Pernikahan Adat, Sebuah Momen Tak Terlupakan

Alya Nurul Hasanah
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
19 Juni 2022 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nurul Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pernikahan adat. Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pernikahan adat. Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Suku, budaya, adat, dan tradisi.
Semua dimiliki oleh negara kita, Indonesia. Kekayaan budaya menjadi suatu kekuatan yang harus kita jaga dan banggakan. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, masyarakat kita selalu memasukkan nilai kultural yang tinggi ke dalamnya. Salah satunya saat acara pernikahan. Namun seiring berjalannya waktu, pergeseran adat dan budaya dalam pernikahan semakin terpampang jelas, khususnya di kalangan generasi milenial. Sebagian orang lebih memilih menggunakan konsep modern ketimbang prosesi adat tradisional.
ADVERTISEMENT
Pernikahan merupakan momen sakral dan penting bagi para pengantin pria maupun wanita. Setiap calon mempelai pasti ingin menghadirkan kesan terbaik, di hadapan tamu undangannya. Tak sedikit yang ingin menampilkan kesan mewah, namun ada juga yang hanya ingin tampil sederhana.
Dalam pernikahan tradisional, biasanya acara digelar mengikuti adat istiadat leluhur, baik dari si wanita maupun pria, atau bisa juga keduanya. Memakai busana adat daerah, alih-alih gaun mewah. Selain itu, dekorasi, riasan, iringan musik gamelan, hingga hiburan penari tradisional, semua berhubungan dengan adat dan tradisi budaya.
Menggelar resepsi pernikahan tidaklah semudah membalik tangan, apalagi dengan tradisi yang cukup kompleks. Namun, dari situlah nilai budaya diperkenalkan. Lewat pesta pernikahan tersebut, malahan bisa sekalian mempromosikan budaya Indonesia, jika kamu menikah dengan orang luar negeri, atau bahkan nikah di negeri orang, kan?
Ilustrasi tukar cincin pernikahan. Foto: Pexels.com
Namun, prosesi pernikahan yang paling umum itu hanya melakukan tahapan pembukaan, pemberkatan, berlangsungnya akad nikah atau ijab kabul, penandatanganan buku nikah, penyerahan mahar, tukar cincin, serta sungkeman. Selanjutnya, kedua mempelai boleh menggelar resepsi pernikahan ataupun tidak.
ADVERTISEMENT
Nah, kegiatan tersebut belum termasuk ke dalam beragam tahapan adat. Belum lagi resepsi pernikahan berlangsung cukup lama dari pagi hingga malam. Ya... Sebenarnya tidak semua seperti itu, sih. Hanya sebagian orang, tergantung kesepakatan kedua belah pihak dan keluarga.
Lebih jelasnya, pernikahan adat di Indonesia harus melewati rangkaian ritual yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Prosesi itu, semua dibantu oleh pembawa acara, yang menuntun pengantin untuk mengikuti tahapan-tahapan adat yang telah ditetapkan bersama. Contohnya, dalam adat Jawa ada tahap seperti seserahan, siraman, panggih, ranupada, dan sungkeman.
Dalam bahasa yang kita kenal, lempar sirih dan pecah telur ada dalam tahapan panggih. Lempar sirih ialah prosesi saat kedua mempelai saling berhadapan melempar gulungan sirih, yang dipercaya dapat mengusir hal jahat. Meskipun begitu, ritual ini tidak seserius yang dibayangkan, kedua pengantin tetap tersenyum bahagia saat melakukannya.
ADVERTISEMENT
Lalu, ada prosesi pecah telur, yaitu saat pengantin pria menginjak telur ayam kampung, dengan kaki kanan dan tanpa alas kaki, di atas nampan bertabur bunga. Kemudian pengantin wanita berjongkok dan membersihkan kaki suaminya. Hal ini dipercaya masyarakat Jawa sebagai lambang kesetiaan kedua pasangan.
Terakhir, sungkeman ini hampir ada di semua pernikahan adat dan menjadi penutup prosesi akad. Ritual ini mengandung nilai ibadah serta budaya yang tinggi karena tujuannya sebagai bentuk berbakti anak untuk menghormati kedua orang tuanya. Bersyukur dan berterima kasih telah merestui serta merawat putra-putrinya dengan baik, juga meminta maaf atas sikap yang terdahulu.
Sungkeman dimulai dari orang tua pengantin wanita, lalu menuju orang tua pengantin pria. Kedua mempelai melakukannya secara bergantian, tak jarang juga diiringi dengan air mata. Bahagia dan sedih melingkupi suasana ritual tersebut. Isak tangis itu sering kali membuat para tamu undangan ikut terharu menyaksikannya.
ADVERTISEMENT
Pertimbangan Riasan bagi Calon Pengantin
Sebelum hari pernikahan, calon mempelai sudah harus menyesuaikan konsep adat yang ditentukan, mulai dari pemilihan tema atau nuansa tempat, dekorasi, busana, hingga riasan pengantin.
Ilustrasi riasan pengantin adat Jawa. Foto: Pixabay.com
Dalam pernikahan adat, riasan wajah pengantin wanita identik tebal dan medok serta memakai berbagai hiasan rambut seperti sanggul, riasan paes atau dikenal lekukan hitam di dahi, hingga aksesori mahkota. Padahal memang tujuannya agar pengantin terlihat pangling, namun terkadang banyak yang tidak puas dengan hasil riasan yang terlalu medok itu. Sehingga menjadi tantangan bagi para perias pengantin untuk bisa memodifikasi riasan tanpa menghilangkan nuansa adat aslinya.
Semakin berkembangnya zaman, tak sedikit yang ternyata lebih memilih tampilan ringan, elegan, dan modern ketimbang riasan adat. Kemudian, di tengah maraknya konsep pernikahan gaya Barat, yang diusung dengan nuansa sederhana, membuat budaya pernikahan semakin mengalami pergeseran adat.
ADVERTISEMENT
Melangsungkan pernikahan dengan menanamkan nilai kebudayaan, akan lebih bermakna karena nyatanya ritual siraman, panggih, hingga sungkeman tidak akan bisa kamu rasakan di pernikahan gaya Barat. Begitu pula, pengalaman memakai beragam aksesori atau hiasan tradisional merupakan momen penting juga berkesan.
Jadi, prosesi adat memang terlihat rumit daripada konsep modern, namun pernikahan adalah momen sekali seumur hidup yang tidak bisa diulang, sehingga harus kita persiapkan dengan baik. Jika bisa, lakukanlah dengan totalitas agar pernikahanmu menjadi berkesan!
(Alya Nurul Hasanah/Politeknik Negeri Jakarta)