Bertahan Melintasi Lika-liku Juang

Alya Nurul Hasanah
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
27 Mei 2022 21:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nurul Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang tua dan anak perempuan. Foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang tua dan anak perempuan. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Dunia terkadang tahu pilihan terbaik yang ditakdirkan untuknya. Meski sudah mencoba dengan usaha yang besar, jika bukan takdirnya, maka ia harus melintas. Perasaan ragu sering kali muncul ketika akan melangkah pada lintasan baru. Namun, meneruskannya adalah pilihan tepat untuk bisa menjalaninya hingga kini.
ADVERTISEMENT
Sebuah dukungan akan sangat berarti, apalagi jika berasal dari keluarga. Seorang Ibu selalu mendukung sang anak meski kerap diremehkan orang-orang sekitar. Seorang Bapak tetap akan membantu hingga sukses meski harus banting tulang untuk mencukupi keperluan anak. Meski lelah mencoba, seorang anak akan terus berjuang agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya.
Perempuan kelahiran 2002 yang akrab disapa Intan itu memulai perjalanan hidupnya di tahun 2020, tepat ketika ia baru lulus sekolah kejuruan. Mengikuti jejak sang Kakak yang berkarir di dunia kepolisian, juga dukungan dari Bapaknya, Intan ingin menjadi seorang Polwan. Cita-cita dari kecil, ujarnya. Ia mengisi formulir registrasi daring untuk menjadi peserta seleksi Bintara PTU.
Ibunya sempat tidak mengizinkan karena tahu kerasnya pendidikan di sana. Hari-hari berlalu, tiba-tiba Ibu menghampiri Intan, mengajak berbincang, dan menyarankan untuk mencobanya terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Kenapa kamu nggak coba dulu saja jadi polisi," kata Ibunya.
Itulah seorang Ibu. Tidak ingin menjadi pemutus impian sang anak. Ibunya rela mengedepankan masa depan anak meski merasakan kekhawatiran di hati. Namun bagi seorang anak, pikiran takut akan mengecewakan kedua orang tua menjadi bayang-bayang kekhawatiran hidupnya.
Tidak mudah menjalaninya karena ia tidak mengerti apa pun tentang hal-hal yang harus dilakukan. Setelah mendadak mendapat izin dari Ibunya, ia langsung mendaftar tanpa mempelajari persyaratannya terlebih dahulu. Bahkan, ia terus melakukan kesalahan saat mempersiapkan berkas-berkas.
Bingung... Hatinya bingung antara tetap melanjutkan atau mengundurkan diri. Baru awal saja masa sudah putus asa? pikirnya. Ia merasa sangat bersalah jika menyerah di tengah perjalanan, juga tidak tega memikirkan kedua orang tuanya yang ikut bolak-balik mengurusi berkas.
ADVERTISEMENT
Pandemi di tahun 2020 cukup menyulitkan banyak orang. Ada yang memundurkan sebagian agendanya, bahkan ada juga yang menundanya. Namun dengan situasi pandemi, ia tetap mengikuti seleksi di Bandung hingga semua tahap berhasil ditempuhnya. Sayangnya, ia tidak lulus pada tahap perankingan yang lumayan sulit untuk dilalui.
Bayangkan saja. Dari ratusan pendaftar, hanya terpilih dua orang per daerah, bahkan bisa saja tidak ada satupun yang terpilih. Padahal semua peserta pun sama-sama berusaha keras untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan melewati proses dan perjuangan yang berat.
Tidak apa-apa, jika tahun 2020 bukan rezekinya berarti ia akan mencoba lagi di tahun 2021.
Realitas tidak sesuai harapan, ia tertolak untuk yang kedua kalinya di tahun 2021. Tentu saja ia sedih, juga kecewa. Disisi lain ia memikirkan kedua orang tuanya. Bagaimana tidak? Kehadiran mereka sangat berperan penting bagi dirinya. Mereka sudah banyak membantu, memberikan jasa, serta dukungan tanpa mengenal lelah.
ADVERTISEMENT
Orang tuanya hanya bisa menyampaikan kata-kata semangat agar ia tidak berkecil hati.
"Kamu masih muda. Masih ada tahun berikutnya untuk mencoba lagi," ujar Ibunya.
Untuk menebus rasa bersalah kepada orang tuanya, ia harus melakukan sesuatu. Mencari pekerjaan, pikirnya. Ia harus bekerja karena memang sudah kewajibannya. Ia juga mendaftar kuliah di salah satu universitas di Bogor.
Dunia kerja tidak seindah yang dibayangkan semasa sekolah. Berbagai cobaan datang saat awal memasuki dunia asing itu. Selama 3 bulan bekerja, banyak pengalaman yang harus dilaluinya dengan sabar dan kuat. Ia mendapat perlakuan tidak adil oleh teman kerjanya. Diadukan, dibandingkan, dan disinggung hanya karena dirinya orang baru.
Ia menangis. Ingin rasanya mengadu kepada orang tuanya tetapi tidak mungkin. Takut menjadi beban pikiran bagi mereka. Dirinya tahu mana yang harus diceritakan dan mana yang tidak perlu. Baginya, yang penting orang tuanya tahu kalau ia baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Bertemu cobaan baru membuatnya menjadi lebih sabar hingga akhirnya bisa terus ia lalui dengan ikhlas. Disisi lain ia juga bersyukur karena dikelilingi orang-orang baik yang membela dan melindunginya. Terutama orang tuanya.