Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Intervensi Militer AS di Suriah dan Irak: Kepentingan dan Dampaknya
10 Maret 2025 15:33 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Alya Wardani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Intervensi militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) di berbagai negara sering kali menuai kontroversi. Dengan alasan menjaga stabilitas global, menegakkan demokrasi, serta memerangi terorisme, AS telah berulang kali terlibat dalam konflik bersenjata di berbagai belahan dunia. Namun, intervensi tersebut sering kali menimbulkan konsekuensi yang tidak terduga, baik bagi negara yang menjadi target maupun bagi stabilitas kawasan secara keseluruhan. Dua contoh utama intervensi militer AS yang memiliki dampak luas adalah keterlibatan dalam Perang Saudara Suriah dan invasi ke Irak.
ADVERTISEMENT
Perang Saudara Suriah yang dimulai pada 2011 menarik perhatian dunia internasional, terutama setelah munculnya kelompok teroris ISIS yang semakin memperparah konflik. Pada 2014, AS meluncurkan Operasi Inherent Resolve sebagai upaya untuk menghancurkan ISIS, dengan melakukan serangan udara serta memberikan dukungan kepada kelompok oposisi di Suriah. Meskipun operasi ini berhasil melemahkan ISIS, kehadiran militer AS di Suriah juga menimbulkan permasalahan baru, termasuk meningkatnya ketegangan geopolitik dengan Rusia dan Iran serta pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah (Budiarsih, 2017).
Sementara itu, invasi AS ke Irak pada 2003 menjadi salah satu intervensi yang paling kontroversial dalam sejarah modern. Dengan dalih bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal, AS dan sekutunya menggulingkan pemerintah Irak. Namun, setelah Saddam jatuh, senjata pemusnah massal yang menjadi alasan utama invasi tidak pernah ditemukan. Akibatnya, invasi ini tidak hanya menimbulkan kekacauan politik di Irak tetapi juga memicu gelombang kekerasan yang berkelanjutan serta kebangkitan kelompok ekstremis seperti ISIS (Luga, 2023).
Intervensi AS dalam Perang Saudara Suriah
ADVERTISEMENT
Perang Saudara Suriah dimulai sebagai protes damai terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad, tetapi dengan cepat berkembang menjadi konflik bersenjata yang melibatkan berbagai kelompok bersenjata, baik oposisi maupun ekstremis seperti ISIS. AS mulai terlibat secara aktif pada 2014 dengan meluncurkan Operasi Inherent Resolve, yang bertujuan untuk melemahkan ISIS melalui serangan udara dan dukungan terhadap kelompok oposisi. Selain itu, AS juga mendukung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi oleh milisi Kurdi, yang menjadi salah satu kekuatan utama dalam perang melawan ISIS.
Namun, intervensi ini juga menuai banyak kritik, terutama dari pemerintah Suriah dan sekutunya seperti Rusia dan Iran. Keberadaan militer AS di Suriah dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara tersebut, mengingat tidak ada izin resmi dari pemerintah Assad untuk operasi militer AS. Selain itu, serangan udara yang dilakukan AS sering kali menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil, sehingga memicu kemarahan dan meningkatkan sentimen anti-Amerika di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain dampak langsung terhadap konflik Suriah, intervensi AS juga memperumit hubungan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Rusia yang mendukung Assad menentang kehadiran militer AS, sementara Turki yang menganggap milisi Kurdi sebagai ancaman juga menunjukkan ketidakpuasan terhadap dukungan AS terhadap SDF. Akibatnya, kehadiran AS di Suriah tidak hanya berfokus pada memerangi ISIS tetapi juga mempengaruhi dinamika hubungan internasional di kawasan tersebut (Adiputra & Wardoyo, 2021).
Invasi AS ke Irak dan Dampaknya
Invasi AS ke Irak pada 2003 dilakukan dengan alasan bahwa pemerintahan Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal yang dapat mengancam keamanan global. Namun, setelah invasi berhasil menggulingkan Saddam, tidak ditemukan bukti keberadaan senjata tersebut. Hal ini menimbulkan kontroversi besar, karena banyak pihak menilai bahwa invasi tersebut dilakukan atas dasar informasi intelijen yang tidak akurat atau bahkan direkayasa untuk membenarkan tindakan militer AS.
ADVERTISEMENT
Dampak dari invasi ini sangat luas dan berlarut-larut. Setelah Saddam jatuh, Irak mengalami kekosongan kekuasaan yang menyebabkan ketidakstabilan politik dan meningkatnya konflik sektarian antara kelompok Sunni, Syiah, dan Kurdi. Ketidakmampuan pemerintah baru Irak untuk mengendalikan situasi semakin memperburuk keadaan, yang akhirnya menciptakan kondisi yang memungkinkan kemunculan kelompok teroris seperti ISIS. Dalam beberapa tahun setelah invasi, Irak menjadi medan perang bagi berbagai kelompok militan yang bersaing untuk mendapatkan kendali atas wilayah-wilayah tertentu.
Selain dampak politik dan keamanan, invasi AS ke Irak juga menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Menurut berbagai laporan, ratusan ribu warga sipil tewas akibat perang dan kekerasan yang terjadi setelah invasi. Jutaan warga Irak juga terpaksa mengungsi ke negara lain akibat ketidakstabilan dan ancaman keamanan yang terus meningkat. Infrastruktur negara yang hancur akibat perang juga menghambat pemulihan ekonomi, yang membuat Irak masih berjuang untuk mencapai stabilitas hingga saat ini (Hidayatullah, 2012).
ADVERTISEMENT
Intervensi militer AS di Suriah dan Irak menunjukkan kompleksitas dan konsekuensi yang luas bagi stabilitas regional. Meskipun bertujuan untuk memerangi terorisme dan menggulingkan rezim otoriter, intervensi tersebut sering kali menghasilkan dampak yang tidak diinginkan, seperti ketidakstabilan politik, krisis kemanusiaan, dan munculnya kelompok ekstremis baru. Oleh karena itu, penting bagi komunitas internasional untuk mempertimbangkan dengan cermat implikasi dari setiap intervensi militer guna mencapai perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
References
Adipura, A. R., & Wardoyo, B. (2021). Intervensi Amerika Serikat dalam Perang Sipil Suriah, 2011–2017. Global and Policy Journal of International Relations, 9(2).
Budiarsih, S. A. (2025). DETERMINASI AMERIKA SERIKAT MELALUI KETERLIBATANNYA DALAM KONFLIK SURIAH TAHUN 2017-2021. Global Insights Journal: Jurnal Mahasiswa Hubungan Internasional, 2(1).
ADVERTISEMENT
HIDAYATULLAH, S. (2012). Penyerbuan Amerika Serikat atas Irak dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat Irak 2003-2007.
Luga, I. P. (2023). Analisis Terhadap Invasi Amerika Serikat Terhadap Irak dari Sudut Pandang Hukum Internasional. SPICES: Social Political Sciences Journal, 1(1), 29-38.