau mau datang malam hari, “ cerita Jeje ketika kami berbincang sebentar di depan kios miliknya karena hawa yang sudah berbeda.
Brolianlee juga menceritakan hal serupa bahwa pernah ada boneka jualannya berjalan sendiri. Jadi, biasanya beberapa barang antik dagangannya suka dibersihkan dahulu. Kecuali keris asal zaman kerajaan dahulu yang bisa berdiri sendiri walau tidak ada pemiliknya. Katanya orang dahulu memiliki keunikan sendiri dalam pembuatan keris. Selain itu, Brolianlee juga mengeluhkan bahwa semenjak pandemi, omzet dari penjualan kios miliknya mulai menurun.
ADVERTISEMENT
“Mau tidak mau, akhirnya saya mencoba berjualan secara online, seperti Bukalapak, OLX, dan Tokopedia, tetapi beberapa pembeli malah menawar dengan harga rendah padahal barang yang dijual asli dan susah didapatkan,” keluh Brolianlee sambil memperlihatkan beberapa barang dagangannya.
“Jadi, saya memilih untuk berjualan di Facebook karena biasanya pengguna Facebook memang sudah kolektor barang antik sejak lama jadi mereka tidak kaget apabila barang tersebut dijual sesuai harga pasar,” imbuh Brolianlee.
Tetap Bertahan Sendiri di Tengah Pandemi
Dilansir Kamenku pada Jakarta (31/08/2021) pandemi covid-19 memengaruhi sektor perekonomian secara luar biasa. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pertumbuhan perekonomian melalui perdagangan dunia bisa mencapai angka dua digit, tetapi tahun 2020 harus mengalami penurunan hingga minus 8,3 persen. Sri Mulyani juga menuturkan bahwa perekonomian di Indonesia sudah berhasil melalui resesi setelah kasus covid-19 periode pertama.
ADVERTISEMENT
Walau sudah melalui resesi, tetapi para penjual lantai tiga Pasar Antik Cikapundung Bandung belum merasakan buah keberhasilan. Mereka tetap harus bertahan sendiri di tengah kesulitan tanpa adanya bantuan dari pemerintah setempat.
Belum lagi para wisatawan yang lebih memilih berkunjung ke daerah Jalan Braga karena sirkulasi udara yang bersih, penataan tempat lebih rapi dan pencahayaan yang lebih terang. Padahal Pasar Antik Cikapundung Bandung bisa menjadi salah satu tempat ikonik di Kota Bandung yang menjajakan barang jadul. Selain itu, apabila berkunjung langsung kalian bisa menawar dengan harga jauh lebih murah dibandingkan secara online.
Thobing, pemilik dari kios The Barang Jadoel, menuturkan bahwa tidak ada revitalisasi yang dilakukan pemerintah untuk menarik para wisatawan agar lebih ramai, seperti sebelum pandemi. Apabila terjadi revitalisasi dari pemerintah harus ada target yang dicapai dan feedback yang diberikan kepada pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Jadi, kita lebih independent dan memiliki lembaga sendiri,” tutup Thobing dari hasil wawancara pada Kamis (31/03/2022)