news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Globatiksasi : Sebagai Bentuk Globalisasi Budaya Melalui Tren #BerkainBersama

Alyaa Shaafiyah Arrasyid
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
5 Januari 2023 20:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alyaa Shaafiyah Arrasyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Globatiksasi sebagai bentuk Globalisasi Budaya melalui : Trend #BerkainBersa:  Edited by Canva
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Globatiksasi sebagai bentuk Globalisasi Budaya melalui : Trend #BerkainBersa: Edited by Canva
ADVERTISEMENT
Globalisasi sebagai bentuk homogenisasi sosial yang juga berpengaruh kepada tataran kultur. Selama ini globalisasi telah diidentikkan dengan persebaran nilai-nilai barat. Namun, jika dilihat kebelakangan dapat kita pahami bahwasanya Globalisasi tidak hanya membawa persebaran budaya barat saja namun juga membawa kultur lokal dalam strata Internasional. Salah satu contohnya berupa peningkat secara global kultur batik yang merupakan ciri khas Indonesia menjadi tren dunia. Pasca ditetapkannya batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2019, keberadaan batik telah mendapatkan perhatian publik. Hal tersebut ditunjukkan dengan peminat batik yang saat ini justru semakin meningkat di ranah Internasional melalui penjualan batik secara ekspor.
ADVERTISEMENT
Tren berbatik telah menjadi perbincangan hangat hingga saat ini, perkembangan fashion dan mengangkat batik sebagai salah satu budaya Indonesia menjadi iconic di kalangan generasi milenial. Pada perkembangannya sendiri tren $ #berkainbersama $ mulai dikenal masyarakat melalui tiktok, tagar berbatik dan juga berbatik challenge yang banyak diikuti oleh penggunanya. Globalisasi saat ini yang tidak hanya berkembang melalui budaya telah membawa batik menjadi instrumen soft power Indonesia
Kondisi meningkatnya peminat batik di ranah Internasional menunjukkan bahwasanya globalisasi juga memberikan kesempatan bagi pertumbuhan budaya lokal, tidak hanya budaya Kpop ataupun budaya barat saja yang yang memiliki ruang dalam strata Internasional, budaya lokal sendiri juga mampu memiliki ruang tergantung dengan bagaimana kita sebagai masyarakat Indonesia memanfaatkan serta mengembangkan budaya tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengglobalnya budaya batik apakah hal tersebut menjadi pintu bagi indonesia atau justru globalisasi membawa dampak negatif berupa desakralisasi kultur?
Menjawab pertanyaan di atas dapat kita kembangkan melalui pendefinisian budaya sebagai sebuah identitas suatu wilayah, Batik yang awalnya digunakan pada saat momen tertentu dan sangat kental dengan nilai kesakralannya menunjukkan bahwa batik telah mengalami hibridisasi yang kemudian mampu berbaur dan berkembang beriringan dengan budaya modern. Hingga kini batik telah mengalami kreasi busana dan bahkan mengalami update menjadi gaya hidup modern.
Tidak heran, penggunaan batik saat ini telah mencangkup dunia Internasional, bahkan pasar batik di Indonesia terhitung pada tahun 2022 telah mencapai peningkatan dalam sektor peminatan yang mencapai 80%. Peningkatan minat dalam perkembangan batik tentunya tidak hanya berkembang di Indonesia namun juga manca negara, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan dalam bidang Ekspor batik. Industri batik turut mendorong pertumbuhan perekonomian di sektor tekstil dan pakaian jadi pada 2022, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98 persen. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen di periode yang sama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ekspor batik Nusantara tercatat senilai USD52,44 juta atau setara Rp734 miliar(kurs Rp14.000 per USD) pada tahun 2018.Kemenperin menargetkan nilai ekspor batik nasional dapat meningkat hingga 6-8 persen pada tahun 2022. Hal tersebut kemudian didukung dengan adanya tren #BerkainBersama yang pada mulanya merupakan bentuk pengembangan batik di ranah nasional sebagai bentuk peringatan hari batik dan beberapa hari nasional seperti hari pahlawan. Penggunaan batik hingga saat ini tidak hanya digunakan dalam bentuk jadi seperti kemeja ataupun kain saja, namun pengembangan batik sendiri telah mengalami perkembangannya dimulai dari penggunaan batik menjadi rok lilit hingga kain batik sebagai outer ataupun sebagai ornamen dalam mix and match outfit
Namun, dalam penggunaannya sendiri tren #BermainBersama apakah membawa budaya batik kearah desakralisasi dan mampu mengurangi nilai kesakralannya? Pengenalan serta perkembangan tentunya akan terus mengalami perputarannya, pola interaksi masyarakat terhadap budaya telah mengalami penurunan seiirng dengan masuknya budaya luar ke Indonesia, namun jika ditanya perihal keefektifan tren berkain dalam perkembangan budaya tentunya sangat efektif. Berkain yang awalnya hanya dikenal oleh kalangan dengan usia tua saat ini malah diminati dengan kalangan muda, perkembangan kain batik yang tidak monoton membawa banyak peminat dari segala umur hingga penjuru dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam penggunaannya sendiri tentu tidak mengurangi eksistensi batik sebagai warisan dunia, penilaian bahwasanya tren berkain dapat membawa batik ke arah desakralisasi dapat di nilai dari penilaian individu itu sendiri. Melalui culture industry, syarat budaya agar dapat diterima secara global haruslah marketable. Artinya tidak mungkin batik sebagai budaya lokal bisa mengglobal ketika batik tidak mampu diserap oleh pasar secara global.